Piala AFF U19 2022 digelar dengan Indonesia kembali menjadi tuan rumah. Stadion Patriot Candrabagha, Bekasi, Jawa Barat pun penuh oleh suporter timnas yang memadati stadion, memberi dukungan dan berharap timnas Garuda Muda bisa mengulang keberhasilan Evan Dimas dan kawan-kawan pada 2013 Â silam, saat juara Piala AFF U19, berhasil diraih di kandang.
Dukungan dan hingar bingar suporter tidak hanya di stadion. Di rumah-rumah maupun di media sosial dukungan dan harapan itu juga ada.
Menyenangkan melihat seluruh negeri jadi bersatu mendukung anak-anak muda yang sedang berjuang membawa nama negara.
Namun selain itu, ada pula rasa risau karena pertandingan U19 lalu dimaknai seperti layaknya pertandingan prestise tim senior. Lihatlah itu jam tayangnya di tv juga malam hari dengan iklan yang cukup banyak.
Belum lagi nanti kalau bisa juara. Infotainment pun akan membicarakannya. Tidak hanya urusan sepakbola, tapi juga keluarga, kisah biografis atau juga kisah cinta monyet para pemuda 19 tahun ke bawah itu.
Ha ini..
Jadi serba tidak mengenakkan kalau suporter dan komunitas besar sepakbola, termasuk industri hiburan dan tentu saja netizen tidak bijak dalam menyikapi konteks kelompok umur ini. Yang perlu diingat adalah dalam konteks kelompok umur, ada unsur pembinaan di dalamnya...
Berat bagi anak-anak muda ini. Kalau bermain buruk bisa kena hujat mengingat track record netijen Indonesia yang memang kelewat galak dan suka keroyokan. Kalau menang dan bermain istimewa juga lalu dipuja-puja menjadi berita dimana-mana..
Kalau sudah begitu maka menjadi juara U19 bisa jadi menjadi serasa puncak pencapaian. Ya, dipuja-puja seantero negeri dan dibicarakan di semua segmen berita.
Ya, di semua segmen berita. Dari mulai politik karena nanti akan ada tokoh politik yang satu kota sama si anu lalu memberi hadiah anu kepada si anu tadi.