Untuk memesan lukisan ini ternyata saya harus bersabar. Setidaknya membutuhkan satu bulan lamanya untuk mengerjakan lukisan berukuran 110 x 75cm yang saya pesan. Beberapa tahapan atau proses panjang harus dilalui salah satunya adalah proses “ngerus” pada kain blacu.
Proses ditekannya kulit bia (kerang-kerangan laut) pada kain blacu dengan tujuan mengencangkan sekaligus membuka pori-pori kain agar nantinya cat acrylic dapat menyerap dengan sempurna.
Setelah kain blacu siap, kemudian dilanjutkan dengan proses sketsa pada kain, pewarnaa’an, hingga berakhir pada proses “nyawi”. Proses nyawi sendiri adalah bagian akhir yakni memberikan detail pada setiap karakter lukisan menggunakan outline / garis tegas, titik maupun arsir dengan tintan warna hitam.
lukisan Kamasan sejak berusia 12 tahun.
Semua proses pengerjaan lukisan dikerjakan langsung oleh Ayah Wayan; I Ketut Suparta. Wayan menyampaikan bahwa ayah’nya sudah membuatJika saat ini Beliau berusia 60 tahun, artinya Beliau sudah bergelut dengan lukisan tersebut lebih dari separuh usianya.
Tidak hanya sebagai mata pencaharian, namun sebuah dedikasi mengingat pekerjaan tersebut sangat membutuhkan ketelitian serta kesabaran yang tinggi.
Lukisan Kamasan karya Ketut Suparta dihargai ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kesulitan serta ukuran dari lukisan yang dipesan.
Media lukis'pun berkembang seiring dengan permintaan pasar yang diaplikasikan pada kipas untuk souvenir, sangkar burung, berbagai peralatan untuk persembahyangan dan lain sebagainya. Selama proses pengerjaan, kami berkorenposndesi melalui pesan singkat Whatsapp, pun tidak mengurangi kepercayaan saya karena Wayan cukup sering mengupdate proses demi proses pengerjaan lukisannya.
Di masa pandemi seperti ini, banyak seniman dan pelaku UMKM di Bali dan daerah lainnya yang merasakan dampaknya secara langsung.