Mohon tunggu...
Yofita Gulo
Yofita Gulo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universita Nias, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

HALLO, SAYA YOFITA GULO, DARI UNIVERISTAS NIAS, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sendiri dalam Kesunyian

28 Juni 2024   12:30 Diperbarui: 28 Juni 2024   13:12 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Di sebuah kampung kecil yang terletak di lereng gunung, hiduplah seorang laki-laki bernama Bazi. Bazi adalah seorang yang hidup dalam kemiskinan, tetapi memiliki hati yang tulus dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Bazi selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya dan tidak pernah mengeluh.

Bazi dan seorang tetangga sedang berbicara di ladang.

Tetangga: "Selamat pagi, Bazi! Kau terlihat semangat sekali pagi ini. Bagaimana hasil menyadap karetnya?"

Bazi: "Selamat pagi! Alhamdulillah, meski sedikit, aku selalu bersyukur. Bagaimana kabar keluargamu?"

Tetangga: "Kami baik-baik saja, terima kasih. Kau selalu penuh semangat, Bazi. Orang-orang di kampung ini sangat menyukaimu."

              Setiap pagi, Bazi bangun dengan semangat untuk bekerja sebagai petani dengan menyadap karet dan bekerja sama dengan orang-orang di kampungnya. Meskipun pekerjaannya melelahkan dan upahnya tidak seberapa, Bazi selalu melakukan pekerjaannya dengan penuh dedikasi dan keikhlasan. Ia percaya bahwa rezeki datang dari Tuhan dan bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam kehidupan orang lain. Meski hidupnya sederhana, Bazi selalu siap membantu sesama yang membutuhkan. Ia sering berbagi kebaikan kepada tetangga-tetangganya yang lebih membutuhkan. Sifat Bazi yang baik membuatnya disukai oleh banyak orang.

Sore Hari di Rumah

Bazi berbicara dengan abang sulungnya.

Abang: "Bazi, belakangan ini aku melihat kau sering malas dan tidak bersemangat. Ada apa sebenarnya?"

Bazi: "Aku sendiri tidak tahu, Abang. Mungkin aku merasa lelah dengan rutinitas ini."

Abang: "Kau harus berubah, Bazi. Sikapmu yang sekarang membuat orang-orang mulai menjauh. Kami juga kesulitan."

Bazi mempunyai empat saudara: dua laki-laki dan dua perempuan. Mereka semua tinggal di perantauan, kecuali abang sulungnya yang masih bersamanya. Saudaranya yang lain sudah menikah dan memiliki banyak anak. Namun, seiring berjalannya waktu, Bazi mulai berubah. Keberadaannya di kampung menjadi sosok yang dibenci dan mulai tidak dihargai karena sikapnya yang berubah dan menjadi malas. Ia pun mengalami konflik dengan saudara-saudaranya hingga mereka mengusirnya dari rumah. Dengan sedih, Bazi mengangkat kaki dari rumah saudaranya dan tinggal di kebun mereka atau di tengah hutan yang jauh dari keramaian.

Bazi: "Kenapa aku jadi seperti ini? Dulu aku selalu semangat dan bersyukur. Apa yang salah dengan diriku?"

Waktu terus berlalu, Bazi terbiasa dengan kehidupan di hutan. Kesunyian menjadi sahabat setianya. Hutan yang sunyi itu bukan lagi tempat yang asing, melainkan rumah yang sesungguhnya bagi Bazi. Di sana, di tengah kesunyian, ia menemukan dirinya yang sejati. Suatu hari, ia mengalami musibah yang menghancurkan sebagian besar tanaman dekat rumahnya hingga rumahnya rusak. Pada saat itu, ia melarikan diri dari rumahnya dan datang ke kampung yang ramai. Orang-orang di sekitarnya menasihatinya dan memberikan masukan agar ia bisa berubah dari sifat buruknya. Meskipun mendengarkan, Bazi tetap tidak menunjukkan perubahan.

Di kampung itu, Bazi bertemu dengan kakek tua. Dan kakek tua itu memanggilnya, dan menanyakan,

Kakek: "Bazi, bagaimana kehidupanmu sekarang? Apakah kau akan terus sendiri selamanya?"

Bazi: (menunduk sambil menangis)

Kakek: "Bazi, jawab aku. Apa yang membuatmu begini? Kau harus berubah."

Bazi: (diam, tidak menjawab)

Kakek: "Kita semua peduli padamu. Jangan biarkan kesunyian menguasaimu."

        Kakek itu terus bertanya, tetapi Bazi tetap diam hingga ia mulai emosi pada kakek tersebut. Orang-orang melihatnya dan tertawa. Dengan bantuan seluruh warga kampung dan saudaranya, mereka bekerja sama untuk membangun kembali kehidupan Bazi dan saling mendukung satu sama lain. Mereka berinisiatif untuk menikahkan Bazi agar ia lebih semangat menjalani hidup dan bekerja.

       Beberapa hari kemudian, seorang teman kakek itu membicarakan tentang seorang gadis di desa dekat mereka yang mengalami masalah hingga dibawa ke kantor desa. Gadis itu ditanya siapa yang mau menikahinya.

Teman Kakek: "Ada seorang gadis di desa sebelah yang mengalami masalah besar. Ia membutuhkan suami yang bisa menerimanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun