Mohon tunggu...
Yohanes Andrianto Sir
Yohanes Andrianto Sir Mohon Tunggu... Desainer - Sebuah Catatan Perjalanan

Ingin berbagi dengan dunia; belajar menuangkan sebuah perjalanan ke media tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lukisan Kamasan yang Tak Lekang Dimakan Zaman

16 Oktober 2021   15:15 Diperbarui: 17 Oktober 2021   11:22 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Nyawi Lukisan Kamasan | Dok. Suprapta Gallery

Untuk memesan lukisan ini ternyata saya harus bersabar. Setidaknya membutuhkan satu bulan lamanya untuk mengerjakan lukisan berukuran 110 x 75cm yang saya pesan. Beberapa tahapan atau proses panjang harus dilalui salah satunya adalah proses “ngerus” pada kain blacu. 

Proses ditekannya kulit bia (kerang-kerangan laut) pada kain blacu dengan tujuan mengencangkan sekaligus membuka pori-pori kain agar nantinya cat acrylic dapat menyerap dengan sempurna. 

Setelah kain blacu siap, kemudian dilanjutkan dengan proses sketsa pada kain, pewarnaa’an, hingga berakhir pada proses “nyawi”. Proses nyawi sendiri adalah bagian akhir yakni memberikan detail pada setiap karakter lukisan menggunakan outline / garis tegas, titik maupun arsir dengan tintan warna hitam. 

Proses pewarnaan dasar | Dok. Suprapta Gallery
Proses pewarnaan dasar | Dok. Suprapta Gallery

Proses pewarnaan  yang hampir selesai | Dok. Suprapta Gallery
Proses pewarnaan  yang hampir selesai | Dok. Suprapta Gallery
Semua proses pengerjaan lukisan dikerjakan langsung oleh Ayah Wayan; I Ketut Suparta. Wayan menyampaikan bahwa ayah’nya sudah membuat lukisan Kamasan sejak berusia 12 tahun.

Jika saat ini Beliau berusia 60 tahun, artinya Beliau sudah bergelut dengan lukisan tersebut lebih dari separuh usianya. 

Tidak hanya sebagai mata pencaharian, namun sebuah dedikasi mengingat pekerjaan tersebut sangat membutuhkan ketelitian serta kesabaran yang tinggi.

Lukisan Kamasan karya Ketut Suparta dihargai ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kesulitan serta ukuran dari lukisan yang dipesan. 

Media lukis'pun berkembang seiring dengan permintaan pasar yang diaplikasikan pada kipas untuk souvenir, sangkar burung, berbagai peralatan untuk persembahyangan dan lain sebagainya. Selama proses pengerjaan, kami berkorenposndesi melalui pesan singkat Whatsapp, pun tidak mengurangi kepercayaan saya karena Wayan cukup sering mengupdate proses demi proses pengerjaan lukisannya. 

I Ketut Suparna berfoto dengan lukisan yang saya pesan | Dok. Suprapta Gallery
I Ketut Suparna berfoto dengan lukisan yang saya pesan | Dok. Suprapta Gallery

Di masa pandemi seperti ini, banyak seniman dan pelaku UMKM di Bali dan daerah lainnya yang merasakan dampaknya secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun