Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasar Baru

8 Agustus 2020   05:31 Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu bisa nggak, nyetir?" Tanya lelaki hitam berambut keriting dari balik stir kepadaku. Ia adalah sopir sebuah angkutan umum. Mikrolet M 12. Mikrolet M 12 ini setiap harinya melalulalangi rute: Kota -- Senen, via Harco Pasar Baru.

Aku adalah salah seorang penumpang yang sering menggunakan jasa angkutan itu. Siang itu aku duduk di belakang sang sopir. Suatu siang yang merupakan hari naas. Tapi juga bermakna historis bagiku. 

Kenapa merupakan hari naas sekaligus bermakna historis? Sila mengikuti alur tuturku berikut!

Aku mengajar di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Mengajar Olahraga. Tempat tinggalku di Kota, Jakarta Barat. Masuk sekolah pukul tujuh pagi. Pulang jam 13.30. Waktu tempuh sekitar satu jam.

Berarti setiap hari aku menghabiskan waktu di perjalanan kurang lebih dua jam. Itu kalau jalanan lancar. Kecuali hari Minggu dan hari libur. Kebiasaanku menghabiskan waktu di perjalanan di atas angkutan umum ini adalah membaca atau tidur. Tergantung kondisinya.

Kalau berangkat pagi masih segar bisa baca. Tetapi pulang siang tenaga telah terkuras. Capek plus ngantuk. Maka agar dapat mengaso aku lebih sering menggunakan M 12. Angkot dari Senen ke Kota daripada kendaraan umum lainnya. Mobilnya tidak penuh. Bisa duduk bersandar dengan nyaman.

Hari itu aku merasa capek yang teramat sangat. Karenanya baru beberapa menit di dalam mikrolet aku tertidur. Pulas. Sampai di Pasar Baru jalanan macet. Mungkin karena alasan setoran, sang Sopir ngotot. Ia tak mau mengalah.

Ia menyerobot ke kiri atau ke kanan sesukanya. Ia ingin mendahului kendaraan lain sesempit apapun jalan di depannya. Jalannya angkot itu kadang ngebut. Kadang berhenti secara mendadak. Situasi seperti itu membuatku terusik. Aku kaget dan terbangun.  

Tapi kemudian aku tertidur kembali. Ia terus ngotot ingin selalu terdepan. Sedemikian ngotot sampai mobilnya seolah menempel menyambung dengan mobil yang ada di depannya. Ia membuat seperti tidak ada jarak. Tidak ada cela yang kecoa pun susah lewat saking raptanya.

Setelah melewati jembatan penyebrangan Harco Pasar Baru, Jakarta Pusat ia semakin bringas. Di depan lorong menuju Toy's City ia memacu kendaraannya dengan cepat sekali. Ia ingin mendahului sebuah kijang metalik di depannya.

Ia berusaha melewati dari sisi kanannya. Akibat terlalu ke kanan ia nyaris menghantam pagar pembatas jalan. Ia pun refleks menginjak rem dan berhenti mendadak. Semua penumpang yang ada di dalamnya gonjang-ganjing tak karuan dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun