Mohon tunggu...
Yesi Mandala putri
Yesi Mandala putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SUSKA Riau

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Filsafat Bahasa dalam Perkembangan Ilmu Bahasa

2 Januari 2024   12:00 Diperbarui: 2 Januari 2024   12:11 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peranan Filsafat Bahasa

Ada tiga cara berpikir ilmiah: bahasa, matematika dan statistik. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur, berkesinambungan, dan  menguasai ilmu pengetahuan. Dengan bahasa, manusia berbeda dengan hewan, mereka dapat berpikir dan berbicara tentang benda yang tidak ada di hadapannya. Kompleksnya dunia kehidupan dijelaskan dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami. Bahasa juga memungkinkan kita untuk menyebarkan pengetahuan kepada orang lain. Singkatnya, bahasa membantu para ilmuwan berpikir secara ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan kata lain, bahasa menjadi alat untuk menarik kesimpulan  induktif dan deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan membuat silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah. Dengan demikian, timbullah pembahasan mengenai filsafat bahasa yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan (dunia) berdasarkan perspektif linguistik.

Terkait dengan uraian Burge mengenai filsafat bahasa, pembahasan mengenai filsafat bahasa merupakan bidang yang belum banyak mendapat apresiasi dari kalangan intelektual populer. Dalam hal ini terdapat lemahnya jalur komunikasi  yang menghubungkan  filsafat linguistik dan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan praktik linguistik. Situasi ini telah berkembang sejak filsafat memulai "langkah barunya" pada periode positivis. Kritik keras positivisme terhadap nilai-nilai kognitif (positive period) mungkin menjadi salah satu alasan utama mengapa filsafat bahasa belum diapresiasi oleh para intelektual masyarakat.

Pada era positivisme, positivisme logis juga berkembang untuk menjadikan filsafat (bahasa) lebih ilmiah. Berkat positivisme logis  para pendukung positivisme logis dapat mengenali kelemahan dan keterbatasan filsafat bahasa. Pendukung positivisme logis mengajukan teori makna  yang juga secara implisit didukung oleh teori kognisi.

Teori makna didasarkan pada dua prinsip dasar, yaitu (a) makna suatu kalimat berfungsi sebagai metode  verifikasi atau penegasan (disebut prinsip verifikasi); (b) proses analitik digunakan untuk menentukan makna (hubungan makna), meskipun tidak memberikan informasi tentang dunia nyata (prinsip ini dikenal juga  dengan prinsip analitik). Filsafat analitik telah menjadi aliran terpenting di Inggris dan Amerika Serikat sejak tahun 1950. Filsafat analitik (juga disebut filsafat analitik dan filsafat bahasa) berkaitan dengan analisis bahasa dan analisis konsep. Analisis ini dianggap "terapeutik", karena para filsuf analitik percaya bahwa banyak masalah filosofis (dan juga teologis dan ilmiah) dapat "disembuhkan" melalui analisis linguistik. Berkat analisis ini, kami dapat menunjukkan bahwa masalah itu hanya diciptakan oleh pemakaian bahasa yang tidak sehat.

Lebih khususnya, verification priciple, para  pendukung positivisme logis dapat  menjelaskan kelemahan-kelemahan filsafat bahasa,  terutama ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan metafisik (metaphysics). Mereka  berpendapat bahwa seharusnya filsafat bahasa berfungsi sebagai verifikator (memverifikasi kebenaran) fenomena. Dengan terbengkalainya fungsi  verifikasi ini, maka pernyataan-pernyataan filsafat bahasa tentang fenomena masa kini akan kehilangan maknanya. Filosofi bahasa dimaksudkan untuk meniru atau meniru ilmu pengetahuan yang  fungsi adalah sebagai alat verifikasi kebenaran.

 Para pendukung positivisme logis juga berpendapat bahwa kedua prinsip teori makna  juga menyandang label teori empiris suatu ilmu dan hal ini dapat dibuktikan dengan adanya unsur eksperiensial (sense experience). Dalam  hal ini mereka melihat bahwa sains dapat menjadi alat pembuktian dan  dapat membenarkan fenomena-fenomena dunia pada  dengan  menggunakan dasar empirisme (sense experience). Landasan empirisme yang dikemukakan oleh para pendukung  positivisme logis  juga secara tidak langsung  dipengaruhi oleh empirisme David Hume. Selama periode positivisme ini,  filsuf, seperti Carnap, Schlick, Neurath, Reichenbach dan Hempel, muncul sebagai "pendukung setia"  prinsip verifikasi  (verificationist principle).

  Carnap, dalam pembahasannya tentang positivisme logis, mengusulkan linguistik sebagai sarana untuk memverifikasi suatu fenomena yang kemudian  dikembangkan menjadi  meanif of meaning. Dalam hal ini, Carnap berpendapat bahwa linguistik mempunyai fungsi analitis. Carnap lebih lanjut berpendapat bahwa logika sama dengan logika analitik  ketika sesuatu itu logis pada tataran praktis dan diterapkan, maka otomatis menjadi  analitik (Schlipp, 1963: 545- 558).

 Permasalahan tidak berhenti sampai disitu , filsafat linguistik masih belum mampu mengembangkan sarana untuk mengkonfirmasi fenomena di dunia ( method of confirmation). Melalui metode ini,  metafisika menjadi sebuah  fenomena yang akhirnya "tersingkirkan" dari ilmu pengetahuan. Masalah inilah yang akhirnya membuat Hempel pada tahun menjadi agnostik pada tahun mengenai kebenaran  prinsip verifikasi.

Pada awal tahun 1950-an, Quine berpendapat bahwa metode konfirmasi dalam filsafat tidak dapat diterapkan dalam konteks kalimat sederhana. Lebih dalam lagi, Quine akhirnya memberikan definisi holism atau holisme. Berdasarkan holismenya, satu kalimat  tidak dapat digunakan sebagai referensi atau dasar validasi (fenomena ).

 Dalam berbagai situasi, banyak  pendukung positivisme logis  mendukung pemikiran Gottlob Frege  dalam upayanya memberikan logika matematika aspek logis dan merumuskan teorema Matematika dari aksioma logika dengan definisinya. Pemikiran Frege  juga  mempengaruhi para filsuf dengan memberikan teorema tentang bahasa yang masuk akal dan dapat diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun