Mohon tunggu...
Yohanes Hasiholan Parhusip
Yohanes Hasiholan Parhusip Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Antara Alam dan Adat, Ladang Berpindah Kaharingan sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan

29 Oktober 2024   09:36 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:59 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Elgiants (2019). Ladang Berpindah Tak Merusak Hutan. Suara Pemred Kalbar. Tersedia di: suarapemredkalbar.com [Diakses 29 Oktober 2024].

Indonesia dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya yang luar biasa, serta beragam budaya dan tradisi yang mencerminkan ikatan erat masyarakatnya dengan alam. 

Salah satu praktik pertanian tradisional yang masih bertahan di Kalimantan hingga saat ini adalah ladang berpindah yang dijalankan oleh masyarakat Kaharingan. 

Sistem ini telah diwariskan selama berabad-abad dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem serta memenuhi kebutuhan pangan mereka. Bagi sebagian orang, metode ini mungkin terlihat kuno; namun, bagi masyarakat Kaharingan, ladang berpindah merupakan bagian dari kehidupan yang sarat akan filosofi keseimbangan dan penghormatan terhadap lingkungan. 

Tradisi ini menghadirkan perspektif mendalam mengenai pertanian berkelanjutan, yang sangat relevan di tengah tantangan lingkungan modern yang semakin meningkat.

Mengenal Sistem Ladang Berpindah Kaharingan

Ladang berpindah, atau dalam bahasa internasional disebut shifting cultivation, adalah metode bercocok tanam yang melibatkan pembukaan lahan baru untuk setiap periode tanam. 

Lahan tersebut kemudian ditanami dalam jangka waktu tertentu sebelum akhirnya dibiarkan beristirahat atau "dipulihkan" secara alami untuk beberapa waktu, biasanya hingga mencapai belasan tahun, sebelum siap ditanami kembali. Hal ini bertujuan untuk memastikan kesuburan tanah terjaga dan ekosistem tetap seimbang.

Praktik ini dilakukan dengan cara menebang pepohonan dalam skala kecil dan membakar sisa-sisa tanaman sebagai bagian dari persiapan lahan. Pembakaran ini dilakukan secara selektif agar tidak menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada ekosistem di sekitarnya. 

Biasanya, masyarakat Kaharingan hanya menggunakan lahan dalam jangka pendek sebelum berpindah ke lahan lain dan membiarkan ladang yang lama kembali menjadi hutan. Dengan cara ini, mereka secara alami menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan hidup.

Filosofi dan Nilai Spiritual di Balik Ladang Berpindah

Bagi masyarakat Kaharingan, praktik ladang berpindah bukan sekadar metode bertani, tetapi juga bagian penting dari kepercayaan dan nilai spiritual mereka. 

Sistem ini berakar pada filosofi spiritual Kaharingan yang melihat alam sebagai entitas hidup yang memiliki jiwa. Dalam kepercayaan mereka, semua makhluk hidup dan elemen alam memiliki roh dan kesadaran, sehingga mereka merasa berkewajiban untuk menjaga keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya.

Setiap kali membuka lahan baru, masyarakat Kaharingan melaksanakan upacara adat untuk meminta izin kepada roh penjaga hutan dan memohon agar diberi keberkahan dalam bercocok tanam. Mereka mempercayai bahwa alam tidak boleh dieksploitasi secara berlebihan dan bahwa sumber daya yang ada harus dimanfaatkan dengan bijak. 

Hal ini mencerminkan keyakinan bahwa alam adalah bagian dari kehidupan yang harus dijaga dan dihormati. Dengan demikian, filosofi ini tidak hanya sekadar kepercayaan tetapi menjadi landasan utama yang mengatur perilaku masyarakat dalam mengolah lahan.

Manfaat Lingkungan dan Ekologis dari Sistem Ladang Berpindah

Meskipun ladang berpindah sering kali dianggap sebagai metode yang berpotensi merusak lingkungan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktik ini, bila dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan siklus alam, dapat memberikan manfaat ekologis. Salah satu manfaat utama adalah peningkatan kesuburan tanah. 

Selama periode istirahat, ladang yang ditinggalkan ini kembali menjadi hutan sekunder, yang tidak hanya menambah keanekaragaman hayati tetapi juga berfungsi sebagai penghalang alami terhadap erosi.

Proses ini juga menciptakan cadangan karbon dalam jumlah besar, karena tanaman hutan baru yang tumbuh di lahan tersebut menyerap karbon dari atmosfer. Selain itu, praktik ladang berpindah memungkinkan rotasi hutan dan pertanian, sehingga tanah tidak kelelahan akibat penggunaan yang berlebihan. 

Metode ini juga membantu menjaga keanekaragaman hayati, karena lahan yang dibiarkan kembali menjadi hutan sekunder yang kaya akan flora dan fauna asli Kalimantan.

Dalam konteks ini, ladang berpindah Kaharingan menjadi contoh sistem pertanian yang berkelanjutan, yang mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tanpa mengorbankan kelestarian alam. Sistem ini sejalan dengan prinsip konservasi alam dan dapat menjadi model alternatif di tengah meningkatnya kerusakan ekosistem akibat praktik pertanian modern yang terlalu mengandalkan pupuk kimia dan pestisida.

Tantangan yang Dihadapi oleh Sistem Ladang Berpindah

Seiring dengan perkembangan zaman, sistem ladang berpindah Kaharingan menghadapi berbagai tantangan. Di satu sisi, modernisasi dan urbanisasi yang pesat meningkatkan kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan infrastruktur. Hal ini menyebabkan tekanan yang semakin besar pada lahan yang dulu menjadi tempat masyarakat Kaharingan menjalankan tradisi ladang berpindah.

Di sisi lain, pemerintah terkadang melihat praktik ladang berpindah sebagai metode yang tidak efisien, bahkan sebagai penyebab utama deforestasi dan degradasi lahan. Muncul anggapan bahwa sistem ini tidak produktif dan menghambat kemajuan, terutama karena tingkat produksi pangan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan praktik pertanian modern yang intensif. 

Selain itu, ladang berpindah juga harus bersaing dengan teknologi pertanian modern yang mengandalkan penggunaan pupuk kimia dan teknologi untuk meningkatkan hasil panen.

Tantangan ini semakin diperparah oleh perubahan iklim yang mempengaruhi pola cuaca dan kesuburan tanah, sehingga masyarakat Kaharingan semakin sulit mempertahankan siklus tanam sesuai dengan tradisi mereka. Kondisi ini memaksa mereka untuk menyesuaikan diri atau mencari alternatif lain yang mungkin tidak sejalan dengan filosofi Kaharingan.

Upaya Pelestarian Ladang Berpindah Kaharingan

Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, penting bagi kita untuk melihat sistem ladang berpindah dari sudut pandang masyarakat Kaharingan itu sendiri. Pelestarian sistem ini dapat dilakukan melalui pengembangan program pemberdayaan masyarakat dan ekowisata berbasis budaya. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan yang mendukung pelestarian tradisi ini, kita tidak hanya membantu menjaga ladang berpindah tetap hidup, tetapi juga memberikan kesempatan ekonomi bagi masyarakat.

Selain itu, dukungan pemerintah sangat penting untuk memastikan bahwa sistem ladang berpindah dapat terus dilaksanakan tanpa mengorbankan lingkungan. Kebijakan yang lebih inklusif dan ramah lingkungan dapat memungkinkan masyarakat Kaharingan untuk melanjutkan tradisi mereka tanpa menghadapi tekanan eksternal yang mengancam keberlanjutannya. 

Pelatihan dan bantuan teknis dalam pengelolaan hutan berkelanjutan, serta pengenalan teknik bercocok tanam yang ramah lingkungan, juga bisa menjadi solusi yang efektif. 

Ladang berpindah Kaharingan bukan hanya sistem bercocok tanam, tetapi merupakan simbol dari hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dalam tradisi ini, terdapat pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan. 

Sistem ladang berpindah menawarkan konsep pertanian berkelanjutan yang relevan dengan tantangan zaman, serta mengajarkan kita untuk hidup dalam harmoni dengan alam.

Dengan upaya pelestarian yang tepat, kita dapat memastikan bahwa sistem ladang berpindah Kaharingan akan terus ada sebagai warisan budaya dan kearifan lokal yang bermanfaat bagi generasi mendatang. Mari kita jadikan ladang berpindah sebagai inspirasi dalam mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan dan selaras dengan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun