Manchester City tak menurunkan Kevin de Bruyne, John Stones, Bernardo Silva dan Jack Grealish saat kick off pertandingan Liga Inggris melawan Everton di Goodison Park, Minggu malam (14/5).
Everton sedang berusaha lepas dari anncaman degradasi yang sudah sedemikian dekat. Artinya, meski bersiap untuk melawan Real Madrid di Liga Champions namun, pertandingan di Goodison Park tak bisa dianggap remeh oleh Manchester City.
Tapi ya, City masih punya Ilkay Gundogan, Aymeric Laporte, Riyadh Mahrez maupun Phil Foden. Pun mereka masih menurunkan Erling Haaland yang kali ini ditemani oleh Julian Alvarez di lini serang.
Everton sedang dalam misi menjauhi degradasi tentu tak ingin terlihat loyo didepan publik sendiri. Everton tampil penuh konsentrasi dan determinasi. Disiplin bertahan dan cepat melakukan serangan balik terlihat di awal pertandingan.
Erling Haaland selama setengah jam lebih bisa dihitung menyentuh bola beberapa kali saja. Dia seperti terisolir dan sserangan City tak banyak mengancam gawang Jordan Pickford.
Namun, Ilkay Gundogan nyatanya menunjukjkan bahwa ia tidak kalah dari Kevin de Bruyne. Gundogan menunjukkan bahwa ia juga punya magic.
Minggu lalu, ia mencetak dua gol plus satu penalti yang gagal saat menang dari Leeds 2-1. Dan hari ini, ia juga mencetak dua gol plus satu assist pada Erling Haaland untuk membuat Man City memenangi pertandingannya yang ke-35 melawan Everton dengan skor 3-0 dan menjauh empat poin dengan Arsenal dengan jumlah game yang sama.
Arsenal akan memainkan pertandingannya ke-36 setelah City vs Everton. Lawannya cukup berat, Brighton & Hove Albion yang pekan lalu mengalahkan Manchester United.
Penampilan Guindogan malam ini memang sangat luar biasa, dua gol ajaib lahir dari kakinya. Sebuah gol dengan tendangan membelakangi gawang dengan sisi luar kaki kannya dengan gaya seperti pukulan backhand kalau kita main badminton.
Gol indah sekaligus pemecah kebuntuan, terbukti dua menit kemudian sundulan keras Haaland tak kuasa ditahan Jordan Pickford. Gol ke-36 Haaland di Premier League musim ini.
Gol kedua Gundogan tak kalah dahsyatnya. Dari tendangan bebas sedikit di luar kotak penalti. Tendangan terukur melengkung dengan sedikit ancang-ancang tak kuasa diantisipasi dengan baik dan benar oleh Jordan Pickford yang malang. Untuk kali ketiga kiper timnas Inggris itu harus terbobol gawangnya.
City cukup nyaman di pucuk klasemen dan Evertron masih dalam ancaman jurang degradasi.
Setengah jam berselang,
Arsenal di Emirates Stadium kedatangan tamu Brihton & Hove Albion. Bukan lawan mudah dan juga bukan lawan tanpa motivasi.
Pep bahkan pernah mengatakan bahwa Brighton adalah tim dengan build up play terbaik di Liga Inggris. Pun mereka masih menjaga asa lolos ke kompetisi Eropa. Bahkan lolos ke Liga Champions pun masih memungkinkan bagi Brighton.
Sebelum laga lawan Arsenal, Brighton memang hanya berada di urutan kedelapan di klasemen Liga Inggris. Namun mereka baru memainkan 33 pertandingan atau tiga game lebih sedikit dari Aston Villa, Tottenham dan dua game dari Liverpool yang ada di atasnya.
Poin Brighton 55 sementara Liverpool di peringkat lima punya poin 62, selisih tujuh poin dengan dua pertandinga lebih. Pun dengan MU di peringkat empat, hitung-hitungannya (walau sulit) masih memungkinkan disalip Brighton di akhir musim.
Jadi, Arsenal harus bersunggh-sungguh dan berhati-hati menghadapi Brighton kalau ingin menjaga peluang juara Liga Inggris. Dan tentu, Brighton juga harus fokus untuk mengejar asa kompetisi Eropa.
Dua tim dengan pengusaan bola dan agresivitas tinggi bertemu. Brighton memang jago main build up namun Arsenal adalah tim yang agresif dan sedang sangat urgen mencetak gol.
Build up Brighton dari bawah dipressing ketat oleh penyerang dan gelandang Arsenal. Beberapa kali Brighton hampir kecolongan. Dan meski sering keteteran oleh pressing Arsenal, Brighton tetap mengulangi bermain-main bola di area pertahanan sendiri.
Beberapa peluang dari Gabriel Martinelli yang lalu cedera dan diganti oleh mantan penyerang Brighton, Leandro Trossard gagal jadi gol. Pun juga dengan Trossard sendiri, juga Bukayo Saka ataupun Gabriel Jesus dan Martin Odegaard. Babak pertama belum ada gol dibuat oleh Arsenal.
Begitu pula dengan penyerang dan gelandang Brighton macam Evan Ferguson, Kaoru Mitoma, Julio Enciso dan Alexis MacAllister. Tak mmapu mengkonversi peluang jadi gol dan membuat babak pertama yang penuh agresivitas berakhir tanpa gol.
Aksi sepakbola agresif dan jual beli serangan dibumbui dengan kecerobohan yang kerap terjadi oleh masing-masing tim terus berlanjut di babak kedua.
Dahsyatnya, justru sundulan Julio Enciso yang menjadi gol pembuka di menit 51. Gol yang mebuat Brighton unggul dan membuat Arsenal mulai panik.
Gabriel Jesus terlihat begitu frustasi tak mmapu menembus pertahanan Brighton. Tak heran ia llalu diganti Eddie Nketiah. Odegaard juga diganti oleh Emile Smith Rowe. Pergantian yang tidak menambah tajam serangan Arsenal, malah kreativitas jadi menurun.
Dan keajaiban Brighton masih berlanjut saat pemain pengganti Deniz Undav mampu memanfaatkan kesalahan koordinasi barisan pertahanan Arsenal. Gol kedua buat Brighton di menit 86.
Tambahan waktu delapan menit sepertinya menguntungkan Arsenal untuk bisa comeback. Tapi yang terjadi, Brighton malah menambah gol menit 90=6 melalui Pervis Estupinian.
Skor 3-0 uyang manis buat Manchester City dan pahit buat Arsenal. Tertinggal empat angka dengan hanya menyisakan dua pertandingan sementara City masih punya tiga game jelas sangat tidak menguntungkan buat Arsenal.
Tak heran, suporter Arsenal banyak yang meninggalkan stadion sebelum wasit meniup peluit akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H