Koloid
Jika kita belajar  tentang koloid, maka istilah dari dua fase yang disebutkan sebelumnya bukan lagi zat terlarut dan pelarut, melainkan fase terdispersi dan medium pendispersi. Oke, ada istilah baru yang mungkin belum semuanya tahu artinya apa.
Fase terdispersi adalah zat yang menyebar secara merata di dalam zat yang lainnya sedangkan medium pendispersi merupakan penyebab dari penyebaran secara merata pada fase terdispersi tadi. Zat yang menyebar (fase terdispersi) dalam susu adalah partikel lemak dan protein, sedangkan yang menjadi penyebab penyebarannya (medium pendispersi) yaitu air. Inilah sebabnya susu tampak keruh bila dibandingkan dengan larutan sejati seperti larutan gula. Molekul gula larut sepenuhnya dalam air.hingga tingkat molekuler. Proses ini menghasilkan campuran yang sepenuhnya homogen, tidak ada fase yang terpisah, menghasilkan campuran transparan.
Lalu, apakah ada hal lain untuk membedakan antara koloid dan larutan sejati? Mari kita lihat perbedaannya pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan larutan dan koloid
 Koloid Emulsi
Bagaimana partikel-partikel lemak dan protein dalam susu membentuk suatu sistem koloid? Partikel-partikel lemak menyebar secara merata dalam air dengan baik karena adanya pengemulsi alami seperti fosfolipid dan protein kasein. Zat pengemulsi yaitu senyawa yang memungkinkan untuk membentuk campuran stabil dari dua cairan yang secara alami tidak dapat bercampur, seperti minyak dan air. Zat pengemulsi biasanya memiliki sifat amfipatik, yaitu memiliki dua bagian, bagian yang bersifat suka air atau mudah berinteraksi dengan air disebut bagian bagian hidrofilik, sedangkan bagian yang bersifat tidak suka air atau lebih suka minyak dan mudah berinteraksi dengan minyak atau lemak disebut bagian hidrofobik.
Fosfolipid, yang merupakan salah satu senyawa turunan lipid atau lemak, membantu menstabilkan partikel lemak dalam air dengan sifat amfipatiknya. Bagian hidrofilik berinteraksi dengan air dan bagian hidrofobik berinteraksi dengan lemak. Sementara itu, protein kasein membantu menjaga partikel lemak tetap terdispersi dan mencegah penggumpalan. Kombinasi kedua zat ini memungkinkan susu tetap homogen, meskipun lemak tidak larut sepenuhnya dalam air. Lemak yang terdispersi dalam air menjadikan susu termasuk dalam kategori koloid jenis emulsi.
Apakah hanya susu saja yang merupakan contoh koloid jenis emulsi? Tentu tidak! Koloid jenis emulsi dapat ditemukan juga pada produk mayones. Mayones adalah emulsi minyak dalam air yang stabil karena adanya kuning telur sebagai emulsifier. Â Mayones adalah contoh klasik dari emulsi minyak dalam air. Artinya, tetesan minyak terdispersi secara merata dalam fase air. Agar campuran ini stabil dan tidak terpisah, diperlukan zat yang dapat menjembatani kedua fase tersebut, yaitu adanya kuning telur sebagai pengemulsi. Kuning telur mengandung senyawa fosfolipid, terutama lesitin yang bersifat amfipatik. Lesitin mampu menjembatani fase minyak dan air dengan membentuk lapisan di sekitar tetesan minyak, dan mencegah pemisahan fase.
Selain jenis emulsi, koloid juga dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian penyusunnya yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.