Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Perlu Kedewasaan dan Mindset Jangka Panjang Suporter Timnas

3 Juli 2022   07:47 Diperbarui: 3 Juli 2022   09:42 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Timnas Indonesia (Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI via KOMPAS.com)

Piala AFF U19 2022 digelar dengan Indonesia kembali menjadi tuan rumah. Stadion Patriot Candrabagha, Bekasi, Jawa Barat pun penuh oleh suporter timnas yang memadati stadion, memberi dukungan dan berharap timnas Garuda Muda bisa mengulang keberhasilan Evan Dimas dan kawan-kawan pada 2013  silam, saat juara Piala AFF U19, berhasil diraih di kandang.

Dukungan dan hingar bingar suporter tidak hanya di stadion. Di rumah-rumah maupun di media sosial dukungan dan harapan itu juga ada.

Menyenangkan melihat seluruh negeri jadi bersatu mendukung anak-anak muda yang sedang berjuang membawa nama negara.

Namun selain itu, ada pula rasa risau karena pertandingan U19 lalu dimaknai seperti layaknya pertandingan prestise tim senior. Lihatlah itu jam tayangnya di tv juga malam hari dengan iklan yang cukup banyak.

Belum lagi nanti kalau bisa juara. Infotainment pun akan membicarakannya. Tidak hanya urusan sepakbola, tapi juga keluarga, kisah biografis atau juga kisah cinta monyet para pemuda 19 tahun ke bawah itu.

Ha ini..

Jadi serba tidak mengenakkan kalau suporter dan komunitas besar sepakbola, termasuk industri hiburan dan tentu saja netizen tidak bijak dalam menyikapi konteks kelompok umur ini. Yang perlu diingat adalah dalam konteks kelompok umur, ada unsur pembinaan di dalamnya...

Berat bagi anak-anak muda ini. Kalau bermain buruk bisa kena hujat mengingat track record netijen Indonesia yang memang kelewat galak dan suka keroyokan. Kalau menang dan bermain istimewa juga lalu dipuja-puja menjadi berita dimana-mana..

Kalau sudah begitu maka menjadi juara U19 bisa jadi menjadi serasa puncak pencapaian. Ya, dipuja-puja seantero negeri dan dibicarakan di semua segmen berita.

Ya, di semua segmen berita. Dari mulai politik karena nanti akan ada tokoh politik yang satu kota sama si anu lalu memberi hadiah anu kepada si anu tadi.

Kanal berita hiburan tentu saja, orang Indonesia selalu suka mengulik cerita kehidupan sehari-hari dari siapapun yang sedang jadi trending. Bahkan acara komedi televisi pun bisa jadi karena nanti si anu akan diajak main di acara tv komedi anu.

Setidaknya dulu itu memang terjadi saat Piala AFF U19 pernah kita menangkan.

Timnas U19 zaman Evan Dimas. Saat kita melihat penampilan mereka di AFF U19 dan menjadi juara, sepertinya masa depan sepakbola Indonesia akan sangat cerah lima atau beberapa tahun kedepan kala itu.

Trio lapangan tengah waku itu Evan Dimas, Hargianto dan Zulfiandi. Kita seperti melihat Busquest, Xavi dan Iniesta.

Di depan, ada penyerang sayap punya skill, garang dan cepat seperti Ilham Udin Armayn, Maldini Pali, Yabes Roni. Septian David Maulana.

Namun kini sembilan tahun setelah itu, timnas yang kemarin dibawa Shin Tae Yong lolos ke kualifikasi Piala Asia hanya mencatat nama Dimas Drajad sebagai alumni juara U19 AFF yang bermain di tiga pertandingan di Kuwait.

Dimas Drajad adalah striker cadangan saat timnas U19 sedang bagus-bagusnya di era Indra Sjafrie.

Artinya, mayoritas alumni U19 mengalami penurunan performa saat mereka bersaing di kompetisi senior.

Ya. memang persaingan antar pemain memang akan selalu ada. Tidak hanya di dalam negeri, di luar negeri pun banyak, pemain yang di juniornya tidak terlalu kelihatan seiring kematangan bisa menjadi pemain papan atas.

Untuk menjadi sukses, selain skill juga perlu kematangan. Dan kematangan bisa dicapai melalui tempaan persaingan kompetisi yang konsisten. Mereka adalah orang-orang yang konsiten menjaga dan menaikkan performanya.

Kata kuncinya adalah: menjaga dan terus berupaya menaikkan performa.

Saya khawatir anak-anak muda yang tidak berkembang di kemudian hari ini merasa peak atau puncak penampilannya dicapai pada saat ia meraih juara di kelompok usia.

Maksudnya, glorifikasi ataupun pengakuan resmi dalam prestasi olahraga adalah ketika anda memenangi sebuah turnamen.

Apalagi turnamen itu dirasakan begitu berarti oleh banyak orang. Seperti saat Evan Dimas dan kawan-kawan juara AFF U19. Euforianya sungguh luar biasa, saya takut euforia tersebut membuat mereka yang harusnya baru mulai belajar lalu jadi sudah merasa di berada puncak.

Walaupun bisa juga, juara di masa muda dan tetap konsisten sampai masa tua. Banyak juga contohnya, misal LIonel Messi.

Jadi ya.., Tidak gampang puas adalah kata kunci selanjutnya.

Tidak hanya pemain, suporter bola juga seharusnya tidak gampang puas, apalagi larut dan berlebihan dalam menyikapi euforia sebuah turnamen kelompok umur.

Komunitas sepakbola Indonesia harusnya punya target jangka panjang yang selaras, yaitu timnas senior yang lolos dan bersaing di Piala Dunia.

Dengan mindset jangka panjang tersebut, suporter juga bisa jadi lebih dewasa dan tidak gampang puas kalau nanti kita misal juara AFF U19.

Suporter yang dewasa otomatis treatment masyarakat kepada anak-anak muda ini akan jadi wajar, tidak lebay.

Tapi ya, bisakah kita tidak lebay?

Ya, terlalu sering gagal mungkin lantas membuat kita jadi mengalami semacam ilusi kognitif secara massa. Nyatanya. juara kelompok umur dianggap sudah memenangi segalanya. Ini terjadi di 2013.

Ya, tidak ada yang salah dengan merayakan sebuah kemenangan. Tapi ini masih untuk usia kelompok umur.

Ayolah, kita sama-sama jaga anak-anak muda ini agar tidak mengalami goncangan yang terlalu ekstrem.

Ya, goncangan bukan hanya dari pengalaman negatif, pengalaman posistif seperti mendadak jadi superstar juga banyak orang yang gagal melewati fase tersebut.

Ketika mereka sudah merasa ada di puncak padahal seharusnya baru memulai, jadinya proses perkembangan akan terganggu.

Berkembang adalah fase naik, menapak perlahan ke fase yang lebih tinggi. Bila seorang sudah merasa di puncak tertinggi, ya mau apa lagi?

Menjadi juara itu penting dan menyenangkan. Tapi dalam konteks kelompok usia, pertumbuhan karier para pemain muda dan masa depan sepakbola Indonesia masih lebih penting.

Sepertinya begitu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun