Hubungan pertama kali antara islam dan Kuwait ini yang dulunya masuk ke dalam Irak sudah ada sejak masa Rasulullah saw. Islam masuk ke Irak melalui beberapa fase. Pertama pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq beliau mengirimkan Khalid bin Walid.Â
Kedua masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, masa ini dipimpin oleh Mutsanna bin Haritsah, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Umar ats-Tsaqafi, Jarir bin Abdullah, dan Sa'ad bin Abi Waqqas. Ketiga pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab lagi, dimana masa ini dipimpin oleh Iyad bin Ganam.[4]Â
Fase ketiga inilah islam mulai berkembang lebih luas lagi. Tidak hanya pada daerah itu saja, namun sudah mulai merambah ke kota-kota penting yang ada di daerah tersebut, seperti Harran, ar-Raqqah, dan ar-Ruha. Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah pusat pemerintahannya ada di Baghdad termasuk ke dalam wilayah Irak.Â
Mulai saat itu islam menjadi pusat peradaban. dinasti yang ada di daerah Kuwait ini seperti Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Safawiyah dan Turki Utsmani. Â Â
[4] Muhammad Syafi'I Antonio dan Tim Tazkia, Eknsiklopedia Peradaban Islam di Baghdad, Jakarta : Tazkia Publishing, 2012, hlm. 47-48.
C. Kekuatan Politik Islam di Kuwait
Mayoritas penduduk Kuwait beragama islam. Sekitar 75 persen mereka menganut madzhab Sunni, Maliki maupun Hambali. Madzhab ini begitu berpengaruh pada semua kalangan yang ada di Kuwait, baik dari kalangan kelas menengah, ulama maupun elite monarki.Â
Selain itu terdapat 15 persen penduduk Kuwait menganut madzhab Syiah. Kelompok Syiah sendiri dibedakan menjadi Syiah Arab dan Syiah Kuwait. Maka wajar apabila islam dijadikan sebagai sumber hukum negara.
Dinamika politik yang ada di Kuwait ini tidak lepas dari sistem monarki dan komunitas sosial-politik yang tumbuh pada abad pertengahan 20. Politik Kuwait ini diwarnai dengan dinasti As-Sabah dengan komunitas suku maupun dengan kelompok oposisi yang dipelopori oleh islam.Â
Hal ini terlihat ketika pengambilan keputusan yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Terdapat tiga kelomopok utama yang menjadi aktor dalam kancah politik Kuwait menurut Ghabra, yaitu elite monarki, komunitas suku, dan kelompok oposisi baik dari kalangan islam maupun liberal.[5]Â
Emir merupakan simbol negara yang memiliki kewenangan mengangkat dan memberhentikan dewan menteri serta membubarkan parlemen sesuai dengan keputusan konstitusi. Generasi Mubarok As-Sabah inilah menjadi emir dan berkuasa untuk mengambil alih kekuasaan pada akhir abad ke 19.Â