Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Modric Layak Dapat Medali, Maroko Tetap Istimewa

18 Desember 2022   08:48 Diperbarui: 18 Desember 2022   09:10 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luka Modric memeluk ayahnya setelah menjalani laga Piala Dunia terakhirnya (Foto: REUTERS/BERNANDETT SZABO via cnnindonesia.com)

Perebutan tempat ketiga adalah duel dua tim yang sudah tewas di semifinal. Dua tim yang sudah tewas harus hidup lagi memperebutkan hadiah menjadi nomor tiga di Piala Dunia.

Ada dua kemungkinan. Pertama, pertandingan akan berjalan seru karena dua tim akan bermain tanpa beban. Ya, lha wong sudah tewas kok, kekalahan di perebutan tempat ketiga tentu tidak akan semenyakitkan seperti kalah di semifinal. Kalau anda sudah tewas maka anda tak akan mati lagi. Kedua, akan membosankan karena motivasi kedua tim sudah drop karena tewas di semifinal.

Waktu di semifinal, masih ada harapan untuk bisa jadi juara dunia. Harapan seindah itu tentu ketika hancur dan hilang karena kalah di semifinal akan membuat kesedihan begiu terasa.

Beda dengan perebutan ranking tiga, anda kalah pun masih bisa disebut sebagai semifinalis. Peringkat tiga dan empat sama-sama semifinalis.

Banyak juga yang tidak menyukai adanya duel rebutan tempat ketiga. Di Piala Eropa tidak ada pertandingan macam ini, di Liga Chapmpions apa lagi, kalah di semifinal ya sudah, disebut prestasinya sebagai semifinalis.

Apabila kedua tim menganggap pertandingan ini tidak penting lalu bermain seadanya maka akan jadi pertandingan macam partai uji coba saja.

Susunan line up sebelas pemain yang jadi starter, kedua tim menurunkan banyak pemain yang biasanya mengawali pertandingan dari bangku cadangan. Faktor cedera pemain inti dan pelatih yang memberikan kesempatan pemain cadangan merasakan jadi starter di Piala Dunia.

Maroko juga menurunkan pemain 18 tahun Bilal El Khanonuss. Gelandang yang main di Liga Belgia bersama klub Genk tersebut menjalani debutnya di timnas sebagai starter perebutan tempat ketiga Piala Dunia.

Awal babak pertama pertandingan Kroasia vs Maroko sepertinya dua tim terlihat tanpa beban dan bermain lebih lepas.Tanpa beban tapi masih ada gairah kompetisinya. Setidaknya gemuruh suporter yang memenuhi stadion makin kondusif membuat pertandingan jadi bukan sekedar partai uji coba belaka.

Main lepas, tak ada lagi kehati-hatian ekstra atau strategi menunggu dan bertaktik bak permainan catur seperti yang mereka peragakan di sepanjang turnamen.

Kroasia langsung gas melakukan serangkaian serangan sejak menit awal yang membuat barisan pertahanan Maroko jadi agak panik.

Hasilnya baru tujuh menit pertandingan berjalan, Kroasia sudah mendapatkan gol. Dari tendangan bebas yang mengarah ke Ivan Perisic lalu disundul ke arah Josko Gvardiol. Bek muda Kroasia itu lalu menanduknya dengan mantap membobol gawang Bono, 1-0 Kroasia unggul.

Pikir saya Maroko sudah tidak fokus lagi karena banyak bikin kesalahan di awal laga dan bakal diobok-obok sama Kroasia.

Namun tidak demikian ternyata.

Tak menunggu lama, Maroko merespons dengan sangat baik. Tak mau kalah, dari bola mati juga, dari tendangan bebas dari sisi kanan penyerangan Maroko. Bola melambung tinggi dan membuat Achraf Dari berhadapan dengan kiper Dominik Livakovic. Peluang matang yang diselesaikan dengan sundulan oleh Dari tanpa mampu diantisipasi oleh Livakovic. Belum ada sepuluh menit skor sudah 1-1. Sejauh ini cukup seru, saling balas gol.

Babak pertama secara umum Kroasia lebih memegang kendali penyerangan dan memiliki lebih banyak peluang.

Sementara Maroko beberapa kali bisa melakukan serangan namun jarang yang jadi peluang berbahaya. Sebaliknya pertahanan mereka yang tidak diperkuat oleh kapten Roman Saiss yang mengalami cedera, tampak tidak serapat dan sedisiplin seperti saat melawan Spanyol atau Portugal.

Dan Kroasia pun akhirnya mendapatkan hasil dari kondisi tersebut. Menit 41 sebuah tendangan melengkung dari Mislav Orsic tak mampu dijangkau Bono. Kroasia unggul lagi, skor 2-1.

Orsic adalah penyerang asal klub Dinamo Zagreb yang juga tampil baik musim ini. Tercatat 5 gol sudah ia cetak dari 12 penampilan di Liga Champions musim ini. Namun, di Piala Dunia Qatar 2022 ia tidak begitu mendapat banyak kesempatan. Orsic adalah korban strategi main catur Kroasia. Permainan catur ala pelatih Zlatko Dalic adalah membangun benteng pertahanan yang kokoh sehingga jatah menit bermain untuk para penyerang pendatang baru jadi terbatas.

Babak kedua tak jauh beda, tempo jadi lebih lamban malahan. Pemain-pemain Maroko kembali bertumbangan, pemain cadangan makin banyak dimasukkan. Pertandingan mulai berjalan tanpa pola yang jelas.

Serangan sporadis dari kedua tim beberapa kali hampir berbuah gol. Namun sampai peluit tanda akhir waktu ditiup skor masih tetap 2-1 untuk keunggulan Kroasia.

Kroasia menang dan berhak menjadi peringkat ketiga.

Bagi Kroasia ini adalah kemunduran dari Piala Dunia kemarin saat mereka menjadi runner up. Ya meski secara data capaian ini kemunduran, namun tak ada yang mengatakan kalau tim Kroasia gagal di gelaran Piala Dunia tahun ini.

Membawa skuad yang biasa saja dengan bintang-bintang tua yang mendekati masa pensiun, Kroasia sangat tidak difavoritkan. Bahkan lolos ke semifinal pun merupakan sebuah kejutan besar. Apalagi mereka melakukan itu dengan mengalahkan Brasil.

Menjadi peringkat ketiga adalah seebuah kesuksesan untuk Kroasia. Khusus untuk Luka Modric, apa yang ia tampilkan selama Piala Dunia memang layak mendapatkan ganjaran, minimal juara tiga.

Sementara bagi Maroko, pertandingan terakhir ini memang kurang maksimal. Namun sepanjang turnamen kiprah mereka sangatlah istimewa.

Menjadi tim Afrika pertama yang menembus semifinal Piala Dunia adalah catatan yang manis dan akan dikenang oleh siapapun selamanya. Apalagi jalan yang ditempuh sangat tidak mudah, harus melewatu hadangan Spanyol dan Portugal, dua raksasa Eropa.

Maroko adalah kehebohan terbesar yang menjadi bahan pembicaraan publik dunia termasuk netijen +62. Tidak hanya sepakbola, segala tentang Maroko lalu jadi topik segar untuk dibicarakan.

Meski kalah di dua laga terakhir, apa yang diperlihatkan Maroko di keseluruhan turnamen adalah sesuatu yang istimewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun