Suara berat Pak Supri membuatku menegang di kursi. Celaka ini! Batinku. Mata Pak Supri yang teliti langsung menanggapi ketegangan yang terpancar dari seluruh tubuhku.
"Hmm. Lupa lagi yah? Begitu yah?"
Dan satu helai rambutku yang berada di atas telinga tercabut paksa. Tentu saja diiringi suara mengaduh tertahan yang keluar dari mulutku. Lagi-lagi guru super disiplin ini menarik beberapa helai rambut di atas telingaku. Mending juga dijewer sekalian daripada ditarik rambut seperti ini.
"Tadi bangun kesiangan, Pak. Seragamnya masih di jemuran, jadi kelupaan." Aku berusaha membela diri sambil meringis menahan sakit. Tapi tentu saja hanya didengarkan sambil lalu oleh Pak Supri.
Sekilas terdengar suara cekikikan pelan dari belakangku. Spontan aku mencari sumber suaranya. Beberapa kepala langsung menunduk begitu aku menoleh ke belakang. Huh! Pasti deh ngetawain, omelku dalam hati.
"Perhatian semuanya!"
Suara Pak Supri membuat seisi kelas berkonsentrasi lagi pada pelajaran. Aku menegakkan punggung di kursi sambil berdoa. Semoga tidak ulangan ....
***
Tapi doaku terpental. Hari ini Pak Supri berniat menguji daya ingat serta pemahaman kami sekelas.
"Keluarkan kertas!"
Seruan Pak Supri membuat seisi kelas guncang. Ulangan dadakan itu bak gelombang tsunami yang menghancurkan. Tanpa persiapan, pasti semua nilai berantakan.