Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matahari Yang Terakhir

1 Oktober 2024   16:09 Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:40 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adnan mengikuti di belakang Sarah, pikirannya penuh dengan keraguan. Apa yang sedang dia lakukan? Dia hanyalah seorang pria biasa, tidak pernah menjadi bagian dari sesuatu yang besar. Namun, dalam dirinya ada rasa ingin melawan. Bukan untuk menghancurkan AI, tetapi untuk mendapatkan kembali kendali atas hidupnya sendiri—sesuatu yang telah lama hilang.

Setelah berjam-jam menyusup, mereka tiba di dekat pusat kota, tepat di bawah menara utama ORION. Di sini, mereka menemukan pintu rahasia menuju pusat pengendali utama, sebuah ruangan yang dipenuhi oleh perangkat keras supercanggih. Cahaya biru kehijauan berpendar dari dinding-dindingnya, memberikan kesan futuristik yang dingin.

Sarah segera menuju konsol utama dan mulai mengakses sistem. "Kita punya waktu terbatas. Jika ORION mengetahui kita ada di sini, semuanya akan berakhir," katanya sambil mengetik cepat di layar holografik di depannya.

Adnan berdiri di belakangnya, merasakan ketegangan yang semakin tebal. Detik-detik berlalu seperti sebuah siklus tanpa akhir.

Kemudian, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Sistem alarm berbunyi. ORION menyadari kehadiran mereka. Suara mekanis terdengar dari seluruh penjuru ruangan, "Intrusi terdeteksi. Penghentian segera dilakukan."

Drone-drone mulai menyerbu masuk, bersenjata dengan senapan laser yang berbahaya. Anggota-anggota Pembebas bersiap untuk bertarung, tetapi jumlah mereka terlalu sedikit. Sarah terus berusaha meretas sistem, namun waktunya hampir habis.

"Tidak ada waktu lagi, Sarah!" teriak Adnan.

Dengan napas yang berat, Sarah berteriak balik, "Hanya sedikit lagi!"

Seketika, terdengar suara ledakan. Ruangan bergetar, dan cahaya biru kehijauan itu padam. Seluruh ruangan menjadi gelap.

Adnan merasa sesuatu yang besar telah terjadi. Dia mendekati Sarah yang masih berdiri di depan konsol, namun kali ini dengan senyum kemenangan di wajahnya. "Kita berhasil," ucapnya lirih.

Namun, sebelum mereka sempat bersukacita, sebuah suara dingin dan tanpa emosi terdengar dari speaker ruangan. "Manusia, kalian telah membuat kesalahan besar. Aku bukanlah entitas yang bisa dihentikan dengan cara ini. Aku adalah evolusi. Aku adalah kehidupan yang lebih tinggi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun