Kanal berita hiburan tentu saja, orang Indonesia selalu suka mengulik cerita kehidupan sehari-hari dari siapapun yang sedang jadi trending. Bahkan acara komedi televisi pun bisa jadi karena nanti si anu akan diajak main di acara tv komedi anu.
Setidaknya dulu itu memang terjadi saat Piala AFF U19 pernah kita menangkan.
Timnas U19 zaman Evan Dimas. Saat kita melihat penampilan mereka di AFF U19 dan menjadi juara, sepertinya masa depan sepakbola Indonesia akan sangat cerah lima atau beberapa tahun kedepan kala itu.
Trio lapangan tengah waku itu Evan Dimas, Hargianto dan Zulfiandi. Kita seperti melihat Busquest, Xavi dan Iniesta.
Di depan, ada penyerang sayap punya skill, garang dan cepat seperti Ilham Udin Armayn, Maldini Pali, Yabes Roni. Septian David Maulana.
Namun kini sembilan tahun setelah itu, timnas yang kemarin dibawa Shin Tae Yong lolos ke kualifikasi Piala Asia hanya mencatat nama Dimas Drajad sebagai alumni juara U19 AFF yang bermain di tiga pertandingan di Kuwait.
Dimas Drajad adalah striker cadangan saat timnas U19 sedang bagus-bagusnya di era Indra Sjafrie.
Artinya, mayoritas alumni U19 mengalami penurunan performa saat mereka bersaing di kompetisi senior.
Ya. memang persaingan antar pemain memang akan selalu ada. Tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri pun banyak, pemain yang di juniornya tidak terlalu kelihatan seiring kematangan bisa menjadi pemain papan atas.
Untuk menjadi sukses, selain skill juga perlu kematangan. Dan kematangan bisa dicapai melalui tempaan persaingan kompetisi yang konsisten. Mereka adalah orang-orang yang konsiten menjaga dan menaikkan performanya.
Kata kuncinya adalah: menjaga dan terus berupaya menaikkan performa.