Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Resep Kunci Suka Membaca

14 Oktober 2024   13:45 Diperbarui: 14 Oktober 2024   14:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal 14 Oktober diperingati sebagai HARI PENGLIHATAN SEDUNIA. Memperingati penglihatan sama saja memperingati mata sebagai indra penglihatan. Menariknya, mata juga mempunyai berbagai fungsi lain. 

Mata sebagai alat komunikasi, penjaga keseimbangan, kamera pengawas, dan alat membaca. Pada tulisan ini, saya fokus saja pada fungsi mata sebagai alat membaca. Hemat saya, hal ini sangat mendesak bagi bangsa kita. Mari kita jawab membatin pertanyaan berikut. Sudahkah kita selalu memanfaatkan mata untuk membaca? 

Pada umumnya seseorang sudah membaca sejak TK atau SD. Saat itu ia membaca abjad, suku kata, kata, hingga kalimat. Seterusnya ia membaca untuk tujuan tertentu. Misalnya, membaca untuk didengarkan orang lain atau membaca untuk memahami apa yang sedang dibacakan. Biasanya seseorang membaca pada jam sekolah. Ia membaca sekadar untuk urusan sekolah. Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi yang membaca melampaui jam sekolah. Artinya kita juga membaca pada waktu-waktu luang dan dimanapun. Itulah tolok ukur tingginya minat baca. 

Berdasarkan hasil survei UNESCO tahun 2022 lalu, minat baca Indonesia menempati urutan ke 60 dari 70 negara. Standar internasional dalam membaca adalah setiap tahun seseorang harus membaca minimal 3 buku baru. 

Orang Jepang rata-rata bisa membaca hampir 20 buku baru setiap tahun. Sedangkan Indonesia hanya satu buku baru, tapi itu pun dibaca oleh 90 orang. Sungguh memprihatinkan, bukan? Meski demikian, kita jangan pesimis. 

Menurut survei Perpusnas, minat baca masyarakat Indonesia tahun 2022 sebesar 63, 9 poin, meningkat 7,4% dari tahun sebelumnya. Jadi, terang harapan minat baca masyarakat Indonesia sebetulnya tidak meredup. Tanggung jawab kita hanya memacu diri sendiri dan sesama agar nyala harapan minat baca kita makin terang. 

Negara Indonesia lahir dan bertumbuh dari hasil membaca. Soekarno, Moh. Hatta, Kartini, dan masih banyak nama besar lainnya merupakan sejumlah tokoh bangsa yang telah berjasa melahirkan dan mengembangkan Indonesia karena membaca. Konon pada tahun 1916, Soekarno pernah menulis: "Buku mengenalkanku pada dunia dengan pikiran-pikiran terhebat dan aku ingin dunia tahu, aku dan bangsaku juga besar." 

Moh. Hatta juga demikian. Ia sangat akrab dengan buku. Bahkan di jeruji besi pun ia tidak kesepian. Buku selalu menemani kesendiriannya. Ketika saatnya bebas, Moh. Hatta keluar dengan ide-ide cemerlang yang kian membakar daya juang. Seumur hidupnya, Moh. Hatta berhasil mengoleksi ribuan judul buku. 

Hal yang sama juga dengan Kartini di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1903 ia menulis: "Aku benamkan diriku dalam membaca dan membaca." Itulah yang terekam dalam buku kumpulan surat-suratnya Habis Gelap, Terbitlah Terang. Soekarno dan para tokoh penting lainnya tidak mungkin punya segudang ide untuk melahirkan dan membesarkan Indonesia tanpa membaca. Mereka menemukan itu dalam berbagai buku. 

Hebatnya, mereka menyukai buku ketika teknologi informasi belum pesat. Bacaan-bacaan masih terbatas. Berbeda dari itu, sekarang referensi bacaan ada di mana-mana; murah dan mudah didapat. Kita bisa ke toko buku terdekat atau ke perpustakaan. Lebih gampang lagi dengan searching di google. Segudang literatur e-book bisa kita download secara gratis. Kita sedang berada di lautan referensi bacaan. Kita hanya butuh rasa suka untuk membaca semua itu. 

Perasan suka membaca bisa tumbuh karena dua hal berikut. Pertama, menemukan manfaat gemar membaca. Ini sangat penting. Tanpa memahami pentingnya gemar membaca, mustahil seseorang suka membaca. Keseringan membaca dapat membantu seseorang lebih berkualitas dalam 3 aspek; intelektual, sosial, dan fisikal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun