Mohon tunggu...
Yodi Kurniadi
Yodi Kurniadi Mohon Tunggu... Editor - Yodi Kurniadi

Yodi Kurniadi lahir di Garut, 20 Desember. Alumnus UPI Bandung dan program pascasarjana Unindra PGRI Jakarta ini berprofesi sebagai editor dan aktif menulis buku-buku pendidikan. Pada tahun 2019, ia telah lulus sertifikasi penulis dengan no. registrasi: 1446.01950 2019, dan sertifikasi editor dengan no. registrasi: 1446.01419 2019. Ia juga telah mengikuti berbagai pelatihan penulisan dan pengeditan buku yang diselenggarakan oleh Kemdikbud dan IKAPI. Karya-karya berupa buku yang dihasilkannya telah dicetak dan tersebar di beberapa perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah di Indonesia. Penulis dapat dihubungi melalui posel: yodi.andrea1402@gmail.com atau nomor HP: 087825611212.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membumikan Nilai-nilai Pancasila di Tengah Pandemi Covid-19

19 Agustus 2021   06:19 Diperbarui: 19 Agustus 2021   06:31 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 sudah hampir satu tahun lebih melanda masyarakat dunia dan belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Dari hari ke hari, tingkat penyebaran Covid-19 di Indonesia semakin meluas. 

Hal ini berdampak pada berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, politik, keamanan, dan lain-lain. 

Pada awal penyebaran Covid-19 di Indonesia, bahkan hingga saat ini banyak tindakan sebagian masyarakat yang berlebihan dan tidak terpuji, seperti pengusiran jenazah Covid-19 karena tidak boleh dimakamkan di daerahnya; pengucilan dan pengusiran tenaga medis yang positif Covid-19 yang merupakan barisan terdepan sebagai pahlawan kesehatan; mengonsumsi dan menyebarkan berita bohong atau hoaks tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu kebenarannya, seperti isu konspirasi Covid-19, bahaya vaksinasi, dan lain-lain; sikap melanggar protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker dan mengadakan acara/kegiatan yang menyebabkan kerumunan; sikap mengeyel/melawan petugas Satgas Covid-19 ketika terjaring di pos-pos pemeriksaan; tindakan kasar aparat dalam menegakkan aturan di masyarakat, serta adanya tindakan tidak terpuji yang dilakukan sejumlah oknum yang memanfaatkan situasi dan kondisi pandemi Covid-19 untuk mencari berbagai keuntungan, seperti penyalahggunaan dana bantuan sosial Covid-19, jual beli alat pelinding diri (APD) Covid-19 yang tidak sesuai aturan, dan lain-lain.

Pandemi Covid-19 yang penuh dengan ketidakpastian ini adalah momentum yang tepat bagi kita untuk bela negara dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam wujud perilaku dan tindakan sehari-hari, mulai dari diri sendiri dan hal-hal sederhana. 

Untuk membumikan nila-nilai Pancasila dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni keteladanan, pembiasaan, platform media sosial, dan lain-lain.

Membumikan Nilai-Nilai Pancasila melalui Keteladanan dan Pembiasaan

Di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, keteladanan sikap dan tindakan dapat diimplementasikan di rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di rumah, orang tua harus menjadi teladan bagi anaknya dengan memberikan contoh perilaku yang baik. Memberikan contoh terus-menerus yang diikuti dengan pemantauan pada perilaku anak dapat membentuk kebiasaan pada anak (Sri Lestari, 2012: 162). Di sekolah, guru harus menjadi teladan bagi peserta didik dalam bersikap dan bertindak. 

Guru merupakan seseorang yang mempunyai keahlian, kemampuan, sikap, dan perilaku yang pantas untuk dijadikan teladan atau contoh yang baik (Gunawan, I. 2016: 77-78). Oleh karena itu, guru memiliki peran yang cukup signifikan d sekolah dalam membumikan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik.

Di lingkungan masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama harus menjadi teladan bagi seluruh warga masyarakat dalam bersikap dan bertindak. Menurut Surbakti (1992:40) tokoh masyarakat adalah seseorang yang disegani dan dihormati secara luas oleh masyarakat dan dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara. 

Oleh karena itu, para tokoh agama/tokoh masyarakat harus memberikan contoh sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, terlebih saat pandemi Covid-19.

Para tokoh agama/tokoh masyarakat sebaiknya menyampaikan pesan-pesan positif terhadap umat/masyarakat tentang pentingnya kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan dalam beribadah dan beraktivitas di luar rumah saat pandemi Covid-19. 

Para tokoh agama/tokoh masyarakat harus membantu menjelaskan manfaat vaksinasi bagi kesehatan ditinjau dari aspek ajaran agama. 

Sampaikanlah hal-hal yang dapat memperteguh keimanan dan ketakwaan umat/masyarakat bahwa mematuhi protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi merupakan bagian dari ikhtiar manusia agar tidak terpapar Covid-19. 

Manusia boleh berencana, tetapi hasil akhir ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pandemi Covid-19 merupakan bagian dari ujian kehidupan yang harus semakin menyadarkan kita mengenai kekuatan di luar jangkauan manusia. Sikap tersebut merupakan implementasi sila pertama Pancasila.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pejabat aparatur negara, anggota DPR/MPR/DPD, tokoh politik, dan lain-lain harus menjadi teladan dalam bersikap dan bertindak bagi masyarakat Indonesia. 

Tidak hanya di negara berkembang seorang pemimpin kharismatik dipandang sebagai simbol persatuan bangsa, tetapi juga di negara-negara yang maju seorang pemimpin diharapkan tampil sebagai "wakil" atau personifikasi bangsa di dalam maupun di luar negeri (Surbakti, 1992:45).

Di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, pemerintah, pejabat aparatur negara, anggota DPR/MPR/DPD, tokoh politik, dan lain-lain harus terus memberi teladan dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, misalnya sila keempat dan kelima. 

Sebagai contoh, pemerintah menetapkan kebijakan yang berorientasi pada kepentingan rakyat dengan prinsip keadilan dalam menangani pandemi dan dampaknya bagi keberlangsungan kehidupan. 

Sekarang ini, orientasi utamanya adalah mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan mewujudkan kesejahteraan elite, pengusaha, apalagi pejabat. Tidak boleh ada pihak yang mengambil keuntungan dan menyalahgunakan kekuasaan di tengah kesulitan masyarakat. 

Tindakan korupsi, keserakahan, dan ketidakadilan harus segera dihentikan. Ini semua menjadi tantangan bagi seluruh komponen bangsa, apa pun profesinya untuk bisa membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, untuk membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pembiasaan dapat dimulai dari hal-hal sederhana hingga ke hal-hal kompleks, baik di rumah, di sekolah, di lingkungan masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Pembiasaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan memiliki tujuan untuk membuat seseorang menjadi terbiasa dalam melakukan suatu hal. 

Sebuah gagasan akan melahirkan perbuatan, sebuah perbuatan akan melahirkan kebiasaan, sebuah kebiasaan akan melahirkan karakter, sebuah karakter akan menetukan nasib (Hendriana E. C., dan Jacobus A. 2016: 28). 

Intinya adalah suatu kebiasaan dapat membentuk sebuah karakter. Jika kebiasaan yang dilakukan baik, maka akan baik juga karakter seseorang.

Sikap dan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua, ketiga, dan kelima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di antaranya saling membantu, berbagi, dan bergotong royong tanpa melihat ras, suku, dan agama. Segala sesuatu yang dikerjakan secara gotong royong dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan. Begitu juga dengan upaya dalam melawan pandemi Covid-19.

Gerak cepat dan serentak dengan melibatkan seluruh elemen bangsa sudah menjadi kewajiban dan tidak dapat ditunda lagi. Pelibatan ormas keagamaan, ormas kepemudaan, partai politik, asosiasi kelompok profesi, artis, dan kekuatan sipil menjadi sebuah keniscayaan. 

Kita kesampingkan dahulu perbedaan-perbedaan, seperti agama, suku, budaya, status sosial, dan pilihan politik. Tinggalkan dahulu gesekan-gesekan politik yang tidak perlu. Seluruh komponen bangsa harus duduk bersama dengan pikiran jernih bahwa pandemi Covid-19 adalah masalah bangsa dan harus diselesaikan bersama-sama.

Bentuk sikap peduli dan gotong royong multipihak untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19, antara lain:

  1. Masyarakat dapat membentuk Relawan Desa melawan Covid-19 untuk membantu sesama warga.
  2. Perangkat Desa dapat menjalin komunikasi lebih erat dengan warga melalui grup aplikasi pesan singkat.
  3. Pemerintah Daerah memastikan ketersediaan bahan-bahan pokok dengan harga terjangkau.
  4. Pemerintah Pusat menyiapkan program bantuan sosial langsung dan kartu prakerja.
  5. Saling memantau kesehatan. Memantau kondisi kesehatan sendiri, keluarga, dan tetangga di sekitar. Jangan ragu untuk menanyakan kondisi kesehatan satu sama lain. Awasi kondisi kesehatan satu sama lain. Jika ada yang menunjukkan gejala, masyarakat dapat bergotong royong melakukan koordinasi untuk langkah berikutnya, seperti membantu suplai makanan hingga melapor kepada petugas kesehatan yang berwenang.
  6. Saling mendukung untuk kesembuhan jika ada warga bergejala positif Covid-19.
  7. Saling membantu, tidak mengucilkan, dan tidak memberikan stigma negatif terhadap tetangga yang terpapar Covid-19.
  8. Mengadakan bakti sosial di lingkungan tempat tinggal untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19.
  9. Bersemangat berbagi informasi positif untuk memberikan penerangan mengenai pandemi Covid-19.
  10. Mengidentifikasi berita bohong atau hoaks yang tidak sesuai dengan fakta dan kebenarannya. Masyarakat dapat bergotong royong untuk memerangi hoaks, saling mengedukasi, dan membedakan antara hoaks dan informasi yang benar (valid).

Membumikan Nilai-Nilai Pancasila melalui Platform Media Sosial

Media sosial adalah media daring yang digunakan untuk kebutuhan komunikasi jarak jauh, proses interaksi antara pengguna yang satu dengan pengguna yang lain, serta mendapatkan suatu informasi melalui perangkat aplikasi khusus menggunakan jaringan internet. 

Pada saat ini, media sosial banyak digunakan oleh masyarakat, terutama generasi milenial (generasi Y) dan generasi Z dalam berkomunikasi. Menurut para pakar, penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980-1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. 

Menurut Ali dan Purwandi (2017:7), generasi milenial memiliki karakteristik yang khas, yakni creative, confidence, dan connected atau disingkat dengan 3C. Pertama, generasi milenial terbiasa berpikir di luar kebiasaan (out of the box) dan kaya akan ide dan gagasan. Kedua, generasi milenial sangat percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat. 

Ketiga, generasi milenial pandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang diikuti dalam dunia maya atau digital (seperti facebook, twitter, path, instagram, tiktok, dan media sosial lainnya). 

Jadi, generasi milenial adalah generasi yang fasih dengan teknologi informasi, serta media sosial dan internet menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya.

Sesuai dengan karakteristik generasi milenial, pembumian nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial dapat dilakukan melalui platform media sosial. Nilai-nilai Pancasila dalam konten media sosial yang dikombinasikan dengan pengemasan yang menarik akan lebih efektif dan mudah diterima oleh generasi milenial dibandingkan dengan cara konvensional. 

Cara-cara tersebut dirasa lebih santai, rileks, dan bersahabat dengan generasi milenial. Namun, pembumian nilai-nilai Pancasila dengan cara konvensional juga harus tetap dilakukan untuk melengkapi dan mengimbangi upaya-upaya berbasis digital.  

Dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial harus menggunakan metode yang tidak menggurui dan disesuaikan dengan selera generasi milenial. 

Misalnya, pemerintah secara intens dan masif mengadakan lomba membuat konten positif yang edukatif, informatif, menghibur, disesuaikan dengan segmen generasi milenial, dan tentunya harus diperhatikan semua nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila dapat tersampaikan dengan baik. 

Contohnya, lomba membuat video, animasi, tiktok, artikel, cerita pendek, komik, dan lain-lain bertema nilai-nilai Pancasila. Selain itu, pemerintah juga dapat memanfaatkan sejumlah tokoh pemengaruh (influencer) di media sosial sebagai media untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila.

Penutup

Pandemi Covid-19 adalah momentum bagi kita untuk bersama-sama membumikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap perilaku dan tindakan sehari-hari agar tidak ada lagi perilaku dan tindakan tidak terpuji dan berlebihan sebagian masyarakat yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila. 

Pembumian nilai-nilai Pancasila melalui keteladanan, pembiasaan, dan platform media sosial merupakan bagian dari ikhtiar agar nilai-nilai Pancasila, mulai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, terpatri dalam setiap perilaku dan tindakan masyarakat Indonesia, terlebih dalam menghadapi pandemi Covid-19 sekarang ini.

Sudah seharusnya generasi yang lebih tua, tokoh agama, tokoh masyarakat, pejabat aparatur negara, anggota DPR/MPR/DPD, dan berbagai profesi memberikan teladan terhadap masyarakat dalam berperilaku dan bertindak yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. 

Begitu pun, pemerintah harus lebih masif mengenalkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda (generasi milenial) melalui pendekatan berbasis digital. Generasi milenial merupakan harapan dan kekuatan bangsa Indonesia saat ini dan pada masa yang akan datang. 

Tak kalah penting, generasi muda (generasi milenial) harus membiasakan diri dan saling memberikan teladan satu sama lain dengan berperilaku dan bertindak yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, semua elemen bangsa harus berdisiplin tinggi dan konsisten mematuhi peraturan serta bergotong royong untuk saling membantu satu sama lain agar pandemi ini segera berakhir. Semoga saja. Aamiin.

Sumber Referensi:

Ali dan Purwandi. 2017. Millenial Nusantara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, Imam. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendriana, E. C., & Jacobus, A. 2016. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Melalui Keteladanan dan Pembiasaan. JPDI (Jurnal           Pendidikan Dasar Indonesia) 1(2), 25-29.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Suryani, Nunuk. Implementasi Nilai Pancasila pada Era dan Pasca Pandemi. Diakses tanggal 15 Juni 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun