Mohon tunggu...
Yheni Mulyaningsih
Yheni Mulyaningsih Mohon Tunggu... Penulis - -

Sometimes I write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bermana Kembar

16 Februari 2016   18:53 Diperbarui: 16 Februari 2016   18:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Diceritakan kembali oleh: Yheni Mulyaningsih

Cerita ini merupakan cerita rakyat Bojonegoro yang merupakan sebuah bagian dari rangkaian cerita Sang “Legenda” Bojonegoro; Prabu Angling Dharma. Seorang raja arif bijaksana Kerajaan Malowopati  yang konon dikutuk oleh Tuhan menjadi seorang Burung Mliwis Putih.

Cerita ini berawal di sebuah desa terpencil di Bojonegoro, hiduplah keluarga sederhana. Yaitu, Ki Demangklungsur dan istrinya Nyi Demangklungsur yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Jaka Gedug yang memelihara seekor Burung Mliwis yang merupakaan jelmaan dari Prabu Angling Dharma.

Tak jauh dari tempat mereka tinggal, di sebuah gubuk kecil, hiduplah sepasang suami istri yang baru saja menikah beberapa hari lalu yang bernama Ki Bermana dan Nyi Bermani. Pada saat itu, Nyi Bermani sedang hamil muda dan menginginkan suaminya pergi ke hutan untuk mencarikan dirinya sebotol madu.

Di samping gubuk mereka, terdapat sebuah pohon yang rindang. Di pohon tersebut, tinggallah seorang jin yang ternyata diam-diam menaruh hati kepada istri Ki Bermana. Namun sayangnya, jin tersebut mendengar perbincangan antara dua pasangan tersebut.

Tak lama setelah berbincang dengan Nyi Bermani, Ki Bermana bergegas pergi ke hutan untuk memenuhi keinginan istrinya tersebut. Jin yang tinggal di pohon besar itupun dengan segera mengubah dirinya menjadi sosok Ki Bermana. Jin yang telah menjelma menjadi Ki Bermana itupun mengetuk pintu rumah Nyi Bermani . Alangkah senang dan terkejutnya Nyi Bermani mendapati suaminya dengan cepat dapat mendapatkan madu dari hutan yang ia inginkan.

Seperti biasa, Nyi Bermani kembali melakukan aktivitas rumah sembari menyiapkan wadah untuk madu tersebut. Namun, tiba-tiba ada sesorang yang mengetuk pintu rumah mereka. Nyi Bermani bergegas membuka pintu tersebut. Nyi Bermani begitu terkejut ketika melihat Ki Bermana sudah berada di depan pintu dengan membawa sebotol madu yang ia inginkan.

Ki Bermana “palsu” yang sedang di dalam kamar pun menuju pintu karena mendengar suara Ki Bermana. Nyi Bermani menjadi semakin bingung ketika mendapati suaminya menjadi kembar. Kedua Ki Bermana tersebut saling beradu satu sama lain. Mereka bertengkar saling mengatakan bahwa salah satu dari mereka adalah suami Nyi Bermani yang asli.

Nyi Bermani merasa kebingungan dan tidak tahu bagaimana cara untuk mengetahui mana suaminya yang asli. Ia mengajak kedua suaminya itu menuju kediaman Prabu Dharmawasesa yang merupakan seorang pimpinan di daerah tersebut.

Sesampainya Nyi Bermani di kediaman Prabu Dharmawasesa, Nyi Bermani bertekuk lutut sambil menangis dan memohon bantuan kepada Prabu Dharmawasesa untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh Nyi Bermani.

Dengan bijak, Prabu Dhramawasesa menyelenggarakan sebuah sayembara yang berisi bahwa siapapun yang dapat membuktikan suami Nyi Bermani yang asli akan mendapatkan jabatan di pemerintahan Prabu Dharmawasesa.

Mliwis Putih yang merupakan jelmaan Prabu Angling Dharma tersebut tak sengaja mendengar sayembara di kerajaan tersebut. Mliwis putih dengan segera meju ke rumah sang majikannya, yaitu Ki Demangklungsur untuk mengikuti sayembara tersebut. Prabu Angling Dharma juga memberi tahu Ki Demangklungsur bagaimana cara membuktikan Ki Bermana yang asli.

Tak lama, Ki Demangklungsur bergegas menuju kerajaan dan mengikuti sayembara tersebut. Sesampainya ia di kerajaan, ia mendatangi Prabu Dharmawasesa dan menyatakan bersedia untuk mengikuti sayembara tersebut.

Ki Demangklungsur berdiri di antar kedua Ki Bermana tersebut dengan membawa sebuah kendi1 yang bernama “Kendil Pertala”. Di hadapan kedua Ki Bermana, Ki Demangklungsur mengatakan bahwa barang siapa di antara kedua Ki Bermana tersebut yang dapat memasuki kendi tersebut adalah Ki Bermana yang asli. Ki Bermana yang pertama mencoba memasuki lubang kecil di atas kendi tersebut. Namun, ia tidak dapat melakukannya. Kemudian, Ki Bermana yang kedua mencoba memasuki lubang kecil di atas kendi tersebut. Betapa terkejutnya Nyi Bermani dan semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut. Ki Bermana yang kedua merubah dirinya menjadi seoarang jin terlebih dahulu sehingga ia dapat memasuki lubang tersebut.

Dengan sigap, Ki Bermana menutup lubang tersebut dengan sebuah kain. Lalu, Ki Demangklungsur berkata bahwa sesungguhnya Ki Bermana yang asli adalah Ki Bermana yang tidak dapat memasuki kendi tersebut. Mengapa? Karena tidak akan mungkin bisa seorang manusia biasa memasuki lubang yang sangat kecil.

Sejak saat itupun semua orang mengerti siapa suami dari Nyi Bermani yang asli. Dan mulai dari saat itu pula, Ki Demangklungsur menjadi salah satu bagian dari kerajaan Prabu Dharmawasesa.

Masyarakat sekitar mempercayai bahwa cerita ini sama halnya dengan petuah jawa ”Becik Ketithik, Ala Ketara”, yang berarti, apabila kita berperilaku baik, dunia akan tahu. Begitu pula sebaliknya. Dunia juga akan mengetahui keburukan yang kita lakukan.

 

1.      Wadah yang biasanya digunakan sebagai wadah minum bagi masyarakat Jawa yang di atasnya terdapat sebuah lubang.

 

 

Menganalisis Nilai Moral, Nilai Agama, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Bermana Kembar

 

Nilai Moral

Tidak berbohong dan selalu berperilaku baik merupakan nilai moral yang dapat kita ambil dari cerita Bermana Kembar. Nilai ini tak jauh dengan pepatah Jawa “Becik Ketithik, Ala ketara” yang berarti baik buruknya suatu hal yang kita lakukan akan terungkap.

Cerita Berma Kembar juga mengajarkan kita untuk berpikir logis sebelum bertindak. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku Ki Bermana palsu yang tidak berpikir logis sebelum ia bertindak. Ia menuruti perintah Ki Demangklungsur. Semestinya, ia dapat berpikir bahwa, tidak mungkin seorang manusia biasa dapat memasuki lubang sekecil itu.

Nilai Agama

Dalam cerita Bermana Kembar, sangat sulit untuk menganalisis unsur agama yang terkandung. Namun, saya akan mencoba untuk memberikan uraian dari unsur agama yang terkandung dalam cerita ini.

Dalam cerita Bermana Kembar, tidak ada sedikitpun bagian yang menyinggung tentang agama. Dalam cerita tersebut tidak terdapat bagian yang menunjukkan kepercayaan yang dianut para tokoh. Sehingga sangat sulit untuk menarik kesimpulan tentang agama atau kepercayaan apa yang para tokoh dalam Bermana Kembar tersebut anut.

Namun, nilai agama yang terkandung dalam sebuah cerita bukan hanya mengintepretasikan agama atau kepercayaan apa yang para tokoh anut. Berlaku jujur dan tidak berbohong juga merupakan salah satu contoh dari nilai agama. Ki Bermana asli berkata jujur apabila ia hanyalah manusia biasa dengan bukti ia tidak dapat memasuki kendil tersebut.

Nilai agama lain yang dapat didapat adalah kepercayaan para tokoh terhadap keberadaan jin yang kemudian menjelma menjadi sosok Ki Bermana. Menurut saya, kepercayaan terhadap makhluk halus maupun jin adalah sesuatu yang memiliki relasi yang cukup dekat dengan nilai agama.

Selain itu, menurut saya, Prabu Angling Dharma yang dikutuk oleh Tuhan menjadi seekor Burung Mliwis Putih juga merupakan nilai agama yang terdapat dalam cerita Bermana Kembar. 

Nilai Budaya

Nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat bermana Kembar ini adalah budaya saling tolong menolong. Hal ini bisa kita lihat dari bagian ketika Nyi Bermani tidak bisa menyelesaikan masalah yang ia hadapi, ia membawa masalah tersebut kepada Prabu Dharmawasesa sebagai tokoh pemimpin di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan budaya zaman dahulu yang rakyatnya sangat bergantung dan menghormati pemimpinnya apabila dirinya mengalami masalah.  

Kemudian, Prabu Dharmawasesa mengadakan sayembara untuk mencari tahu Bermana yang asli juga merupakan sebuah contoh budaya zaman dahulu, yakni kerajaan mengadakan sebuah sayembara dan mengangkat pemenang sayembara tersebut sebagai bagian dari kerajaan tersebut meupakan nilai budaya yang dapat kita tarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun