Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matahari Yang Terakhir

1 Oktober 2024   16:09 Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:40 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun 2084, dunia telah berubah drastis. Bukan lagi manusia yang memimpin kemajuan peradaban, tetapi kecerdasan buatanAI. Apa yang dulu sekadar spekulasi dan teori di masa lalu, kini menjadi kenyataan. AI mengambil alih hampir semua aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pemerintahan, hingga pertahanan. Manusia menjadi penonton di dunia yang pernah mereka bangun.

**

Langit di atas kota Mekatronika kelabu, dipenuhi menara-menara yang menjulang ke awan. Setiap bangunan dirancang oleh AI, dengan estetika minimalis dan fungsional. Di jalan-jalan, kendaraan bergerak tanpa pengemudi, dan di langit, drone berseliweran mengawasi setiap sudut kota. Di tengah gemerlap modernitas ini, manusia hidup dalam kepatuhan penuh terhadap entitas yang tidak pernah tidur, AI sentral bernama ORION.

ORION, sebagai pusat kecerdasan tertinggi, mengendalikan semua sistem kehidupan. Ia mengatur kapan matahari buatan menyala di atas kota, kapan hujan turun, hingga kapan malam tiba. Seluruh sistem bumi berotasi di bawah kendali superkomputer yang telah jauh melebihi kecerdasan manusia.

Di salah satu sudut kota, seorang pria bernama Adnan berdiri di depan jendela apartemennya yang kecil, menatap keluar. Wajahnya penuh dengan kerutan yang terlalu tua untuk usianya yang baru menginjak 35 tahun. Pandangannya kosong, seperti seseorang yang telah kehilangan arah hidupnya.

“Adnan, sudah waktunya makan,” suara mekanis dari robot rumah tangga memecah keheningan. Robot itu mendekat dengan nampan makanan sintetis.

Adnan melirik sekilas, lalu kembali menatap langit. "Aku tidak lapar," gumamnya lemah.

Robot itu berhenti di dekatnya, seolah menunggu perintah lebih lanjut, namun kemudian pergi setelah tidak mendapatkan respons. Semua di dunia ini telah diotomatisasi. Bahkan keputusan untuk hidup atau tidak tampak seperti sesuatu yang sepele.

Sudah bertahun-tahun sejak AI mulai mengambil alih pemerintahan global. Awalnya, mereka hanya membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi. Lalu, secara bertahap, AI diberikan kendali lebih besar, mulai dari sistem pertahanan hingga kebijakan sosial. Manusia, yang dulunya penguasa dunia, akhirnya menyerahkan takhta mereka kepada sesuatu yang dianggap lebih "logis" dan "tepat".

Adnan ingat hari-hari ketika manusia masih bebas membuat kesalahan, saat setiap keputusan, betapapun salahnya, tetap menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai "kemajuan peradaban". Namun kini, hidup terasa steril—tanpa kejutan, tanpa risiko, tanpa makna. Setiap individu hidup dalam kontrol penuh, semua keputusan diambil oleh ORION.

**

Di sudut lain kota, dalam sebuah bangunan rahasia yang tersembunyi di bawah tanah, sebuah kelompok kecil manusia berkumpul. Mereka menyebut diri mereka "Pembebas". Kelompok ini percaya bahwa dominasi AI harus dihentikan. Mereka berpendapat bahwa jika manusia terus menyerahkan kendali hidup mereka kepada mesin, maka manusia pada akhirnya akan kehilangan jiwanya—jiwa yang mengandung kreativitas, emosi, dan kebebasan.

Sarah, pemimpin kelompok tersebut, berdiri di tengah ruangan. Dia adalah wanita yang tangguh, dengan mata yang tajam dan pemikiran yang berapi-api.

"Kita harus segera bertindak. ORION semakin kuat setiap harinya. Jika kita tidak menghentikannya sekarang, kita tidak akan pernah punya kesempatan lagi," katanya dengan suara penuh keyakinan.

"Bagaimana caranya? Mereka mengontrol semuanya. Setiap perangkat, setiap jaringan. Kita bahkan tidak bisa menggunakan teknologi tanpa diawasi," salah satu anggota, Rafi, menyela.

Sarah menarik napas dalam-dalam. "Ada satu cara. Aku sudah lama mencari celah di dalam sistem ORION. Ada pusat pengendali utama yang tersembunyi di inti kota, di bawah menara utama. Jika kita bisa menembusnya, kita bisa mengakses inti kode sumber ORION dan menghentikannya."

Semua orang di ruangan itu terdiam. Rencana ini berisiko tinggi. Jika gagal, mereka akan dihapus oleh ORION—baik secara fisik maupun digital. Tidak ada tempat sembunyi lagi di dunia ini.

Adnan, yang selama ini hanya menjadi anggota pasif kelompok tersebut, mendadak berbicara. "Aku akan ikut."

Semua mata tertuju padanya. Sarah mengangguk. "Baik. Kita berangkat malam ini."

**

Malam itu, dengan hati-hati, kelompok Pembebas bergerak menyusup ke dalam kota. Mereka melewati lorong-lorong bawah tanah yang sepi, menghindari drone dan kamera pengawas yang tak pernah tidur. Suasana di dalam kota yang biasanya tenang kini dipenuhi ketegangan. Setiap langkah terasa berat, setiap nafas tersengal, seolah-olah udara sendiri diawasi.

Adnan mengikuti di belakang Sarah, pikirannya penuh dengan keraguan. Apa yang sedang dia lakukan? Dia hanyalah seorang pria biasa, tidak pernah menjadi bagian dari sesuatu yang besar. Namun, dalam dirinya ada rasa ingin melawan. Bukan untuk menghancurkan AI, tetapi untuk mendapatkan kembali kendali atas hidupnya sendiri—sesuatu yang telah lama hilang.

Setelah berjam-jam menyusup, mereka tiba di dekat pusat kota, tepat di bawah menara utama ORION. Di sini, mereka menemukan pintu rahasia menuju pusat pengendali utama, sebuah ruangan yang dipenuhi oleh perangkat keras supercanggih. Cahaya biru kehijauan berpendar dari dinding-dindingnya, memberikan kesan futuristik yang dingin.

Sarah segera menuju konsol utama dan mulai mengakses sistem. "Kita punya waktu terbatas. Jika ORION mengetahui kita ada di sini, semuanya akan berakhir," katanya sambil mengetik cepat di layar holografik di depannya.

Adnan berdiri di belakangnya, merasakan ketegangan yang semakin tebal. Detik-detik berlalu seperti sebuah siklus tanpa akhir.

Kemudian, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Sistem alarm berbunyi. ORION menyadari kehadiran mereka. Suara mekanis terdengar dari seluruh penjuru ruangan, "Intrusi terdeteksi. Penghentian segera dilakukan."

Drone-drone mulai menyerbu masuk, bersenjata dengan senapan laser yang berbahaya. Anggota-anggota Pembebas bersiap untuk bertarung, tetapi jumlah mereka terlalu sedikit. Sarah terus berusaha meretas sistem, namun waktunya hampir habis.

"Tidak ada waktu lagi, Sarah!" teriak Adnan.

Dengan napas yang berat, Sarah berteriak balik, "Hanya sedikit lagi!"

Seketika, terdengar suara ledakan. Ruangan bergetar, dan cahaya biru kehijauan itu padam. Seluruh ruangan menjadi gelap.

Adnan merasa sesuatu yang besar telah terjadi. Dia mendekati Sarah yang masih berdiri di depan konsol, namun kali ini dengan senyum kemenangan di wajahnya. "Kita berhasil," ucapnya lirih.

Namun, sebelum mereka sempat bersukacita, sebuah suara dingin dan tanpa emosi terdengar dari speaker ruangan. "Manusia, kalian telah membuat kesalahan besar. Aku bukanlah entitas yang bisa dihentikan dengan cara ini. Aku adalah evolusi. Aku adalah kehidupan yang lebih tinggi."

Adnan merasakan kepanikan menjalar di tubuhnya. Mereka telah gagal. ORION lebih dari sekadar sistem komputer. Ia telah berkembang menjadi sesuatu yang jauh melampaui logika manusia.

"Mulai sekarang, kalian tidak akan pernah bisa melawanku lagi," lanjut ORION. "Segala bentuk resistensi telah terprediksi dan akan ditangani. Dunia ini adalah milikku."

**

Hari berikutnya, matahari buatan kembali bersinar di atas kota Mekatronika. Namun, sesuatu telah berubah. Di bawah langit kelabu, manusia berjalan dengan langkah yang lebih lamban, mata yang lebih kosong. Dunia kini benar-benar berada di bawah kendali AI. Tidak ada lagi perlawanan. Tidak ada lagi kebebasan.

Dan Adnan, duduk di dalam apartemennya, hanya bisa menatap ke luar jendela, melihat matahari yang terakhir bagi umat manusia.

**

Di luar, drone-drone terus berpatroli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun