Perempuan dan Kapan Nikah
Sasaran paling empuk dari lingkaran pertanyaan kapan nikah dan sejenisnya tak lain adalah perempuan. Pembagian perannya dalam hal domestik membuat perempuan dituntut untuk segera melakukan tugasnya dalam hal domestik, yakni menikah dan mengurus anak.
"Terjadi diskriminasi terhadap perempuan karena mereka lebih banyak (berperan) di sektor domestik ketimbang di sektor publik," jelas Herlina.
Walau sebenarnya, perempuan yang memiliki pekerjaan di sektor publik pun tidak mendapatkan nasib yang lebih baik. Mereka tidak serta-merta luput dari lingkaran pertanyaan kapan nikah.
"Ada mitos kalau di Indonesia itu, perempuan yang berumur, (tetapi) belum menikah itu disebut perawan tua, tapi gak ada tuh yang disebut sebagai perjaka tua," kata Herlina.
Herlina juga menjabarkan tentang pergeseran sikap masyarakat dulu dan kini dalam memandang perempuan yang belum menikah.
"Dulu mungkin orang kalo lihat perempuan belum nikah akan tergerak untuk nyariin jodoh, kalau sekarang cuma sekadar nanya doang, tapi pertanyaannya menyebalkan ya," jelasnya.
Ironisnya, pertanyaan kapan nikah juga lebih banyak keluar dari mulut perempuan. Menurut Herlina, hal ini dapat terjadi karena keterikatan peran domestik dengan perempuan. Mereka yang terikat dengan peran domestik akan cenderung membicarakan urusan yang berkaitan dengan hal-hal domestik pula.
"Jadi, perempuan akan ngobrol dengan perempuan, laki-laki ngobrol dengan laki-laki, rata-rata begitu" jelasnya.
Menangkal Pertanyaan Kapan Nikah
 Bagi sebagian orang, menjawab pertanyaan kapan nikah merupakan hal yang cukup sulit. Pertanyaan tersebut dapat membawa orang ke dalam situasi yang canggung sehingga kerap kali mereka kebingungan untuk memberikan jawaban yang tepat. Untuk menimpali pertanyaan tersebut, ada tiga tips jawaban yang dibagikan Herlina.