Akhirnya, ketika seseorang sering melihat kesenangan orang lain di dunia maya, ia menganggap bahwa itu adalah dunia nyata. Sehingga ia merasa dirinya paling menderita. Begitupun sebaliknya, seseorang yang sering melihat penderitaan orang lain di dunia maya, ia merasa dirinya yang paling bahagia.Â
Dari sinilah timbul pemahaman bahwa yang palsu ternyata tidak selalu mendatangkan efek buruk. Tetapi ketika ada yang baik di dunia maya ternyata mereka pilih, itu tetaplah realitas palsu.
Problemnya berada pada masyarakat sekarang yang mudah terpengaruh oleh yang palsu-palsu. Seseorang lebih memilih dunia palsu daripada dunia real. Bahkan cara menyelesaikan persoalan dunia real pun menggunakan versi dunia palsu.Â
Orang yang terjebak di dalam dunia palsu akan menerapkan dunia palsu ke dalam dunia real. Seseorang yang awalnya merasa bahagia dengan kehidupannya akan merasa menderita ketika melihat orang lain yang lebih bahagia darinya. Seseorang tidak akan merasa cukup dengan keadaannya, sehingga hidupnya dipenuhi oleh kegelisahan.
Dari fenomena inilah dunia maya menggantikan dunia nyata. Yang palsu menggantikan yang real, yang real dianggap palsu. Seseorang akan sulit keluar dari kepalsuan dunia karena tidak dapat membedakan mana yang realitas sebenarnya dan mana yang realitas palsu.Â
Kepalsuan memang diterima jika itu baik, dan kenyataan tidak akan diterima jika itu buruk. Tapi resikonya seperti tadi, kita akan hidup di dalam kepalsuan.
Terbentuknya Kelompok Dunia Maya
Dunia maya juga membawa kepada masyarakat yang tersekat oleh kelompok-kelompok. Â Seseorang cenderung mencari informasi yang tidak pada sumber terpercaya, tetapi pada sumber yang sudah ia percayai sebelumnya.Â
Seseorang akan mencari sumber yang sesuai dengan kelompoknya, sehingga hal tersebut membuat ia terisolasi wawasannya. Maka dari itu muncul fenomena orang bodoh ketika dinasihati tidak mau, karena yang menasihati adalah orang yang di luar kelompoknya.Â
Semua yang ia dengar harus senada dengan suara pendapatnya. Selanjutnya akan lahir fenomena "Ruang Gema", seseorang hanya mendengar suaranya sendiri.
Selain itu, media sekarang menggunakan Filter Bubble. Media akan melacak histori penelusuran kita, lalu menyaring konten-konten yang sesuai dengan minat kita.Â