Mohon tunggu...
Yety Ursel
Yety Ursel Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu merasa kurang banyak tau

Menulis untuk menyalurkan energi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Undangan Makan Malam

17 Desember 2015   13:30 Diperbarui: 17 Desember 2015   13:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pak Kades, yang update dong. Jangan Kudet gitu. Yang ngundang memang Mommy, tapi yang menentukan orang-orangnya, ya, itu..Sekdes… Eike aja mantan sekprinya Kades, juga gak diundang. Pokoknya tu Kades gak professional kerjanya.” Acik ikut nimbrung.

“Oke, semua keluhan saya tampung. Sekarang silakan bubar saja karena kalau di sini terus saya tidak bisa nyuguhin minum, maklum belum punya istri, jadi tidak ada yang masakin air, Oh, ya… Kembang kok tidak ke sini, ya?” tanyanya sambil melilit-lilit rambut kribonya dengan ujung jari.

“uuuuu…” teriak warga serempak sambil bergerak meninggalkan rumah Kades.

Inin segera menutup pintu rumahnya dengan nafas lega setelah seluruh punggung warga tidak lagi terlihat.

Masih juga belum cuci muka apalagi gosok gigi, Kades menghubungi sekdes dengan telepon genggam jadulnya. Kades Elfiet yang dihubungi sedang berada di rumah Mommy, kabarnya sih akan menerima pergantian transport karena sudah membantu Mommy mengundang warga.

“Sekdes, mani  ngerakeun maneh teh.  Coba jelaskan bagaimana cara kamu memilih warga yang diundang  makan malam ke rumah Mommy?” Inin bersuara garang dan membuat Elfietri, sekdes imut itu nyaris terjengkang dari tempat duduknya.

“Itu… eh… begini Kang, Mommy kan ngasih taunya dadakan pisan jadi saya teh bingung. Terus saya minta tolong adik saya untuk mengundi seluruh nama warga yang ada di buku induk warga.” Jawab Elfietri perlahan supaya tidak terdengar oleh Mommy.

“Diundi?” Mommy teh bukan pabrik odol yang lagi promosi, kenapa diundi?”

“Kan saya tadi sudah bilang… undangannya mendadak, Pak Kades.” El Fietri mencoba membela diri.

“Semendadak apa pun, kamu seharusnya tetap professional. Di kantor desa  kan ada data base yang bisa kamu akses di rumah. Kamu bisa pilah, berdasarkan yang paling rajin bayar pajak,  misalnya  atau kamu juga bisa telepon para RT, mereka pasti lebih kenal warganya sendiri. Yang jelas harus berdasarkan kriteria tertentu, jadi tidak bikin rame” Kang Kades nyerocos memberi pengarahan.

“Satu lagi pertanyaan saya, Mengapa hanya seratus orang? Kabarnya yang diundang itu duaratus lima puluh orang?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun