Mohon tunggu...
Yohanes Bosco Otto
Yohanes Bosco Otto Mohon Tunggu... Lainnya - PNS Penyuluh Agama Katolik Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang Babel

Berbuatlah mulai dari hal kecil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Harmoni Sosial dalam Terang Agama Katolik

25 Januari 2023   08:09 Diperbarui: 25 Januari 2023   08:24 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(2) pengembangan diri (self development), ada banyak sekali kemungkinan mengembangkan diri di dalam sebuah komunitas, seperti melalui belajar bersama, FGD, seminar, melatih kompetensi sosial, menanamkan sikap sense of belonging, melatih solidaritas, mengembangkan bakat/talenta, mengembangkan kompetensi leadership dan lain-lain; (3) berkontribusi dalam mengembangkan komunitas dan/atau organisasi; serta berkontribusi partisipatif bagi Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara (dimensi sosio ecclesial). Komunitas/organisasi yang solid bisa menjadi ladang kaderisasi pribadi-pribadi yang nanti bisa berkarya di lembaga-lembaga layanan publik.

Tetapi bisa juga secara teamwork berdifusi dalam berbagai organisasi massa atau pun organisasi sosial politik yang dengannya bisa menyalurkan aspirasi, memperjuangkan kemanusiaan, HAM, kebenaran, keadilan dan kedamaian. Bisa juga mempromulgasikan suara-suara kenabian memberantas berbagai tindakan pelanggaran hukum yang tersistematisasi justru oleh lembaga-lembaga hukum itu sendiri, memberi solusi bagi masalah-masalah moral sosial yang timbul, baik dalam lembaga pelayanan publik maupun dalam masyarakat luas.

Selanjutnya kita dapat menjawab bagaimana cara membangun hidup sosial? Dalam pandangan agama Katolik, salah satu cara membangun hidup sosial secara harmonis ialah dengan mewujudkan pola hidup/cara hidup Gereja Perdana yang terdapat dalam Kisah Para Rasul bab 2 ayat 41 sampai dengan 47, yakni (1) berkumpul bersama sehati, sejiwa, sevisi, semisi; (2) dalam berkumpul bersama kita meneguhkan persekutuan persaudaraan atau komunio kita dengan doa bersama, sharing, bersyukur dan memuji Allah, berekaristi bersama, makan bersama, dan bersukacita bersama; 

(3) agar kita semakin eksis dan berkontribusi bagi masyarakat, maka perlu mendesain program/kegiatan bersama dan melaksanakannya sebagai misi sosial; (4) dan jangan lupa hal yang sangat penting dalam memperkokoh komunio kita adalah menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat (Christ as the Center), dan (5) menjadikan komunio Allah Tritunggal sebagai model (Holy Trinity is Model of our community). Bagaimana kita menjadikan Kristus sebagai pusat dan komunio Allah Tritunggal sebagai model? Berikut kita mendalaminya.

 

Komunio Masyarakat Katolik Berpusat pada Kristus, Berkomunio dan Bermisi

 

Dalam teks Kisah Para Rasul bab 2 ayat 41 sampai 47, kita dapat menemukan bahwa dasar dari orang-orang yang mendengarkan perkataan rasul-rasul adalah percaya akan kebenaran sejati yang disampaikan kepada mereka, yakni Yesus Kristus, hidup, pewartaan dan karya-karya-Nya (bdk ayat 41). 

Percaya berarti (1) mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata, (2) menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada, (3) menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur (tidak jahat dan sebagainya) (4) yakin benar atau memastikan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu yang dapat memenuhi harapannya dan sebagainya. Tingkat percaya yang lebih dalam/tinggi dalam relasi antara manusia dengan Allah adalah iman. 

Para teolog mendeskripsikan iman sebagai penyerahan diri secara total kepada Allah dalam perkataan, sikap dan perbuatan. Dalam konteks ini berarti Yesus Kristus. Mengapa orang menyerahkan diri secara total, karena ia sangat percaya, sangat yakin bahwa Yesus Kristus adalah pribadi ilahi yang datang dari Allah untuk menyelamatkan manusia. Beriman sepenuhnya berarti berpusat pada Kristus secara pikiran dan hati nurani, kemudian dari pikiran dan hati orang yang beriman itu muncul niat (disposisi batin) untuk melaksanakan apa yang diyakini. 

Lalu ketika ia melaksanakan niatnya itu berarti melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Sang Kebenaran itu. Jadi proses awal berpusat pada Kristus adalah mendengarkan, melihat dan mempercayai/mengimani Yesus Kristus yang hidup, mewartakan dan berkarya, yang kemudian diwartakan oleh para rasul dan dilanjutkan oleh Gereja hingga sekarang. Proses ini dicapai melalui beberapa cara, antara lain (1) selalu membaca Kitab Suci dan merenungkannya, (2) berdoa dan merayakan sakramen-sakramen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun