Dengan penuh keyakinan sambil berdoa dalam hati, Darren pergi dengan rasa was-was saat bertemu dengan satpam di depan gerbang.
Ia pun teringat dengan ucapan dari Pak Martin yang mengatakan tinggal menunjukkan gantungan kunci beruang serta mengatakan dirinya adalah keponakan dari Pak Josep.
"Selamat siang mas, ada perlu apa dan mau bertemu siapa? Tanya satpam tersebut.
BACA JUGA: Cerita Bersambung: Air Susu Dibalas dengan Air Teh (1)
BACA JUGA: Kehidupan yang Sempurna Itu Datang dari...
"Ini pak, saya mau bertemu dengan Pak Josep, saya adalah keponakannya, nama saya Darren," ucap Darren sambil memperlihatkan gantungan kunci tersebut.
Setelah melihat gantungan kunci itu, satpam tersebut langsung dengan ramah menyambut Darren kemudian mengantarkannya ke resepsionis.
"Ibu Wati, ini ada keponakan dari Pak Josep, namanya Darren. Mungkin bisa dibantukan keperluannya," jelas si satpam.
Setelah melihat gantungan kunci beruang yang dipegang oleh Darren, resepsionis itu langsung membawa Darren ke lift dan mengantarkannya ke lantai 20, tempat Pak Josep bekerja.
"Nah Darren, kamu bisa tunggu di sofa ini sebentar, Pak Josep sedang makan tak lama lagi beliau akan naik. Mau diambilkan minum apa?" tanya resepsionis tersebut.
"Berikan dia es teh manis saja, dua gelas dan satu lagi untuk saya karena di luar cukup panas," tiba-tiba datang Pak Martin yang meminta resepsionis tersebut mengambilkan minum.
"Oke, baik pak. Segera saya ambilkan," jawab si resepsionis tersebut.
"Lho, Pak Martin bagaimana Anda bisa dengan cepat menyusul saya? Lalu, bagaimana bapak bisa masuk dengan pakaian seperti itu ke tempat ini? Apa tidak dicegat satpam? Pasti bapak kenalan Pak Josep dengan baik ya?" tanya Darren.
"Ya, saya kenal Pak Josep dengan sangat baik, bahkan saya mengenalnya sejak masih kecil, tapi saya bukan kakak atau adiknya. Coba berikan CV kamu biar nanti saya kasih ke Pak Josep di dalam ruangannya," pinta Pak Martin.
Sambil memberikan CV miliknya, Darren masih terheran-heran, ia pun merasa jika Pak Martin itu adalah ayah dari Pak Josep karena bisa bertindak sesukanya di tempat perusahaan besar tersebut.
BACA JUGA: Tolong Jangan Ambil Tulisanku!
Kurang lebih setelah menunggu sekitar 10 menit, resepsionis itu datang bersama temannya membawa dua gelas es teh manis yang diminta dan rekannya membawa sebuah tas.
"Mari Darren, tadi Pak Josep sudah meminta saya untuk mengantarkan Anda juga ke ruangannya ini," jelas si resepsionis.
Saat sudah di dalam, Darren melihat si Pak Martin sedang cuci muka sambil merapikan rambutnya.
Darren pun melihat ruangan besar tersebut dan mencari-cari di mana keberadaan Pak Josep. Karena tak menemukannya, Darren pun bertanya ke Pak Martin yang kebetulan sudah selesai cuci muka.
"Pak Martin, di mana Pak Josep? Apa dia sedang berada di ruangan lain? Lantai di gedung ini cukup tinggi ya," ucap Darren.
"Tidak Darren, Pak Josep sekarang berada di ruangan yang sama dengan kita. Dia lagi bersama-sama dengan kita sekarang," imbuh Pak Martin sambil membuka tas yang diambilkan oleh Resepsionis tadi.
"Hah? Di mana Pak? Jangan bikin cerita seram di siang hari ya, saya tak melihat siapa-siapa di sini selain saya dan Pak Mar..." belum selesai bicara tiba-tiba Pak Martin memakai jas yang ada dalam tas tersebut dan membalikkan papan nama di mejanya yang bertuliskan, Josep Martin di depan Darren.
"Saya sendiri Pak Josep yang kamu cari. Nama lengkap saya Josep Martin dan saya sudah selesai melihat CV kamu juga," ucap Pak Martin yang ternyata adalah sosok yang dicari oleh Darren.
Seakan tak percaya, Darren benar-benar merasa heran karena sosok yang ia lihat sekarang sangat berbeda dengan yang ia temui di jalan.
Sosok Pak Martin yang ia temui di pinggir jalan dan kedai makanan terlihat sangat santai dan cuek, sementara sosok Pak Josep Martin terlihat sangat bijaksana, wibawa, dan tegas.
"Kenapa tidak langsung bilang saja di kedai tadi? Bapak kan pimpinannya, lalu bagaimana bisa bapak bilang perusahaan Mirakel Tower ini sedang berkembang?" tanya Darren lagi.
"Kamu silakan minum dulu biar saya juga sekalian jelaskan. Jadi, perusahaan di Menara Harapan itu adalah pesaing kami, mereka juga baru beberapa tahun mendirikan gedung di samping kami," ujar si Pak Josep.
"Secara penghasilan, mereka masih kalah dari kami, bahkan sangat kalah jauh. Cara pimpinan mereka melakukan karyawannya sangat tidak baik, sebenarnya jadi keuntungan karena beberapa karyawan mereka akhirnya ada yang bekerja di sini."
"Pimpinan mereka yang kamu temui pasti bernama Hendra kan? Dia itu dulu salah satu orang kepercayaan di sini, dia juga bagian karyawan terbaik yang saya percayakan."
"Sayangnya dia jadi angkuh dan ingin merebus posisi jabatan saya, tapi karena tidak berhasil jadi dia menciptakan usaha sendiri. Usaha mereka terbilang berhasil, tapi sayangnya tidak pernah ada kemajuan."
"Umur saya sudah cukup tua dan tak lama lagi juga perusahaan ini bakal punya pemimpin baru, sayangnya Hendra tidak sabar jadi dia terpaksa harus saya pecat karena sikapnya yang tidak baik."
Merasa takjub, Darren pun menjadi segan dengan Pak Josep Martin. Namun, ia masih punya banyak pertanyaan.
"Lalu, kenapa bapak bilang perusahaan ini masih berkembang? Padahal orang-orang tahu perusahaan ini sangat maju dan sukses?" tanya Darren.
"Ya, itulah kehidupan Darren. Kita tidak boleh terlalu lama berpuas diri, kita harus bisa berkembang, itulah jalan agar kita bisa terus semangat mendapatkan yang terbaik," jawab Pak Josep.
"Saya sangat suka bekerja dengan orang yang sikapnya baik dan saya percaya kamu orangnya juga demikian. Dari awal kita ketemu, di saat kamu terburu-buru kamu masih bisa berikan bantuan dan berikan penjelasan yang baik."
"Kamu juga tidak malu untuk banyak bertanya, yaa meskipun buat orang jengkel, tapi buat pembelajaran hidup itu sangat bagus, jadi saya rasa kamu bisa bekerja di sini," jelas Pak Josep.
Darren pun terdiam tak bisa berkata-kata karena masih tak percaya hanya bantuan yang kecil bisa membuatnya bekerja di perusahaan besar.
"Kalau kamu pernah dengar perumpamaan air susu dibalas air tuba, itu yang saya dapatkan dari Hendra. Tapi, saya selalu ajarkan ke pegawai saya, termasuk kamu sekarang ini bagaimana caranya membalas air susu dengan air teh, sama-sama menyegarkan bukan? Jadi, kebaikan pasti bakal mendatangkan kebaikan juga," tandas Pak Josep.
Tak lama kemudian, datang salah satu karyawan Pak Josep Martin untuk mengambil jaket miliknya yang dipinjam oleh pimpinannya tersebut.
"Nah, ini salah satu pegawai saya yang bekerja sebagai kurir, namanya Mas Yanto, dia juga orang yang baik. Mas Yanto, ini adalah Darren yang bakal bekerja di perusahaan kita nanti," jelas Pak Josep lagi.
"Baiklah Darren, saya rasa sudah cukup semuanya, saya bakal kasih kamu untuk bersantai sejenak selama satu minggu, setelah itu Anda bisa bekerja di sini. Pesan saya jika bekerja di sini adalah jangan pernah cepat puas dan jangan rusak kepercayaan saya ke kamu ya, selamat bergabung," tutupnya.
Dalam situasi tertentu apalagi mendesak, sangat sulit bagi kita untuk membantu orang lain. Namun percayalah, sikap baik yang kita lakukan ke orang lain bakal mendatangkan kebaikan ke kita juga asal dilakukan dengan tulus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H