"Berikan dia es teh manis saja, dua gelas dan satu lagi untuk saya karena di luar cukup panas," tiba-tiba datang Pak Martin yang meminta resepsionis tersebut mengambilkan minum.
"Oke, baik pak. Segera saya ambilkan," jawab si resepsionis tersebut.
"Lho, Pak Martin bagaimana Anda bisa dengan cepat menyusul saya? Lalu, bagaimana bapak bisa masuk dengan pakaian seperti itu ke tempat ini? Apa tidak dicegat satpam? Pasti bapak kenalan Pak Josep dengan baik ya?" tanya Darren.
"Ya, saya kenal Pak Josep dengan sangat baik, bahkan saya mengenalnya sejak masih kecil, tapi saya bukan kakak atau adiknya. Coba berikan CV kamu biar nanti saya kasih ke Pak Josep di dalam ruangannya," pinta Pak Martin.
Sambil memberikan CV miliknya, Darren masih terheran-heran, ia pun merasa jika Pak Martin itu adalah ayah dari Pak Josep karena bisa bertindak sesukanya di tempat perusahaan besar tersebut.
BACA JUGA: Tolong Jangan Ambil Tulisanku!
Kurang lebih setelah menunggu sekitar 10 menit, resepsionis itu datang bersama temannya membawa dua gelas es teh manis yang diminta dan rekannya membawa sebuah tas.
"Mari Darren, tadi Pak Josep sudah meminta saya untuk mengantarkan Anda juga ke ruangannya ini," jelas si resepsionis.
Saat sudah di dalam, Darren melihat si Pak Martin sedang cuci muka sambil merapikan rambutnya.
Darren pun melihat ruangan besar tersebut dan mencari-cari di mana keberadaan Pak Josep. Karena tak menemukannya, Darren pun bertanya ke Pak Martin yang kebetulan sudah selesai cuci muka.
"Pak Martin, di mana Pak Josep? Apa dia sedang berada di ruangan lain? Lantai di gedung ini cukup tinggi ya," ucap Darren.