Jantungku dag dig duh mendesir, khawatir, takut, sedih dan menyesal jadi satu. Kenapa aku begitu mudahnya tergiur ajakan teman untuk beli krim-krim ini. Uang dua ratus lima puluh ribu bagiku jumlah yang sangat besar. Lah ini kok malah buat beli gituan yang belum penting banget.
Aku tau aku memang bukan type wanita pesolek. Bedak punya satu saja yang beli di warung depan merk skiva, lipstik ga punya blas. Kalau mau ngajar malah kadang lupa ga pake bedak sama sekali. Pikirku buat apa bedakan toh sampai sekolah keringatan lagi. Cukup cuci muka waktu wudhu dan sebelum tidur saja. Wajahku juga ga terlalu bermasalah. Jerawat muncul hanya kalau mau menstruasi saja.
" Ah wajahku ga jelek-jelek banget kok" kuamati wajahku di depan cermin sambil miring kanan miring kiri, pegang pipi, hidung dan kadang mengerutkan dahi.
"Hehe...apa akunya ya  yang kepedean, tapi mas Joko ga pernah protes kok" pikirku singkat.
Tiba-tiba...
"Hem..hem.."
" Ah mas, ngagetin aja"
Buru-buru aku taruh cerminnya dan aku masukkan krim-krim itu ke saku dasterku. Semakin deg deg an aja.
"Dek, mas tadi lemburnya lumayan, mas dapet bonus"
" Oh..alhamdulillah Mas.." jawabku sambil menunduk
" Dek mas mau kasih sesuatu, tapi adek harus terima ya..." tanpa dikomando aku mengagguk kecil