Kelemahan kita selama ini yang menjadi bumerang terpuruknya pembangunan pendidikan kita adalah semua komponen pendidikan berjalan sendiri-sendiri. Contoh soal, Visi dan misi kepala sekolah untuk menjadikan sekolah unggul misalnya, bagi sebagian komunitas sekolah adalah visinya kepala sekolah bukan visi bersama. Seharusnya visi dan misi ini menjadi milik bersama, sehingga semua bahu-membahu, gotong royong, kerja sama untuk mewujudkannya.
Itu baru rumusan visi dan misi, belum lagi prilaku konkret yang ditunjukan oleh para steakholder pendidikan ini. Jika kita mencita-citakan sekolah unggul, maka prilaku konkret kita harus seiring.Â
Misalnya, jika pemerintah menyediakan banyak dana untuk mengintervensi pendidikan, maka kepala sekolah tidak boleh mengelolah sekolah secara biasa-biasa; sedangkan guru harus masuk tepat waktu, ramah kepada anak, mengajar dengan menyenangkan, tidak hanya sekedar memenuhi kewajiban mengajar; sementara orang tua harus  mendampingi anak belajar; menayakan perkembangan belajar anak; dan murid harus disiplin dan sopan santun terhadap guru; dan semangat dalam belajar serta berprestasi.
Jika prilaku kongkret ini menjadi budaya dalam komunitas sekolah kita, maka cita-cita untuk mewujudkan sekolah unggul dengan prestasi siswa yang membanggakan bukan hanya isapan jempol. Karena prilaku-prilaku kongkret yang ditunjukan ini berpihak pada peserta didik. Ibarat tanaman, prilaku kongkret ini adalah pupuk yang digunakan untuk merawat dan menumbuhkembangkan potensi anak untuk menjadi manusia yang unggul dan berkarakter baik. Â
Olehnya momentum ini adalah kesempatan untuk bersama-sama berbenah demi mewujudkan mutu Pendidikan yang unggul di NTT. Kegaduhan yang sudah telanjur terjadi ini, hendaklah menjadi titik balik bagi semua komponen pendidikan untuk menata ulang komitmen, agar menjadi lebih kuat dan bersinergi satu sama lain. Sehingga harapan gurbernur bahwa sekolah-sekolah di NTT bisa masuk 200 besar Indonesia, atau tembus kuliah di UI dan UGM, bisa tercapai satu dua tahun kedepan. Semoga!*** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H