Mohon tunggu...
Yobin Diniharis
Yobin Diniharis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penikmat kopi yang tak kunjung pandai. Hobby bermeditasi.

Sederhana-sederhanakan saja!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pusing Mikirin Persoalan Hidup? Sederhana-sederhanakan Sajalah!

17 Oktober 2021   11:51 Diperbarui: 17 Oktober 2021   16:19 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai salah satu contohnya begini, aku dihadapkan kebutuhan akan transportasi untuk pergi dan pulang ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh. Transportasi yang berada di rumah tersebut hanya ada satu sepeda motor dan satu sepeda. Sepeda motor digunakan ayah untuk berangkat ke kantor bersama kedua adikku yang masih SD dan TK. Persoalannya yang muncul adalah teman-temanku pulang pergi menggunakan sepeda motor masing-masing, disitulah aku merasa gengsi. 

Dari persoalan hidup di atas, tujuan intinya yaitu aku harus pergi dan pulang sekolah menggunakan transportasi sebab jarak yang lumayan jauh. Sebenarnya kalau aku menyikapinya dengan sederhana, itu bukanlah persoalan yang rumit. Oleh karenanya, di rumah masih ada sepeda. Kenapa aku tidak menggunakan sepeda saja? Kan, pada intinya aku butuh tranportasi untuk pergi dan pulang ke sekolah. Sepeda kan alat transportasi juga, mengapa harus gengsi? Sederhanakan sajalah.

Terakhir, mari yakini bahwa dalam setiap persoalan hidup setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. al-Insyirah ayat lima, dan dipertegas lagi dalam ayat selanjutnya. So, ayo berdamai dengan diri sendiri dan kita sederhanakan saja.

Persis pepatah lama mengatakan Ikannya dapat kita dapatkan, air kolamnya tetap jernih. Hematnya begitulah cara menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Sampai pada akhirnya kita mampu menyelesaikannya dengan baik. Intinya, setiap persoalan yang hadir mesti di sederhana-sederhanakan saja. Terkait hasil akhir itu bukan persoalan.  Karena,  setiap orang punya jumlah penderitaan dan kebahagiaan yang sudah ditentukan. 

Jika semua penderitaan dikeluarkan saat ini, yang tersisa mungkin hanyalah kebahagiaan. Bahagia itu tanggung jawab setiap individu, bukan tanggung jawab orang lain. Mari kita perbanyak bersyukur dan mengikhlaskan, sederhana-sederhanakan sajalah!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun