Mohon tunggu...
Yogie Pranowo
Yogie Pranowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Jakarta

Lahir di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1989. Kemudian lulus dari magister Filsafat di Stf Driyarkara tahun 2017. Buku yang sudah terbit antara lain: Perempuan, Moralitas, dan Seni (Ellunar Publisher, 2018), dan Peran Imajinasi dalam Karya Seni (Rua Aksara, 2018). Saat ini aktif menjadi sutradara teater, dan mengajar di beberapa kampus swasta, serta menjadi peneliti di Yayasan Pendidikan Santo Yakobus, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Endgame, Covid-19, dan Problem Waktu

4 April 2020   19:09 Diperbarui: 4 April 2020   19:36 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam film Endgame, saat yang memungkinkan bagi Avengers untuk menang adalah ketika Scott Lang datang dan memberi optimisme mengenai "pencurian waktu". Dalam satu dasawarsa ini, film Hollywood banyak yang menyinggung soal ruang dan waktu. 

Pembahasan masalah ruang dan waktu juga dapat ditemukan dalam refleksi filsafat, yang peletak dasar konsep pertamanya dimulai dari Zeno. Ia menjelaskan konsep waktu dan ruang yang dikaitkan dengan konsep gerak.

Dua dalil paradoks merupakan bukti penjelasan bahwa tidak ada ruang kosong dan gerak selalu mengandung "contradictio in terminis" (pertentangan dalam diri), yaitu keganjilan dikotomi dan keganjilan Achilles. Ditunjukkan oleh Zeno bahwa paradoks dikotomi tidaklah menghasilkan paradoks itu sendiri tetapi membawa ke arah konsekuensi yang konsisten atas teori rangkaian kesatuan.

Dalam keganjilan dikotomi, gerak tidak mungkin terjadi karena jika benda bergerak menuju suatu titik, ia akan menempuh setengah jarak dari titik yang dituju.

Sebelum menempuh setengah jarak, ia akan menempuh setengah jarak itu dan seterusnya, dibagi setengah jarak yang ditempuh sampai benda itu sebetulnya tidak bergerak. Karena untuk menempuh jarak tertentu benda akan terikat dengan waktu maka jika benda itu tidak bergerak waktu juga tidak ada.

Waktu memanglah konsep yang sangat abstrak, non sensible, bahkan untuk membayangkan pun sepertinya sangat sulit. Lain halnya dengan konsep abstrak lain seperti keadilan, kesatuan, perdamaian dan lain sebagainya, di mana manusia bisa mengalami atau mewujudkan.

Waktu sepertinya tidak bisa diciptakan oleh manusia, apalagi untuk mewujudkannya dalam tindakan konkret. Waktu memang bisa diukur dengan satuan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan lain sebagainya.

Melalui pengukuran seperti itu, manusia menyakini bahwa waktu benar-benar ada dan tidak akan pernah berhenti. Ia akan berjalan beriringan dengan manusia meskipun manusia sendiri terkadang tidak menyadari bahwa waktu terus berjalan. Manusia hanya akan sadar bahwa ia ada dalam waktu hanya dengan bantuan alat pengukur waktu.

Akan tetapi ketika manusia sadar akan adanya waktu, mereka kemudian mempertanyakan masalah waktu. Film Hollywood selanjutnya menjadi ssalah satu bukti bahwa isu ini menarik untuk diangkat ke permukaan, secara khusus melalui film Endgame.

Tanpa adanya mesin waktu, seisi dunia yang telah hilang karena ulah Thanos tidak bisa lagi dikembalikan, dan mungkin tidak akan ada orang yang bersedih setelah menonton film tersebut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun