Sebagai salah satu contohnya begini, aku dihadapkan kebutuhan akan transportasi untuk pergi dan pulang ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh. Transportasi yang berada di rumah tersebut hanya ada satu sepeda motor dan satu sepeda. Sepeda motor digunakan ayah untuk berangkat ke kantor bersama kedua adikku yang masih SD dan TK. Persoalannya yang muncul adalah teman-temanku pulang pergi menggunakan sepeda motor masing-masing, disitulah aku merasa gengsi.Â
Dari persoalan hidup di atas, tujuan intinya yaitu aku harus pergi dan pulang sekolah menggunakan transportasi sebab jarak yang lumayan jauh. Sebenarnya kalau aku menyikapinya dengan sederhana, itu bukanlah persoalan yang rumit. Oleh karenanya, di rumah masih ada sepeda. Kenapa aku tidak menggunakan sepeda saja? Kan, pada intinya aku butuh tranportasi untuk pergi dan pulang ke sekolah. Sepeda kan alat transportasi juga, mengapa harus gengsi? Sederhanakan sajalah.
Terakhir, mari yakini bahwa dalam setiap persoalan hidup setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. al-Insyirah ayat lima, dan dipertegas lagi dalam ayat selanjutnya. So, ayo berdamai dengan diri sendiri dan kita sederhanakan saja.
Persis pepatah lama mengatakan Ikannya dapat kita dapatkan, air kolamnya tetap jernih. Hematnya begitulah cara menyelesaikan berbagai persoalan hidup. Sampai pada akhirnya kita mampu menyelesaikannya dengan baik. Intinya, setiap persoalan yang hadir mesti di sederhana-sederhanakan saja. Terkait hasil akhir itu bukan persoalan. Â Karena, Â setiap orang punya jumlah penderitaan dan kebahagiaan yang sudah ditentukan.Â
Jika semua penderitaan dikeluarkan saat ini, yang tersisa mungkin hanyalah kebahagiaan. Bahagia itu tanggung jawab setiap individu, bukan tanggung jawab orang lain. Mari kita perbanyak bersyukur dan mengikhlaskan, sederhana-sederhanakan sajalah!
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H