Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ancelotti Out, Yoga In (Perjalanan Panjang Menjadi Manajer Real Madrid)

21 Maret 2022   06:20 Diperbarui: 21 Maret 2022   06:33 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dok Yoga Prasetya

Ancelotti Out, Yoga In (Perjalanan Panjang Menjadi Manajer Real Madrid)

"Tidak ada sukses yang instan di muka bumi ini." --- Yoga Prasetya ---

Kalimat itulah yang aku yakini. Hari ini, aku diumumkan sebagai manajer Real Madrid menggantikan Opa Ancelotti. Bagi mereka yang tidak mengikuti perjalananku, tentu saja akan terkaget-kaget. Padahal, jalan yang kulalui sangat panjang dan penuh perjuangan.

(Karier Junior)
Sejak usia sekolah dasar, aku sudah ikut SSB  (Sekolah Sepak Bola) yang berafiliasi dengan klub profesional Indonesia. Bahkan, aku bersyukur pernah mengikuti turnamen internasional melalui seleksi tingkat kota, provinsi, nasional, hingga asia.

Ketika berusia 15 tahun, aku berhasil lolos seleksi Arema Junior. Di sinilah aku mulai berkenalan dengan pemain-pemain profesional. Pelatih Arema U-19 bahkan memasukkan namaku dalam skuad Liga Indonesia U-19 karena melihat potensiku sebagai gelandang serba bisa.

(Karier Senior)
Di usia 18 tahun, aku berkesempatan promosi ke Arema senior. Hal itu, karena aku berhasil membawa Arema U-19 menjadi juara liga Indonesia U-19. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan.

Aku menjadi "super sub" untuk duo gelandang Arema. Satu pemain timnas Indonesia dan satunya lagi pemain asing dari eropa. Dibanding keduanya, aku unggul dalam akselarasi, stamina, dan usia.

(Panggilan Timnas)
Sukses membantu Arema juara Liga Indonesia, aku mendapat kesempatan memakai seragam merah putih. Mulai dari tingkat U-19 hingga senior. Ya, meski di senior hanya bermain sebagai pemain pengganti.

Salah satu turnamen yang paling berkesan  ialah turnamen internasional di Perancis. Aku berhasil mendapatkan sepatu emas, meski Indonesia kalah melawan Spanyol di babak final. Pada turnamen tersebut, aku bertemu para pemandu bakat klub besar Eropa. Yang kemudian mengubah hidupku.

(Borrusia Dortmund)
Banyak sekali tawaran datang padaku. Waktu itu, aku belum punya agen profesional. Oleh karena itu, semua diurus oleh manajemen Arema. Kebanyakan klub Eropa ingin mendapatkanku secara murah atau bahkan bebas transfer. Namun, ada satu klub yang mau membayar mahal. Borrusia Dortmund, klub asal Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun