Mohon tunggu...
Yoga PutraPerdana
Yoga PutraPerdana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Penyebab orang tidak mau berfikir adalah merasa bahwa dirinya sudah benar

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Tergantinya Dunia Nyata dengan Dunia Maya, Apakah Membawa Keburukan?

1 Januari 2022   09:56 Diperbarui: 1 Januari 2022   09:58 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Penulis

Mengenal Dunia Maya

Cyberspace ( bahasa Indonesia: Dunia Maya) adalah media elektronik dalam jaringan komputer yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online (terhubung langsung). 

Cyberspace juga dapat diartikan sebagai suatu Imaginary Location (tempat aktivitas elektronik dilakukan ) dan juga menjadi sebuah massy virtual yang terbentuk melalui komunikasi yang terjalin dalam sebuah jaringan komputar (interconnected computer networks).

Istilah "dunia maya" pertama kali muncul dalam seni visual di akhir 1960-an, ketika seniman Denmark Susanne Ussing (1940-1998) dan pasangannya arsitek Carsten Hoff (b. 1934) menyebut diri mereka sebagai Atelier Cyberspace. 

Di bawah nama itu mereka membuat serangkaian instalasi dan gambar berjudul "ruang sensorik" yang didasarkan pada prinsip sistem terbuka yang beradaptasi dengan berbagai pengaruh, seperti gerakan manusia dan perilaku baru material.

Banyak kelebihan dalam penggunaan dunia maya. Kita dapat mempelajari suatu budaya, mempercepat proses komunikasi kita, dan masih banyak lagi. 

Adapun kekurangan dari dunia maya adalah banyaknya kejahatan yang mudah dilakukan secara tersembunyi dan tidak terlalu menonjolkan diri, seperti mengupload konten tidak baik, melecehkan seseorang, hingga menyebarkan virus. Walaupun begitu, kita tidak bisa meninggalkan dunia maya begitu saja.

Dunia Maya dan Dunia Nyata

Dunia maya sering kali membuat kita lupa dengan dunia nyata yang selama ini kita jalani. Fenomena ini salah satunya disebabkan oleh kecenderungan manusia kepada yang seru-seru dan senang-senang. 

Di dunia maya seseorang dapat menciptakan citra palsu dirinya. Kebanyakan seseorang akan menutupi aibnya yang ada di dunia nyata, dan memberikan citra-citra terbaik dirinya di dunia maya.

Akhirnya, ketika seseorang sering melihat kesenangan orang lain di dunia maya, ia menganggap bahwa itu adalah dunia nyata. Sehingga ia merasa dirinya paling menderita. Begitupun sebaliknya, seseorang yang sering melihat penderitaan orang lain di dunia maya, ia merasa dirinya yang paling bahagia. 

Dari sinilah timbul pemahaman bahwa yang palsu ternyata tidak selalu mendatangkan efek buruk. Tetapi ketika ada yang baik di dunia maya ternyata mereka pilih, itu tetaplah realitas palsu.

Problemnya berada pada masyarakat sekarang yang mudah terpengaruh oleh yang palsu-palsu. Seseorang lebih memilih dunia palsu daripada dunia real. Bahkan cara menyelesaikan persoalan dunia real pun menggunakan versi dunia palsu. 

Orang yang terjebak di dalam dunia palsu akan menerapkan dunia palsu ke dalam dunia real. Seseorang yang awalnya merasa bahagia dengan kehidupannya akan merasa menderita ketika melihat orang lain yang lebih bahagia darinya. Seseorang tidak akan merasa cukup dengan keadaannya, sehingga hidupnya dipenuhi oleh kegelisahan.

Dari fenomena inilah dunia maya menggantikan dunia nyata. Yang palsu menggantikan yang real, yang real dianggap palsu. Seseorang akan sulit keluar dari kepalsuan dunia karena tidak dapat membedakan mana yang realitas sebenarnya dan mana yang realitas palsu. 

Kepalsuan memang diterima jika itu baik, dan kenyataan tidak akan diterima jika itu buruk. Tapi resikonya seperti tadi, kita akan hidup di dalam kepalsuan.

Terbentuknya Kelompok Dunia Maya

Dunia maya juga membawa kepada masyarakat yang tersekat oleh kelompok-kelompok.  Seseorang cenderung mencari informasi yang tidak pada sumber terpercaya, tetapi pada sumber yang sudah ia percayai sebelumnya. 

Seseorang akan mencari sumber yang sesuai dengan kelompoknya, sehingga hal tersebut membuat ia terisolasi wawasannya. Maka dari itu muncul fenomena orang bodoh ketika dinasihati tidak mau, karena yang menasihati adalah orang yang di luar kelompoknya. 

Semua yang ia dengar harus senada dengan suara pendapatnya. Selanjutnya akan lahir fenomena "Ruang Gema", seseorang hanya mendengar suaranya sendiri.

Selain itu, media sekarang menggunakan Filter Bubble. Media akan melacak histori penelusuran kita, lalu menyaring konten-konten yang sesuai dengan minat kita. 

Akhirnya ketika kita membuka internet, konten yang keluar adalah yang sesuai dengan pemikiran kita. Kita seolah-olah sudah berwawasan luas karena fikiran kita mencangkup semua yang di internet, padahal tidak. Wawasan kita justru semakin sempit. 

Maka dari itu muncullah situasi seperti sekarang, dimana orang radikal ketika menggunakan internet menjadi semakin radikal, orang liberal ketika menggunakan internet menjadi semakin liberal. Pemikiran termanipulasi oleh dunia maya.

Dari sinilah peradaban manusia yang dikuasai dunia maya ternyata berjalan dalam satu dimensi, yaitu melanggengkan sistem. Semua kontribusi kita pada dunia maya ternyata hanya memperkuat sistem demokrasi sekarang. 

Seperti yang kita tahu bahwa demokrasi mengedepankan pemimpin yang dipilih oleh mayoritas, sedangkan pemikiran mayoritas sekarang telah dimanipulasi oleh dunia maya. 

Pemimpin bukan dari orang-orang hebat, tetapi dari orang-orang biasa yang mendapat suara terbanyak. Manusia tersekat oleh sistem dan tidak dapat membuat perubahan. 

Sehingga ada buku karangannya Fukuyama, yaitu The End of History and The Last Man. Yang kita saksikan sekarang adalah akhir dari sejarah peradaban manusia. Tidak ada perubahan, demokrasi akan menjadi sistem final peradaban.

Kita tidak bisa menghukumi apakah dunia maya membawa kebaikan atau keburukan. Konsekuensi tergantung kepada kita sebagai pengguna. Kita seharusnya menanamkan sikap kritis di dalam diri kita. Jangan mengharamkan diri untuk belajar hal-hal yang lain agar kita tahu betapa luasnya dunia. 

Sekian, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun