Mohon tunggu...
Yesi Mandala putri
Yesi Mandala putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SUSKA Riau

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Filsafat Bahasa dalam Perkembangan Ilmu Bahasa

2 Januari 2024   12:00 Diperbarui: 2 Januari 2024   12:11 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

 

PENDAHULUAN

Sepanjang sejarah peradaban manusia, filsafat merupakan salah satu mata pelajaran ilmu pengetahuan yang banyak mendapat perhatian, karena menjadi landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Perdebatan tentang kebenaran dan cara  memperolehnya telah menjadi isu yang sangat penting bagi para filsuf dari zaman kuno hingga abad modern. Aristoteles, Plato, Socrates adalah pionir yang menghiasi  dunia ilmu pengetahuan dengan pandangan filosofisnya pada masa kejayaan Yunani. Sementara itu, pada Abad Pertengahan, muncul sejumlah nama lain yang tertarik dengan apa yang ada di balik ilmu pengetahuan  seperti Ren Descartes, Francis Bacon, David Hume, sehingga teori  ilmu pengetahuan benar-benar  diterima dan berharga. Ketertarikan ini berlanjut hingga masa modern dan mencatat beberapa nama penting  dalam sejarah filsafat dunia seperti William James, John Dewey, John Locke, dll.

Sayangnya, banyak orang saat ini  yang tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan  sebenarnya mempunyai landasan filosofis yang sangat terbatas namun penting. Landasan tersebut adalah pemahaman bahwa pada kenyataannya ilmu pengetahuan  tidak akan pernah mencapai titik kesempurnaan karena manusia tidak akan pernah mampu menemukan jawaban yang sempurna atas segala sesuatu yang ada disekitarnya. Selama berabad-abad, sains telah diteliti, dikembangkan, dan membawa perubahan dalam kehidupan manusia dengan cara yang seringkali tidak dapat dibayangkan oleh kebanyakan  orang. Namun sayangnya, apa yang terlihat oleh mata atau perwujudan ilmu  lebih menarik dibandingkan apa yang tersembunyi di baliknya.

 Bronowski (1973) menyentuh kita melalui tulisannya. Ia beranggapan bahwa sebaiknya kita mengkaji kembali esensi segala sesuatu yang secara empiris kita alami sepanjang hidup kita dan bertanya 'Apakah semua yang ada dan ditemukan serta ditelaah manusia merupakan sebuah kepastian?' kita harus mulai  dengan pertanyaan ini agar kita tidak sesat ke dalam ruang arogansi seperti yang selama ini telah banyak menyelimuti pemikiran manusia. Padahal, arogansi semacam ini hanya akan membawa umat manusia ke dalam kehancuran; karena apa yang kita pelajari dan ketahui sering kita anggap sebagai sesuatu yang mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat.

Bronowski memulai argumennya dengan menegaskan bahwa keberhasilan  ilmu fisika  justru karena ilmu pengetahuan itu sendiri "gagal". Untuk mencapai tujuannya, ketidakpastian masih ada karena tidak mungkin menghasilkan rincian tentang subjek dari orang-orang yang diteliti. Beliau menyatakan bahwa tidak ada ilmu  yang mutlak yang  dapat sepenuhnya valid, oleh karena itu tidak dapat diperkuat atau ditantang oleh ilmu lainnya. Faktanya, selalu  ada perdebatan yang disebabkan oleh perbedaan sudut pandang masyarakat. Kita melihat bagaimana para ilmuwan pada saat itu, dalam kereta  menuju Gttingen, bertukar  pikiran dan berdebat tentang suatu subjek atau masalah tertentu. Perbedaan cara pandang  ini  justru membawa refleksi-refleksi baru yang sungguh sangat bermanfaat sehingga mampu melahirkan karya-karya baru yang hebat. Argumen mereka  pada dasarnya adalah tentang menemukan rincian terbaik dan terkuat untuk membuktikan kasus mereka. Namun, mereka tidak  pernah bisa mendapatkan semua yang mereka harapkan.

Apa yang menurut mereka pantas dan barangkali patut  disampaikan, agar tidak ada seorang pun yang merasa dibatasi oleh pandangan ideologi orang tertentu. Lebih jauh lagi, membatasi pemikiran dan menyatakan bahwa hanya pemikirannya saja yang benar hanya akan menimbulkan rasa benci dan cenderung mempermalukan diri sendiri. Padahal, kita memahami dengan jelas bahwa selalu ada kesenjangan antara  ilmu pengetahuan yang cenderung pasti dan ilmu pengetahuan yang tidak pasti. Seringkali orang menganggap ilmu yang diciptakan sudah cukup dan dapat memuaskan kebutuhannya, padahal mereka salah karena yang ada  sebenarnya hanyalah ketidakpastian.

Sebagai contoh, hal ini dapat kita lihat pada penelitian fisika yang dilakukan oleh Werner Heisenberg (dalam Bronowski, 1973), yang kemudian  memperkenalkan istilah 'Prinsip Ketidakpastian'. Heisenberg menyebut bahwa tidak ada peristiwa atau pencarian sebuah objek yang dapat dideskripsikan secara sama atau memiliki toleransi nol. Bronowski lebih cenderung menyebut prinsip ini sebagai 'Prinsip Toleransi'.

Fakta-fakta tentang perkembangan ilmu filsafat ini tentu memberikan pengaruh kepada berbagai bidang ilmu lainnya termasuk filsafat bahasa. Terjadi perbedaan pandangan pula di antara pemikir-pemikir yang concern dengan bahasa. Semua pemikiran ini tentu saja tidak dapat diterima bulat-bulat atau ditolak begitu saja karena masing-masing tentu memiliki dasar yang cukup kuat untuk menyampaikan teorinya masing-masing. Pembenaran akan satu teori dan penafikan akan teori lainnya hanya akan kembali membawa kita kepada konflik berkepanjangan tentang bahasa sebagai ilmu pengetahuan. Namun, secara mendasar perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya filsafat bahasa itu, dan mengapa filsafat bahasa muncul sebagai salah satu cabang dari filsafat. Pada bagian akhir akan dijelaskan secara singkat kontribusi filsafat dalam perkembangan ilmu bahasa dan pengajaran bahasa secara umum.

PEMBAHASAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun