"Oke, kita akan sampai  seperempat  jam sebelum jam Sembilan. Kamu kuliah di Jalan Surapati, kan? Kamu tidak usah khawatir"
Jam Sembilan kurang sepuluh menit CRV sudah berhenti di depan salah satu gedung di kampus itu.
"Maaf lewat lima menit"Â
"Tidak apa. Terima kasih, Pak" Â Reyna tidak banyak berbasa basi. Dia langsung lari meninggalkan Dika dan anak-anaknya.
Begitulah awal perkenalan mereka. Jika kemudian tanpa rencana mereka bertemu lagi, sudah barang tentu Reyna tidak bisa menolak ajakan Dika untuk makan siang bersama. Paling tidak sebagai balas jasa karena telah menyelamatkannya dari kegagalan mengikuti ujian sidang skripsi.
Pertemuan demi pertemuan itu akhirnya menjadi kebutuhan yang menimbulkan rasa kangen. Saat ada rentang waktu yang membatasi untuk bertemu, ada rasa sesak yang menekan dada.
Reyna tau, Dika mempunyai istri dan dua anak. Kehidupan rumah tangga  mereka juga tidak dalam masalah. Dika juga sering bercerita tentang kelucuan anak-anaknya. Sekali-sekali Dika juga bercerita tentang kegiatan dia dan istrinya. Tidak ada yg patut membuat Dika harus meninggalkan keluarganya. Reyna hanya bertahan demi rasa cinta yang perlahan-lahan tumbuh di hatinya.
Kelembutan Dika, perhatiannya pada keluarga, juga perhatian dan kepeduliannya pada Reyna telah menjerat gadis itu pada satu keinginan 'memiliki Dika'.
Semakin dia berusaha untuk menjauh dari Dika, semakin kuat rasa rindu yang dirasakannya. Tak ada lagi logika si Cerdas Reyna. Â Kebutuhannya untuk selalu bersama Dika telah membuatnya melupakan segala aturan main yang menjadi prinsip hidupnya.
Hingga akhirnya...
"Reyna, spertinya ini pertemuan terakhir kita. Ada yang salah dengan semua pertemuan ini"