Mohon tunggu...
Yoga Triatama
Yoga Triatama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Yoga Triatama - 43219010032 . Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Teori Akuntansi Pendekatan Semiotika - Ferdinand de Saussure

22 Mei 2022   23:30 Diperbarui: 23 Mei 2022   00:12 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Yoga Triatama

NIM : 43219010032

Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo M. Si. Ak

Menurut Saussure tanda-tanda kebahasaan, setidaknya memiliki dua buah karakteristik primordial, yaitu bersifat linier dan arbitrer (Budiman, 1999 : 38). Tanda dalam pendekatan Saussure merupakan manifestasi konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi dengan citra bunyi sebagai penanda. 

Jadi penanda (signifier) dan petanda (signified) merupakan unsur mentalistik. Dengan kata lain, di dalam tanda terungkap citra bunyi ataupun konsep sebagai dua komponen yang tak terpisahkan. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat bebas (arbiter), baik secara kebetulan maupun ditetapkan. Arbiter dalam pengertian penanda tidak memiliki hubungan alamiah dengan petanda.

Teori semiotik juga mempelajari beberapa sistem tanda non-linguisirik. Semiotika pada umunya terbagi menjadi 3 bagian. contohnya sebagai berikut :

Sintakis (Tata Bahasa) : Sintaksis dapat berhubungan dengan logika yang konsisten di kemukakan dalam sebuah pernyataan terstruktur yaitu: pernyataan logika matematika, logika internal dalam abstrak, serta pernyataan abstrak dengan tata bahasa yang baku.  

Pragmatic (Pengaruh Bahasa) : Pengaruh informasi akuntansi terhadap stakeholder merupakan bahasan dalam mengkaji teori pragmatik. Pengevaluasian dan pengukuran psikologi, sosialisasi, serta pengaruh terhadap media pelaporn dan alternatif prosedur merupakan salahdia pelaporn dan alternatif prosedur merupakan salah satu fungsi dari pada mengkaji teori pragmatik.  

Sematik (Makna Bahasa) : Penjelasan mengenai kata, istilah, maupun simbol tentang devinisi operasional dalam praktik akuntansi merupakan penjabaran dari teori sematik. Perumusan struktur akuntansi dapat dilakukan secara logis, manakala penggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia nyata maka tidak ada pula arti atau makna dari simbol.

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri dikatakan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. 

Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objekobjek, peristiwaperistiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotika bisa dikatakan sebagai cabang ilmu yang berhubungan dengan tanda, mulai dari sistem tanda, dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda pada akhir abad ke 18.

Semiotika pertama kali dikembangkan dan banyak dipergunakan dalam pengkajian sistem tanda. Semiotika dalam kaitannya dengan hal tersebut adalah pemahaman semiotika yang mengacu pada teori semiotika Ferdinand De Sausure. Sedangkan, petanda dilihat sebagai makna yang ada di balik wujud fisik berupa nilainilai. 

Adapun hubungan signifikan berdasarkan atas kesepakatan sosial dalam pemaknaan tanda. Hubungan semiotik dengan linguistik harus disadari hakikat adanya ikatan antara dua bidang tersebut yang oleh Saussure difokuskan pada hakikat kata sebagai sebuah tanda.

Pembahasan pokok pada teori Saussure yang terpenting adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Tanda merupakan kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifer) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah "bunyi yang bermakna" atau "guratan yang bermakna". 

Singkatnya, penanda adalah aspek penting dari bahasa. Dengan kata lain, apa yang harus dikatakan  dan didengar, apa yang harus ditulis dan dibaca. Tanda adalah gambaran, pemikiran, atau konsep spiritual (Bertens, 2001: 180, Sobur, 2013: 46).

Semiotika Saussure adalah studi tentang tanda-tanda dalam kehidupan sosial manusia, termasuk apa tanda-tanda itu dan hukum apa yang mengatur pembentukan tanda-tanda itu. Hal ini menunjukkan bahwa tanda dan makna di baliknya terbentuk dalam kehidupan sosial dan dipengaruhi oleh sistem (atau hukum) yang berlaku di sana. Ada beberapa  sistem yang mempengaruhi pembentukan dan pemeliharaan tanda dalam masyarakat, dan Saussure lebih menitikberatkan pada peran bahasa daripada aspek lain seperti sistem sekretaris, agama, tata krama, dan adat istiadat.

Semiotika adalah studi tentang tanda, fungsi tanda, dan generasi makna. Sebuah tanda berarti sesuatu yang lain bagi seseorang. Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat  dapat diamati kadang-kadang disebut tanda. Oleh karena itu, indikatornya tidak terbatas pada objek atau bahasa. Adanya suatu peristiwa, tidak adanya suatu peristiwa, struktur-struktur yang ditemukan, dan kebiasaan-kebiasaan semuanya bisa disebut tanda. Tanda menunjukkan sesuatu selain dirinya, artinya hubungan antara  objek atau ide dengan tanda.  

Sebagai seorang ahli bahasa , Saussure sangat tertarik dengan bahasa. Dia lebih tertarik pada bagaimana simbol lain berhubungan dengan simbol lain daripada bagaimana mereka berhubungan dengan simbol lain. Model dasar Saussure berfokus langsung pada tanda itu sendiri. 

Bagi Saussure, tanda adalah objek fisik yang bermakna. Atau, bila menggunakan istilah ini, tanda terdiri dari representasi simbolis dan tanda. Simbol adalah gambaran dari simbol. Bagaimana kita mengenali dan menulis di atas  kertas atau  di udara. Aura adalah konsep spiritual yang dirujuk oleh tanda. Konsep spiritual ini hampir sama di antara semua anggota budaya yang sama yang menggunakan bahasa yang sama (John Fiske, 2007: 65).

Prinsip pertama  teori linguistik Saussure menyangkut sifat dasar  tanda. Bahasa isyarat bersifat arbitrer. Kombinasi tertentu yang bermakna dan bermakna adalah entitas apa pun. Ini adalah fakta dasar bahasa dan teknik linguistik. Dia menyatakan: "Tidak ada yang tidak setuju dengan prinsip kesewenang-wenangan tanda, tetapi seringkali lebih mudah untuk menemukan kebenaran daripada memberikan tempat yang sah." Prinsip-prinsip di atas mengatur seluruh analisis linguistik  suatu bahasa. Hasilnya tak terukur. Meski hasilnya tidak sama, namun langsung terlihat. Hanya setelah liku-liku kita akan menemukan pentingnya dan kepentingan mendasar dari prinsip ini.  

Apakah  ada pengecualian untuk prinsip dasar ini? Terdapat metode yang digunakan untuk memudahkan pembentukan simbol-simbol kebahasaan yang menyebabkan kurang arbitrer. 

Dalam kasus onomatopoeia, seperti dalam bahasa Inggris, bunyi penanda  agak ditiru, seperti bunyi bowwow atau arf arf (bandingkan  ouaoua dalam bahasa Prancis, wauwau dalam bahasa Jerman,  baubau dalam bahasa Italia). 

Namun, ada sangat sedikit kasus seperti itu, dan kami mengenalinya sebagai  kasus khusus dengan kelas lain, sehingga kita dapat mengonfirmasi bahwa karakter biasa bersifat arbitrer. 

Namun, simbol bahasa dapat memiliki motivasi yang berbeda dalam bahasa tertentu. Mesin yang biasa tulis disebut mesin tik. Tidak ada alasan sebenarnya mengapa tidak disebut grue atau brimmed, tetapi dalam mesin tik bahasa Inggris, dua urutan fonetik yang membentuk representasi simbolik, arti jenis dan juru tulis terkait dengan representasi simbolik.

Oleh karena itu,  dapat dikatakan bahwa semua bahasa memiliki karakter arbitrer sebagai elemen dasar. Oleh karena itu, bahasa memiliki proses yang berbeda untuk menggabungkan karakter ini, tetapi  tidak mengubah sifat penting bahasa dan elemen dasarnya.

Saussure berasumsi bahwa selama perilaku dan perilaku manusia memiliki makna dan fungsi sebagai tanda, maka  terdapat sistem perbedaan dan adat istiadat yang memungkinkan makna tersebut. Ketika Saussure  melihat sains mempelajari tanda-tanda masyarakat, ia mempelajari di  mana dan  apa tanda dan aturan yang diatur. Bagi Saussure, ilmu ini disebut semiotika, dan linguistik merupakan bagian kecil dari ilmu umum.

Prinsip-prinsip linguistik Saussure dapat disederhanakan menjadi poin-poin pemahaman berikut.  

1. Bahasa adalah sebuaha fakta sosial.

2. Sebagai fakta sosial, bahasa adalah laten, dan bahasa bukanlah gejala yang dangkal, tetapi aturan yang menentukan gejala yang dangkal, dan disebut bahasa Sengai. Bahasa memanifestasikan dirinya sebagai slogan, tindakan berbicara atau berbicara secara individu. 

3. Bahasa adalah suatu sistem atau struktul tanda-tanda. Karena itu, bahasa mempunyai satuan-satuan yang bertingkat-tingkat, mulai dari fonem, morfem, klimat, hingga wacana.

4. Unsur-unsur dalam setiap tingkatan tersebut saling menjalin melalui cara tertentu yang disebut dengan hubungan paradigmatik dan sintagmatik. 

5. Relasi atau hubungan-hubungan antara unsur dan tingkatan itulah yang sesungguhnya membangun suatu bahasa. Relasi menentuka nilai, makna, pengertian dari setiap unsur dalam bangunan bahasa secara keseluruhan. 

6. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa yang prinsipprinsipnya yang telah disebut diatas, bahasa dapat dikaji melalui suatu pendekatan sikronik, yakni pengkajian bahasa yang membatasi fenomena bahasa pada satu waktu tertentu, tidak meninjau bahasa dalam perkembangan dari waktu ke waktu (diakronis).

Dalam hal ini terdapat lima pandangan dari Saussure yang kemudian menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss,  yaitu pandangan tentang (1) signifier (penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk) dan content (isi); (3) languge (bahasa) dan parole (tuturan/ajaran); (4) synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); dan (5) syntagmatic (sintakmatik) dan associative (paradigmatik). 

Pada awalnya laporan keuangan cenderung bersifat sederhana yang hanya memuat informasi kuantitatif tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, arus kas, perubahan ekuitas dan penjelasan atas laporan keuangan. Namun, seiring dengan berkembangnya bisnis dan teknologi, laporan keuangan tidak lagi hanya berisi informasi kuantitatif, akan tetapi juga berisi berbagai informasi kualitatif. 

Semakin berkembangnya kebutuhan pengambilan keputusan atas suatu perusahaan menimbulkan isu baru dalam akuntansi. Laporan keuangan tidak hanya memenuhi kebutuhan informasi investor dan kreditor tetapi laporan keuangan juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak dari keberadaan perusahaan pada lingkungan sosial dan lingkungan alam dan masyarakat sekitar yang menghasilkan pemikiran tentang Integrated Reporting. 

Tujuan utama dari Integrated Reporting ialah menyediakan informasi (keuangan dan nonkeuangan) yang terintegrasi bagi penyedia modal keuangan, terutama tentang bagaimana organisasi dapat menciptakan nilai dari waktu ke waktu yang diharapkan perusahaan akan dapat bertahan dalam jangka panjang dengan sebuah pelaporan yang didukung oleh keuangan, sosial, dan lingkungan (IIRC, 2013)

Konsep dari Teori Semiotika Ferdinand De Saussure

Konsep semiotika atau semiologi dari Ferdinand de Saussure memiliki empat konsep, yaitu:

A. Signifiant dan Signifie

Konsep pertama adalah signifiant dan signifie yang menurut Saussure merupakan komponen pembentuk tanda dan tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama lain. Signifiant, atau disebut juga signifier, merupakan hal-hal yang tertangkap oleh pikiran kita seperti citra bunyi, gambaran visual, dan lain sebagainya. Sedangkan signifie, atau yang disebut juga sebagai signified, merupakan makna atau kesan yang ada dalam pikiran kita terhadap apa yang tertangkap.

Jika ditinjau dari segi linguistik yang merupakan dasar dari konsep semiologi Saussure, perumpamaannya bisa dianalogikan dengan kata dan benda "pintu". Pintu secara signifiant merupakan komponen dari kumpulan huruf yaitu p-i-n-t-u, sedangkan secara signifie dapat dipahami sebagai sesuatu yang menghubungkan satu ruang dengan ruang lain. Kombinasi dari signifiant dan signifie ini yang kemudian membentuk tanda atas "pintu", bukan sekedar benda mati yang digunakan oleh manusia. 

B. Langue dan Parole

Konsep kedua adalah aspek dalam bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua yaitu langue dan parole. Langue adalah sistem bahasa dan sistem abstrak yang digunakan secara kolektif seolah disepakati bersama oleh semua pengguna bahasa, serta menjadi panduan dalam praktik berbahasa dalam suatu masyarakat.

Sedangkan parole adalah praktik berbahasa dan bentuk ujaran individu dalam masyarakat pada satu waktu atau saat tertentu.

Saussure menjelaskan bahwa langue bisa dikatakan sebagai fakta sosial dan menjadi acuan masyarakat dalam berbahasa, yang juga berperan sebagai sistem yang menetapkan hubungan antara signifiant dan signifie. Langue yang direalisasikan dan diterapkan oleh individu dalam masyarakat sebagai wujud ucapan bahasa ini kemudian disebut sebagai parole. Parole satu individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda-beda karena realisasi dan penerapannya bisa beragam satu sama lain. 

C. Synchronic dan Diachronic

Konsep yang ketiga mengenai telaah bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua, yaitu synchronic dan diachronic. Synchronic merupakan telaah bahasa yang mana mempelajari bahasa dalam satu kurun waktu tertentu, sedangkan diachronic mempelajari bahasa secara terus menerus atau sepanjang masa selama bahasa tersebut masih digunakan.

Synchronic seringkali disebut sebagai studi linguistik deskriptif, karena kajian didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan bahasa apa yang digunakan pada suatu masa tertentu. Sedangkan diachronic lebih bersifat pada studi historis dan komparatif, karena bertujuan untuk mengetahui sejarah, perubahan, dan perkembangan struktural suatu bahasa pada masa yang tak terbatas. 

D. Syntagmatic dan Associative / Paradigmatic

Konsep semiologi Saussure yang terakhir adalah konsep mengenai hubungan antar unsur yang dibagi menjadi syntagmatic dan associative atau paradigmatic. Syntagmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam konsep linguistik yang bersifat teratur dan tersusun dengan beraturan. Sedangkan, associative/paradigmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam suatu tuturan yang tidak terdapat pada tuturan lain yang bersangkutan, yang mana terlihat nampak dalam bahasa namun tidak muncul dalam susunan kalimat.

Hubungan syntagmatic dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di kalimat yang kita gunakan sehari-hari, termasuk kalimat bahasa Indonesia. Jika kalimat tersebut memiliki hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan makna dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata di dalamnya. Sedangkan hubungan paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada satu kalimat dengan kalimat lainnya, yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika melihat satu kalimat saja. 

Kita tentu sudah sering mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia yang membahas unsur-unsur dalam kalimat berupa subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK); namun pada kenyataannya tidak semua kalimat selalu memiliki unsur-unsur tersebut, bukan? 

Kajian semiologi menyatakan jika sebuah kalimat memiliki unsur SPOK yang lengkap dan memiliki kesatuan arti dari gabungan unsur tersebut sehingga tidak bisa digantikan dengan unsur lain karena dapat merubah makna, maka kalimat tersebut memiliki hubungan syntagmatig.

Dan sebaliknya, jika sebuah kalimat tidak memiliki susunan SPOK lengkap dan salah satu unsurnya dapat diganti dengan kata lain tanpa merubah makna, maka kalimat tersebut memiliki hubungan paradigmatic.

Semiotik menjadi salah satu kajian yang menjadi tradisi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri (Littlejohn, 2009:53). 

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono, 2007:261). Suwardjono (2005) mengartikan semiotika sebagai suatu bidang kajian yang membahas teori umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bidang linguistika.

Bahasa Sebagai Sistem Tanda

Dengan latar belakang kajian linguistik dan bahasa, Saussure menempatkan bahasa sebagai dasar dari sistem tanda dalam teori semiologi yang dibuatnya. Bahasa dipandang oleh Saussure sebagai sistem tanda yang dapat menyampaikan dan mengekspresikan ide serta gagasan dengan lebih baik dibanding sistem lainnya. Bahasa merupakan suatu sistem atau struktur yang tertata dengan cara tertentu, dan bisa menjadi tidak bermakna jika terlepas dari stuktur yang terkait. 

Saussure menjelaskan bahwa kajian linguistik masih terlalu umum untuk membahas sistem tanda, karenanya perlu dibuat kajian yang lebih khusus yang ia namakan semiologi. Karena berangkat dari dasar linguistik itulah, kajian semiotika dari Saussure ini dikenal juga dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai semiotika linguistik. Saussure sendiri menyebutkan tiga kata dalam bahasa Prancis yang berarti 'bahasa', yaitu parole, langage, dan langue. 

Parole adalah ekspresi bahasa yang muncul dari pikiran tiap individu dan tidak bisa disebut fakta sosial karena cenderung subjektif. Langage merupakan gabungan dari parole dan kaidah bahasa, yang mana digunakan oleh seluruh masyarakat sebagai gabungan dari ekspresi sehingga belum bisa disebut fakta sosial. Sedangkan langue merupakan kaidah bahasa yang digunakan dan diterapkan oleh kelompok masyarakat tertentu yang memungkinkan berbagai elemen di dalamnya untuk memahaminya sehingga bisa dikatakan sebagai realitas yang ada. 

Prof Apollo. Modul Kuliah Teori Akuntansi
Prof Apollo. Modul Kuliah Teori Akuntansi

Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang bermanfaat bagi manajemen untuk pelaksanaan kegiatan operasi manajemen sehari-hari. Belkaoui (2006) menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik. 

Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu aktivitas yang bersifat teknis agar tujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat itu dapat dicapai. Namun demikian, dalam kaitan dengan pihak luar, laporan keuangan berperan sebagai suatu media perantara. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan media komunikasi yang dapat digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah "bunyi yang bermakna" atau "coretan yang bermakna". Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda dalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. 

Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Mesti diperhatikan adalah bahwa dalam tanda Bahasa yang konkret, kedua unsur tersebut tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi: penanda atau petanda; signifier atau signified. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistis.

Pelaporan keuangan pada awalnya terbatas hanya pada isi laporan keuangan yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Namun demikian, dalam SFAC No.1 disebutkan bahwa pelaporan keuangan tidak lagi terbatas pada isi dari laporan keuangan, tetapi juga media pelaporan informasi lainnya. Oleh karena itu, dalam perkembangannya praktik pelaporan keuangan tidak hanya menyajikan informasi kuantitatif, tetapi juga menyajikan informasi lain seperti narrative text, foto, tabel, dan grafik (David, 2002). 

Teks naratif (narrative text) merupakan bagian yang memainkan peranan penting bagi perusahaan dalam membentuk image perusahaan. David (dikutip oleh Watson, 2005) mengatakan bahwa teks naratif antara lain meliputi diskusi dan analisis manajemen dan sambutan yang disampaikan direktur dan komisaris. 

Diskusi dan analisis manajemen digunakan sebagai suatu media untuk menginterpretasikan dan mendiskusikan suatu tujuan perusahaan. Sambutan tertulis digunakan sebagai surat pengantar yang ditandatangani oleh Dewan Komisaris dan Dewan Direksi yang berisi informasi tentang ringkasan kinerja yang lalu dan rencana masa yang akan datang (Yuthas, et al. 2002).

Gardner dan Martinko (1988) mengungkapkan bahwa melalui teks naratif, perusahaan secara aktif berusaha membentuk image positif dan menghindari image negatif. Cara yang digunakan perusahaan untuk mengirimkan pesan melalui annual report merupakan strategi komunikasi perusahaan yang digunakan untuk membangun kepercayaan publik (Kohut dan Segars, 1992). 

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika perusahaan mengalami kerugian, manajemen akan membuat pernyataan bahwa kerugian tersebut tidak disebabkan oleh kesalahan strategi manajemen melainkan disebabkan oleh faktor di luar kemampuan manajemen. Pada laporan tahunan, teks naratif (narrative text) merupakan komplemen penting dari laporan keuangan (Courtis, 2002). 

Untuk mencapai transparansi bagi pihak yang berkepentingan, terutama investor, kejelasan dari teks naratif juga menjadi hal yang lebih penting (Rutherford, 2003). Hal ini yang mendorong manajemen untuk membentuk image positif dan menghindari image negatif. Sikap untuk menghindari image negatif dan membentuk image positif tidak dapat dipisahkan dari perilaku narsis individu. Oleh kerena itu, tidak mengherankan jika narsisme bahasa cenderung digunakan manajemen untuk menciptakan image positif melalui pemakaian narrative text.

Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang selalu mempunyai dua segi; penanda atau petanda; signifier atau signified; signifiant atau signifie. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistis. "penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas," kata Saussure

Alasan mengapa harus menggunakan teks naratif, yaitu untuk membentuk image, membuat reputasi perusahaan naik, dan memperoleh legitimasi.

Pembentukan image positif melalui pesan dalam annual report merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk membangun kepercayaan publik (Kohut dan Segars, 1992). Oleh karena itu perusahaan berusaha untuk menciptakan sesuatu di dalam pelaporan keuangannya sehingga menarik kepercayaan bagi investor, masyarakat umum, dan calon pemegang saham. Hal tersebut membuat narrative text di dalam annual report menjadi hal yang penting bagi perusahaan dan menarik perhatian beberapa akademisi untuk meneliti isu berkaitan dengan laporan keuangan.

Segala informasi yang terkandung di dalamnya, tentu memiliki makna dan pesan serta maksud tersendiri. Manajemen perusahaan harus dapat membuat teks naratif yang memiliki makna yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan perusahaan kepada para stakeholders. Maka proses inilah yang disebut dengan retorika. Pentingnya pemahaman atas narrative text, tanda, simbol dan makna dari suatu kalimat inilah yang disebut dengan retorika.

Konsep dasar semiotik terdapat pada sistem dikotomi tanda, yakni penanda dan petanda. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa, tanda merupakan suatu kesatuan dari penanda dan petanda. Petanda adalah bunyi yang memiliki makna, sedangkan penanda adalah aspek material dari bahasa. Petanda tidak akan ada artinya tanpa penanda, karena itu bukan sebuah tanda. Hubungan antara penanda maupun petanda saling memiliki ketergantungan satu sama lain.

Penanda atau dengan kata lainnya disebut sebagai gambaran akustik merupakan aspek material seperti bunyi yang tertangkap (Nyoman, 2004:99) dan petanda merupakan aspek konsep. Keduanya memilki hubungan yang bersifat arbitrer. Ekspresi kebahasaan (parole, speech, utterance), dengan sistem pembedaan tanda-tanda. 

Parole bersifat konkret yang disebut sebagai fakta social (langue). Saussure (Marianto, 2002:35-36), menjelaskan pemahaman tentang tandapenanda dan petanda, ia menganalogikan kesatuan dari ketiganya itu dengan selembar kertas. Satu sisi kertas adalah penanda, sisi lainnya adalah petanda, dan kertas itu sendiri adalah tanda. Lebih lanjut Saussure mengatakan bahwa kita tidak dapat memisahkan penanda dan petanda dari tanda itu sendiri. 

Berdasarkan penjelasan di atas, penanda dan petanda nampak seperti dua hal yang terpisah dari tanda, seolah-olah tanda dapat membuat pemisahan antara keduanya. Namun sesungguhnya, penanda dan petanda hanyalah dua istilah yang berguna untuk memberi penekanan bahwa ada dua hal yang berbeda yang menjadi syarat mutlak untuk menjadi sebuah tanda. 

Penanda dan petanda selalu ada secara bersama-sama, hubungan antara penanda dan petanda disebut pemaknaan atau makna yang diinginkan, dengan demikian, telah jelas bahwa Saussure dalam bidang linguistiknya memakai dikotomi penanda dan petanda (Pradopo, 2009:119). 

Konsep semiotika atau semiologi dari Ferdinand de Saussure adalah (a) significant dan signifie (b) langue dan parole.

Signifier dan signified yang cukup penting dalam upaya menagkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa Bahasa itu adalah suatu system tanda, dan setiap tanda itu tersususn dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). 

Menurut Saussure Bahasa itu merupakan system tanda(sign) dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, Bahasa adalah aspek material dari Bahasa apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis dan dibaca. Petanda adalah aspek material Bahasa. Yang mesti diperhatikan adalah bahwa tanda yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa di pisahkan.

Form dan Content, dalam istilah form (bentuk dan content (materi isi) ini oleh Gleason diistilahkan dengan expression dan content, satu berwujud bunyi danyang lain berwujud idea. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh perbedaanya.

Langue dan Parole, langue merupakan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, dan sifatnya abstrak, menurut Saussure langue adalah totalitas dari sekumpulan fakta satu bahasa, yang disimpulkan dari ingatan para pemakai bahasa dan merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam setiap individu. Langue ada dalam otal, bukan hanya abstraksi- abstraksi saja dan merupakan gejala sosial. dengan adanya langue itulah, maka terbentuklah masyarakat ujar, yaitu masyarakat yang menyepakati aturan-aturan gramatikal, kosakata, dan pengucapan. 

Sedangkan yang dimaksud parole merupakan pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota bahasa; sifatnya konkrit karena parole tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Parole sifatnya pribadi, dinamis, lincah, sosial terjadi pada waktu, tempat, dan suasana tertentu. Dalam hal ini, yang menjadi objek telaah linguistik adalah langue yang tentu saja dilakukan melalui parole, karena parole itulah wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati dan diteliti. 

Synchronic dan diachronic, linguistik sinkronik merupakan subdisiplin ilmu yang mempelajari atau mengkaji struktur suatu bahasa atau bahasa-bahasa dalam kurun waktu tertentu/masa tertentu dan kajiannya lebih difokuskan kepada struktur bahasanya bukan perkembangannya. 

Studi sinkronik bersifat horizontal dan mendatar, karena tidak ada perbandingan bahasa dari masa ke masa serta bersifat deskriptif karena adanya penggambaran bahasa pada masa tertentu. Linguistik sinkronik ini mengkaji bahasa pada masa tertentu dengan menitikberatkan pengkajian bahasa pada strukturnya. Tujuan adanya linguistik sinkronik ini untuk mengetahui bentuk atau struktur bahasa pada masa tertentu.

Linguistik diakronik merupakan subdisiplin linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa, mengkaji sejarh atau evolusi bahasa (historis) seiring berlalunya waktu. Studi diakronik besifat vertikal dan historis serta didalamnya terdapat konsep perbandingan. Linguistik diakronik ini mengkaji bahasa dengan berlalunya masa yang menitikberatkan pengkajian bahasa pada sejarahnya.

Selain itu linguistik ini memiliki ciri evolusi dan cakupan kajiannya lebih luas sehingga dapat menelaah hubungan-hubungan dianara unsur-unsur yang berurutan. Tujuan adanya linguistik diakronik ini untuk mengetahui keterkaitan yang mencakup perkembangan suatu bahasa (sejarah bahasa) dari masa ke masa. 

Syntamatic dan Associative. Konsep semiologi Saussure yang terakhir adalah konsep mengenai hubungan antar unsur yang dibagi menjadi syntagmatic dan associative. Syntagmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam konsep linguistik yang bersifat teratur dan tersusun dengan beraturan. Sedangkan, associativa menjelaskan hubungan antar unsur dalam suatu tuturan yang tidak terdapat pada tuturan lain yang bersangkutan, yang mana terlihat nampak dalam bahasa namun tidak muncul dalam susunan kalimat.

Hubungan syntagmatic dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di kalimat yang kita gunakan sehari-hari, termasuk kalimat bahasa Indonesia. Jika kalimat tersebut memiliki hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan makna dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata di dalamnya.  

Sasussure sendiri lebih berkonsetrasi pada paradigma langue dan parole. Lengue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. 

Menurut Saussure, langue adalah totalitas dari sekumpulan fakta suatu bahasa, yang di simpulkan dari ingatan para pemakai bahasa dan merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam setiap individu. Langue ada dalam otak, bukan hanya abstraksi saja dan merupakan gelaja sosial. Dengan adanya langue itulah, maka terbentuk masyrakat ujar yaitu masyarakat yang menyepakati aturan-aturan gramatikal, kosakata, dan pengucapan.

Selanjutnya yang dimaksud dengan parole adalah Pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa sifatnya konkret karena parole tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Parole sifatnya pribadi, dinamis, lincah, sosial, terjadi pada waktu, tempat, dan suasana tertentu. 

Contoh: paroleh adalah bentuk konkret dari langue cpntoh parole adalah kursi yang merupakan bentuk dar langue adalah tempat duduk.

Konsep Saussure tentang tanda menunjuk ke otonomi relatif bahasa dalam kaitannya dengan realitas. Meski demikian, bahkan secara lebih mendasar Saussure mengungkap suatu hal yang bagi kebanyakan orang modern menjadi prinsip yang paling berpengaruh dalam teori lingustknya: bahwa hubungan antara penanda dan yang ditandakan (petanda) bersifat sebarang atau berubah-ubah. 

Berdasarkan prinsip ini, struktur bahasa tidak lagi dianggap muncul dalam etimologi dan filologi, tetapi bisa ditangkap dengan sangat baik melalui cara bagaimana bahasa itu mengutarakan (yaitu konfigurasi linguistik tertentu atau totalitas) perubahan. Karena itu, pandangan "nomeklaturis" menjadi landasan linguistik yang sama sekali tidak mencukupi. 

Prof Apollo. Modul Kuliah Teori Akuntansi
Prof Apollo. Modul Kuliah Teori Akuntansi

Akuntansi dapat diartikan sebagai seperangkat simbol bahasa atau representasi/perwakilan simbolik yang menunjuk pada suatu makna atau realitas tertentu (Riduwan, 2010). dengan demikian semiotika akuntansi merupakan ilmu yang mengkaji penggunaan simbol dan tanda bahasa atau representasi simbolik yang digunakan dalam akuntansi untuk menghasilkan makna atas realitas tertentu yang dibentuk di dalam akuntansi itu sendiri. 

Dalam Pedoman Akuntansi Indonesia,  disebutkan bahwa Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sebuah penelitian di dalam laporan keuangan cenderung dimaksudkan untuk meneliti manfaat laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi. Hal ini didukung oleh Azam, et al (2011) yang meneliti tentang manfaat integrated reporting untuk meningkatkan transparansi di dalam operasi perusahaan. Di dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dengan meningkatnya transparansi akan meningkatkan kepercayaan stakeholder. 

Hal ini terjadi karena stakeholder dapat melihat kinerja perusahaan dalam segala aspek sehingga mempermudah dalam pengambilan keputusan bisnis dan menilai risiko yang akan dihadapi. Hal tersebut menunjukkan bahwa laporan keuangan memegang peranan dalam mewujudkan suatu pengambilan keputusan ekonomi.

Sifat Satuan Kebahasaan 

Saussure menganggap penting kenyataaan bahwa bahasa bukanlah suatu tata nama. Kita tidak memahami hal ini karena kita tidak dapat memahami seluk beluk lengkap dari sifat arbitremya tanda. Suatu bahasa tidak sekadar memberikan nama secara arbitrer terhadap sekumpulan konsep yang adanya terpisah. Bahasa menetapkan kaitan yang arbitrer antara penanda yang dipilihnya di satu pihak dan ditanda yang dipilihnya sendiri di pihak lain. 

Bahasa tidak hanya menghasilkan sekumpulan penanda yang berlainan, menyampaikan konsep, dan membagi kontinum bunyi menurut cara yang berbeda; setiap bahasa menghasilkan sekumpulan ditanda yang berbeda; bahasa mem-punyai cara yang berbeda dan 'arbitrer' untuk mengatur hal-hal di dunia menjadi konsep atau kategori.

Jelaslah bahwa deretan bunyi dalam kata fleuve dan riviere adalah penanda dalarn bahasa Perancis bukan bahasa Inggris, sedangkan river (sungai) dan stream (sungai kecil) adalah penanda bahasa Inggris bukan bahasa Perancis. Lebih penting lagi, meskipun tidak sejelas ini, pengaturan pada taraf konseptual juga berbeda dalarri bahasa lnggris dan Perancis. 

Konsep atau ditanda 'river' berlawanan dengan 'stream' hanya dalam hal ukurannya. 'Flueve' berbeda pengan 'riviere' bukan karena Iebih besar, melainkan karena mengalir ke faut, sedangkan 'riviere' tidak. Pendek kata, 'fleuve' dan 'riviere' bukanlah ditanda atau konsep dalam bahasa Inggris. Keduanya merupakan penyampaian konsep yang berbeda pada taraf konseptual. 

lstilah untuk warna adalah contoh yang sangat bagus bagi karakteristik tanda ini. Misalkan kita akan mengajari orang asing mengenai wama dalam bahasa Inggris. Mari kita umpainakan juga bahwa ia adalah pembelajar yang agak lamban dari budaya non-Eropa sehingga kita hams mencari strategi mengajar yang efisien. Mungkin akan terbukti pada kita bahwa cara terbaik adalah dengan mengajarkan wama tersebut satu persatu, rnisalnya kita dapat memulai dengan wama coklat dan tidak melanjutk:an ke wama lain sarnpai kita yakin bahwa ia telah memaharni wamacoklat. 

Jadi, kita rnemulai dengan menunjukkan benda-benda berwarna coklat dan mengatakan bahwa itu wama coklat. Karena kita ingin cermat, kita mengurnpulkan seratus benda berwama coklat dari berbagai jenis. Sesudah mernbuatnya kita sendiri bosan selarna beberapa jam, kita mernbawanya ke karnar lain untuk menguji wama 'coklat' ia mengambil sernua benda coklat. Ia langsung bekerja, tetapi mendapatkan kesulitan tentang apa yang harus dipilihnya, dengan kecewa kita merasa bahwa kita cukup saksama dan mengusulkan untuk memulai lagi pada hari berikutnya dengan lima ratus benda coklat. 

Analisis 'Lalangue' 

Bahasa adalah bentuk, bukan substansi (bahan). Suatu bahasa adalah sistem nilai-nilai yang saling berkaitan dan menganalisis bahasa berarti rnenetapkan sistern nilai yang rnernbentuk dasar keadaan, bahasa (state of lariguage). Berlawanan dengan unsur fonis yang positif dan unsur penanda dari suatu tindak tuturan atau parole, la langue adalah suatu sistern oposisi atau sistern perbedaan dan tugas seorang analis adalah untuk rnenernukan perbedaan fungsional ini. Kita rnengikuti pendirian Saussure bahwa yang rnenjadi rnasalah dasar adalah yang rnenyangkut identitas kebahasaan. 

Tidak ada hal yang sifatnya memang sudah tertentu (sudah ada) dalarn linguistik. Tidak ada unsur-unsur sifatnya positif dan rnernang sudah rnengandung definisi sendiri yang dapat kita gunakan untuk rnernulai sesuatu. Dalarn rangka rnengidentifikasikan . dua hal dari satuan yang sarna, kita harus rnernbentuk suatu entitas yang sifatnya formal (berkenaan dengan bentuk) dan relasional dengan mernbedakan antara perbedaan-perbedaan yang tidak fungsional (yang dianggap nonlinguistik oleh Saussure) dan perbedaan yang sifatnya fungsional. 

Manakala kita telah rnengenali hubungan dan oposisi yang membatasi penanda di satu pihak dengan ditanda (konsep) di lain pihak, kita mernpunyai halhal yang kita bahas sebagai entitas positif, yakni tanda kebahasaan, meskipun , kita harus ingat bahwa tanda tersebut adalah entitas yang timbul dari dan tergantung padajaringan perbedaan yang merupakan dasar sistem linguistik pada saat tertentu.

Bahasa Sebagai Kenyataan Sosial

Dengan menjelaskan aspek-aspek teknis ini dalam teori Saussure mengenai bahasa, kita tidak memberikan penekanan yang memadai terhadap satu azas yang diberinya beban yang berat bahwa dalam menganalisis bahasa, kita menganalisis fakta sosial yang berkenaan dengan penggunaan objek materiil secara sosial. 

Sebagaimana yang telah kita katakan, suatu bahasa dapat diwujudkan dalam berbagai substansi tanpa mengubah sifat dasamya sebagai sistem hubungan. Yang penting dan yang rnemang relevan adalah pembedaan dan hubungan yang telah diberi makna oleh masyarakat. 

Masalah yang secara terns menerus ditanyakan oleh analis adalah perbedaan apakah yang mempunyai makna bagi anggota masyarakat tuturan (speech community). Mungkin seringkali sulit untuk memberikan bentuk yang tepat terhadap hal-hal yang berfungsi sebagai tanda, tetapi jika suatu perbedaan mengandung makna bagi anggota suatu budaya, akan terdapat tanda, bagai-mana pun abstraknya yang harus dianalisis.

Dalam proses sosial, human actors memegang peranan dalam mengkoordinasikan tindakannya. Semua pihak yang berpartisipasi mempengaruhi proses pencapaian pemahaman dengan menjustifikasi alasannya. Rasionalitas dalam teori komunikasi aksi, berhubungan dengan makna dari komunikasi aksi itu sendiri. Tindakan sosial didasari oleh pemahaman dan kesepakatan yang dimotivasi secara rasional (Sawarjuwono, 1995). Habermas menyebut ini sebagai proses komunikasi secara rasional.

Terima kasih.

Daftar Pustaka :

- Prof. Apollo. (2022). Teori Atau Tanda Semiotika Ferdinand de Saussure. Modul Kuliah Teori Akuntansi. Jakarta : FEB-Universitas Mercu Buana.

- https://pakarkomunikasi.com/teori-semiotika-ferdinand-de-saussure (Diakses online pada 22 Mei 2022).

- Riska Halid. (2019). ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE PADA NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI : Universitas Muhammadiyah Makassar.

- Jonathan Culler. (1986). Saussure.

- Rizka Julia Budiani. (2011). NARSISME DALAM PELAPORAN KEUANGAN:ANALISIS SEMIOTIK ATAS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MENGALAMI KERUGIAN : Universitas Diponegoro.

- Salimatul Adawiyah, Nur Diana. (2014). KAJIAN SEMIOTIK LAPORAN TAHUNAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI PEMENANG ANNUAL REPORT AWARD : Universitas Islam Malang.

- Yuni Widiyastuti, Anis Chariri . (2012). EVOLUSI DALAM PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN :ANALISIS SEMIOTIK ATAS INTEGRATED REPORTING PT UNITED TRACTORS TBK : Universitas Diponegoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun