Mohon tunggu...
Yoga Pratama Putra Yoga
Yoga Pratama Putra Yoga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Badminton

Selanjutnya

Tutup

Horor

Film Pocong Wedon

20 Oktober 2024   15:33 Diperbarui: 22 Oktober 2024   15:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita dimulai di sebuah dari desa terpencil bernama Desa Wedon, yang terkenal dengan kejadian-kejadian aneh dan misterius. Warga desa percaya bahwa ada kutukan yang turun di desa tersebut, dan semua bermula dari pemakaman seorang warga yang meninggal secara tidak wajar. Pocong wedon adalah sosok arwah gentayangan yang bangkit dari kuburan karena dendam yang belum selesai.

Setelah kematian warga desa yang tidak ditangani dengan benar, banyak warga yang mulai merasakan kehadiran makhluk gaib. Pohon-pohon mati, udara menjadi lebih dingin, dan setiap malam terdengar suara langkah kaki yang berat di dekat pemakaman. Orang-orang yang lewat di dekat kuburan sering melihat sosok pocong yang melompat yang sangat cepat 

Teror Pocong wedon

Pocong wedon mulai menampakkan dirinya di rumah-rumah warga, terutama pada malam hari. Orang-orang yang melihatnya akan jatuh sakit atau bahkan meninggal dalam beberapa hari. Teror ini membuat warga desa semakin takut keluar malam. Para tetua desa mengatakan bahwa arwah tersebut akan terus menghantui desa sampai tali kafannya dilepaskan, tetapi tidak ada yang tahu di mana pocong itu dimakamkan.

Rahasia gelap desa

Seorang pemuda desa bernama Jaka, yang tidak percaya dengan cerita mistis, memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia mulai menggali sejarah desa dan menemukan bahwa ada kisah tentang pembunuhan keji yang pernah terjadi di desa itu puluhan tahun lalu. Ternyata, korban pembunuhan itu adalah leluhur dari sebagian besar warga desa, dan pocong wedon adalah arwah dari korban tersebut yang ingin menuntut balas.

Rian merasa ada sesuatu yang tidak beres. Rumah neneknya, yang biasanya penuh dengan kehangatan keluarga, kini tampak sepi dan kosong. Tidak ada bibinya yang selalu riang menyambut, tidak ada neneknya yang tersenyum ramah padanya, sepupunya yang masih tiga tahun berlarian memeluk lututnya, ataupun pamannya yang biasa membetulkan pacul di teras rumah.

Pintu rumah sedikit terbuka, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Barang-barang di dalam rumah pun tampak seperti dibiarkan begitu saja, seolah-olah penghuninya pergi dengan tergesa-gesa. Perasaan panik mulai menjalari pikirannya. Ia membayangkan kemungkinan terburuk---mungkin neneknya benar-benar sekarat dan telah dibawa ke rumah sakit. Atau mungkin, ada sesuatu yang lebih mengerikan terjadi di sini.

Meskipun teman-temannya yang ikut menemaninya sudah merasa tidak nyaman dan ingin segera kembali ke kota, Rian bersikeras untuk tetap tinggal dan menunggu keluarganya pulang. Baginya, meninggalkan dusun itu tanpa mengetahui keadaan keluarganya adalah hal yang tidak bisa ia lakukan. Ia terus mencoba menghubungi bibinya, meskipun panggilan-panggilannya terus berujung pada nada sambung yang tak pernah tersambung. Rasa takut bercampur dengan ketidakpastian membuatnya merasa semakin tertekan.

Tak lama kemudian, muncul seorang bapak paruh baya dari arah hutan. Penampilannya membuat bulu kuduk Rian sedikit meremang. Tubuh bapak itu sangat kurus, seolah-olah hanya terdiri dari tulang yang dilapisi kulit tipis. Wajahnya penuh dengan kerutan yang menandakan usia, dan matanya cekung dengan tatapan yang sulit diartikan. Meski demikian, bapak itu menyapa mereka dengan ramah, menanyakan apa yang sedang Rian dan teman-temannya lakukan di dusun yang sepi itu

Rian sering mendengar cerita tentang pocong wedon dari neneknya saat ia masih kecil. Cerita itu selalu diceritakan dengan nada yang penuh misteri dan ketegangan, sehingga meskipun ia berusaha untuk tidak mempercayainya, ada sesuatu dalam nada suara neneknya yang membuatnya sedikit was-was. Pocong wedon, menurut neneknya, bukanlah pocong biasa. Konon, pocong ini memiliki tujuan tertentu, sering kali untuk menjemput seseorang yang sudah waktunya berpulang, namun ada juga yang percaya bahwa pocong wedon ini adalah pertanda buruk bagi yang melihatnya. Tapi tak sedikit yang menganggap pocong wedon bukanlah pocong, yang adalah peliharaan untuk mencelakakan seseorang.

Beberapa hari belakangan, Rian mendapatkan pesan yang tidak biasa dari bibinya yang tinggal di kampung. Pesan-pesan itu terasa mendesak, seolah ada sesuatu yang sangat penting yang harus disampaikan. Bibinya meminta Rian untuk segera datang, menyebutkan bahwa neneknya mungkin tidak akan bertahan lama lagi. Namun, yang membuat Rian semakin khawatir adalah kenyataan bahwa setiap kali ia mencoba menelepon bibinya, panggilan tersebut selalu gagal tersambung. Anehnya, bibinya terus menghubunginya lewat pesan, tetapi tidak pernah mengangkat teleponnya. Rian berpikir mungkin bibinya itu sibuk.

Dengan perasaan tak menentu, Rian memutuskan untuk berangkat ke kampung neneknya bersama Temon dan Jefri menggunakan dua motor. Kampung itu terbagi menjadi empat dusun, dan dusun tempat neneknya tinggal berada di paling ujung, terpisah oleh sawah dan hutan yang membentang sekitar dua kilometer dari dusun lainnya. Sejak kecil, Rian tahu bahwa dusun tersebut memang terpencil, namun ia tidak pernah merasakan kesunyian yang begitu mencekam seperti saat ini. Saat tiba di dusun itu, ia merasakan sesuatu yang aneh. Sedari mereka memasuki gapura dusun, suasana di dusun begitu tidak mengenakan. Tidak ada satu pun orang yang terlihat, tidak ada aktivitas yang biasanya ramai di siang hari. Dusun itu terasa seperti telah lama ditinggalkan.

"Sepi banget !" kata Temon, teman yang Rian ajak.

Rian menjelaskan maksud kedatangannya dengan singkat, sambil sesekali melirik ke arah rumah neneknya yang masih tampak kosong dan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Mendengar cerita Rian, bapak paruh baya itu mengangguk-angguk. "Oh, begitu," katanya pelan. Ia kemudian menawarkan untuk mengajak mereka ke rumahnya sementara menunggu keluarga Rian kembali. "Keluargamu mungkin masih di rumah sakit. Memang saya mendengar ramai-ramai ada yang dibawa ke rumah sakit tadi siang. Mereka pasti membawa nenekmu ke sana," ujarnya dengan suara yang serak.

Ramai? Kata yang sangat kontras dengan apa yang terjadi sekarang. Lihatlah, tidak ada suara serangga hutan, suara burung, angin juga seakan mati. Benar-benar dusun yang sunyi. Bahkan Rian tidak merasakan tanda-tanda kehidupan di dusun ini.Tapi, setidaknya Rian merasa sedikit lega mendengar penjelasan bapak itu. Meskipun ada rasa ragu di dalam dirinya, Rian dan dua temannya memutuskan untuk menerima tawaran si bapak. Mereka mengikuti bapak paruh baya itu menuju rumahnya yang ternyata tidak jauh dari rumah nenek Rian. Rumah itu tampak tua dan sederhana, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan atap yang sebagian sudah tertutup lumut. Ketika mereka masuk, aroma khas rumah tua yang bercampur dengan bau kayu bakar langsung menyambut mereka.

Sosok hantu pocong wedon ini menampakan diri wujud ny di depan warga warga sehingga Warga- warga pun lari ketakutan saat melihat sosok hantu pocong wedon tersebut hantu pocong wedon ini sering bikin merinding warga dusun, seorang bapak bapak Melawati jalan yang sepi tiba-tiba ada sosok hantu pocong wedon .

{Sinopsis film pocong wedon}

Alur cerita berpusat pada sebuah keluarga yang pindah ke desa tersebut untuk memulai hidup baru. Namun, setelah mereka tiba, hal-hal aneh mulai terjadi. Masyarakat desa tampak menyembunyikan sesuatu, dan sebuah legenda lokal tentang pocong yang dianggap sebagai penunggu desa mulai terkuak. Pocong tersebut muncul sebagai makhluk pendendam yang gentayangan di malam hari dan meneror penduduk.

Tokoh utama, seorang pria bernama Bayu, bersama keluarganya, berusaha memahami penyebab teror tersebut dan mencari cara untuk menghentikan pocong itu. Dalam prosesnya, mereka menemukan rahasia kelam desa tersebut yang berkaitan dengan kejadian tragis masa lalu yang melibatkan kematian tak wajar. Ternyata, pocong tersebut adalah arwah yang tidak tenang karena kematiannya yang penuh misteri.

Film ini menggabungkan elemen ketegangan dan jumpscare, dengan latar desa yang sepi dan mencekam. Pocong Wedon menyoroti tema balas dendam dari alam baka, mitos mistis pocong, serta ketakutan manusia akan hal-hal supernatu

ral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun