Mohon tunggu...
Yeremias Nino
Yeremias Nino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Musafir

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Yesus Menurut Kaum Awam dan Kaum Biarawati

17 Agustus 2021   10:37 Diperbarui: 17 Agustus 2021   10:38 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Pengantar

Pertanyaan tentang siapakah Yesus bagi kamu? Adalah pertanyaan yang seringkali tujukan kepada orang Kristiani untuk lebih mengenal Yesus secara mendalam. Tentu jawaban setiap orang pasti bermacam-macam. Jawaban yang mereka kemukakan pasti berdasarkan pengalaman iman mereka. Dalam tulisan ini penulis menaruh perhatian pada padangan Yesus menurut mahasiswi, biarawati dan orang mudah katolik (OMK). Penulis ingin memberikan pemahaman ini kepada semua umat Kristiani yang percaya dan mengakui bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Penulis ingin mengulas tema ini karena dalam realita kehidupan sehari-hari terkadang orang Kristiani tidak mengenal sifat-sifat Yesus secara mendalam. Artinya mereka mengakui dan percaya kepada Yesus tetapi sikap dan perbuatan mereka tidak menunjukkan sikap seperti Yesus. Apa yang mereka implemantasikan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan. Bertitik tolak realita ini, maka penulis ingin mengafirmasikan bahwa mengenal Yesus itu bukan sekadar mengenal tetapi sebagai orang Kristiani kita harus mengenal Yesus lebih mendalam dan mengetahui sifat-sifat-Nya supaya kita menghidupi dan menghayati sifat-sifat Yesus dengan benar.

Tujuan penulis mengulas tema ini supaya orang Kristiani mengenal Yesus lebih mendalam dan utamanya adalah supaya mengenal Yesus secara personal. Iman menurut surat kepada umat Ibrani "adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr 11:1). Banyak hal yang kita imani, karena pengalaman memberi kita kepercayaan pada kebenaran atau pada kenyataan akan banyak hal yang tidak dapat kita buktikan bagi diri kita sendiri.[1] Kita tahu bahwa dalam Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis oleh para pengikut Yesus yang percaya kepada kepada-Nya. Apa yang mereka tulis dalam Kitab Suci merupakan fakta yang sungguh terjadi. Apabali kita mengulas secara sistematis tentang apa yang dikatakan dalam Perjanjian Baru, di sana kita akan menemukan satu kata yakni percaya. Para pengikut Kristus berani menulis dan mewartakan Yesus karena mereka percaya kepada-Nya. Inilah satu esensi orang Kristiani yang beriman atau percaya kepada Yesus. Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode wawancara secara virtual dan beberapa buku yang menjadi refrensi utama. Penulis sampai pada satu temuan bahwa mengenal Yesus secara personal itu penting. Karena dengan mengenal Yesus secara personal kita akan mampu mengaplikasikan sifa-sifat Yesus dengan benar.

 

  • Landasan teori tentang siapakah Yesus

 

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk kita memahami teori tentang siapakah Yesus. Penting kita memahami hal ini karena fokus dalam kristologi adalah berbicara tentang Yesus sendiri. Siapakah Yesus? Pertanyaan ini berkaitan dengan pengakuan iman terhadap Yesus. Orang Kristiani mengakui dan percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dipercayakan kepada Bunda Maria dan St. Yosef. Bunda Maria dan St. Yosef adalah perpanjangan tangan dari Tuhan. Mereka dipilih oleh Allah untuk melahirkan Yesus yang merupakan Putera Allah. Jadi Yesus memiliki historisitas seperti manusia. Umat Kristiani percaya Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Walaupun pernyataan ini terjadi kontradiksi dengan beberapa pihak dalam hal ini orang-orang yang tidak percaya atau tidak mengakui bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Tetapi bagi orang Kristen Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Mereka berani mengatakan demikian karena mereka percaya bahwa Yesus adalah utusan dari Allah untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. Eksistensi Yesus di dunia adalah untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah. Dalam ibadah orang Kristen tanpa ragu menyamakan Yesus dengan Allah, kendati keberatan besar dari pihak saudaranya muslim. Dalam tradisi Gereja sebutan ini muncul cukup awal. St. Ignatius dari Antiokhia pada abad kedua berani menulis tentang "darah Allah"-surat kepada jemaah Efesus 1:1. "Ada seorang tabib katanya yang adalah daging dan roh, lahir tidak dilahirkan, Dialah Allah dalam manusia". Ia mengajak atau mendorong umat berperilaku sedimikian rupa sehingga Yesus menjadi "Allah di dalam kita". Ia berbicara tentang Yesus sebagai Allah yang memberimu kebijaksanaan.[2] Orang Kristiani dan tradisi menggambarkan dengan sangat spesifik bahwa Yesus adalah Anak Allah. Sebagai Anak Allah Ia diutus oleh Bapa untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. 

 

 Eksistensi Yesus di dunia adalah untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. Jadi penulis bisa mengambil satu konklusi bahwa eksistensi Yesus di dunia adalah untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. Dalam Injil (Matius;4:23) menyatakan bahwa "Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu[3]." Penginjil Matius menggambarkan dengan sangat spesifik bahwa eksistensi Yesus di dunia adalah untuk  menyelamatkan manusia dari segala dosa. Indikasi yang mengatakan bahwa eksistensi Yesus adalah Sang penyelamat manusia terdapat dalam kata dan tindakan. Yesus tidak hanya mengajar tetapi setelah mengajar, mengimplementasikan apa yang Ia ajarkan kepada umat-Nya. Implementasi yang aktual adalah menyembuhkan manusia dari segala macam penyakit dan membangkitkan orang mati. Jadi visi dan misi Yesus sangat jelas yakni bahwa sebagai Anak Allah, Ia menjalankan misi sesuai kehendak Allah. Misi Yesus yang fundamental adalah menyelamatkan manusia. Orientasi Yesus sangat jelas menyelamatkan manusia dari segala dosa. Intensinya adalah supaya manusia bebas dari perbudakan dosa.

 

Dalam Kitab yang relevan bukannya bahwa ada istilah pasti yang menyebut Yesus sebagai Allah, melainkan bahwa banyak terdapat gambaran Perjanjian Lama tentang Allah yang dikenakan pada pribadi Yesus Kristus. Terutama bila berbicara tentang Yesus yang bangkit mulia, sebut-Nya sama dengan Allah. Dalam Kitab Wahyu, Yesus Sang Manusia dalam hidup publik hampir tidak dibicarakan yang dibicarakan adalah junjungan yang bangkit. Kita bisa mengambil contoh Wahyu 1:13-16. Di dalam suatu visium penulis melihat "seorang serupa Anak Manusia, berpakaian  jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dada-Nya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih mentahdan mata-Nya bagaikan nyala api.[4]  

 

Darma Wijaya menggambarkan dengan sangat jelas bahwa dalam Kitab Wahyu Yesus disebut sebagi Anak Allah dan Anak Manusia. Sebutan ini membuktikan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Darma Wijaya ingin mengafirmasikan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia karena Yesus itu diutus oleh Allah untuk menebus manusia dari segala dosa. Tugas fundamentel Yesus adalah mewartakan Injil Kerajaan Allah dan menyelamatkan manusia dari dosa. Yesus tahu tugas dan misinya maka Ia menjalakan tugas sesuai kehendak Allah. Tugas ini menjadi tugas esensial Yesus karena Allah ingin manusia dibebaskan atau diselamatkan dari segala perbudakan dosa.

 

  • Analisis Wawancara

 

Dalam analisis ini penulis menggunakan metode wawancara secara virtual. Penulis melakukan wawancara terhadap tiga narasumber. Dari hasil wawancara tersebut ada berbagai macam perspektif dari narasumber tentang siapakah Yesus bagi mereka. Pandangan-padangan ini akan saya ulas dalam pembahasan di bawah ini.

 

  • Yesus adalah penyelamat

 

Responden pertama Maria Goreti Bano. Dia adalah mahasiswi Undana Kupang. Menurut Maria Goreti Bano Yesus adalah Sang penyelamat manusia. Ia melihat Yesus sebagai penyelamat karena Yesus adalah Putera Allah yang diutus oleh Bapa untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Yesus wafat di kayu salib merupakan satu bukti yang esensial yakni untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Yesus wafat di kayu salib bukan karena Yesus berdosa tetapi Yesus rela mati demi menebus manusia dari segala dosa. Yesus mengorbankan diri-Nya demi menyelamatkan manusia. Cintanya kepada umat-Nya sungguh luar biasa. Ia mengimpulkan bahwa baginya Yesus adalah sang penyelamat. Ia berani menyatakan demikian karena dalam perjalanan hidupnya ia pernah mengalami kesulitan dan tantangan dalam hal perkuliahan. Ketika ia mengalami krisis ini ia kemudian membuat satu devosi khusus kepada Yesus. Setelah melakukan devosi ia mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam hal kuliah. Dari pengalaman iman ini ia kemudian mengatakan bahwa eksistensi Yesus itu sungguh menyelamatkannya. Ia kemudian mengafirmasikan bahwa baginya Yesus adalah Sang penyelamat manusia. Ia sungguh sadar bahwa sebagai orang Kristiani ia dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk menyelamatkan sesama. Namun dalam realitanya terkadang ia melupakan hal ini. oleh karena itu lewat refleksinya ia mengatakan bahwa ia akan berusaha untuk menyadari tugas dan panggilannya bahwa memanggilnya dengan tujuan supaya menyelamatkan sesama. Baik itu di kampus, rumah maupun di mana ia berada.

 

Yesus yang melalui kebangkitan-Nya dinyatakan sebagai utusan Allah dan Anak Manusia nanti, menjadi pelaksana rencana penyelamatan Allah. Dalam tradisi Yahudi Perjanjian Lama penciptaan dan penyelamatan Allah dikaitkan dengan hikmat kebijaksanaan Allah. Hikmat kebijaksanaan itu tidak lain kecuali "rencana"penciptaan dan penyelamatan Allah.[5] C. Groenen ingin menegaskan bahwa kebangkitan Yesus itu dilihat sebagai satu indikasi bahwa Yesus rela wafat di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia dari segala dosa. Dalam tradisi Yahudi Perjanjian Lama penyelamatan Allah dikaitkan dengan hikmat kebijaksanaan Allah. Artinya bahwa Yesus menyelamatkan manusia karena Yesus memiliki hikmat kebijaksanaan dari Allah. Sebagai pelaksana rencana penyelamatan Allah Yesus dapat dipahami sebagai utusan hikmat kebijaksanaan-Nya (Luk 11:49;11:28-30). Bahkan dalam Yesus hikmat kebijaksanaan itu sendiri tampil di muka bumi itu. Secara dinamis Yesus boleh disamakan dengan hikmat kebijaksanaan itu.[6] Yesus menjadi utusan Allah yang akan menyelamat manusia dari segala perbudakan dosa. Sebagai orang Kristiani kita juga dipanggil dan pilih oleh Allah untuk membawa keselamatan bagi sesama. Korelasi pernyataan C. Groenen dengan pengalaman Maria Goreti adalah kebangkitan Yesus membawa keselamatan bagi manusia. Mereka melihat bahwa kebangkitan Yesus membawa keselamatan karena misi Yesus datang di dunia adalah untuk menyelamatkan manusia. Dia adalah utusan dari Allah untuk membawa keselamatan bagi semua orang khususnya mereka yang percaya kepada Yesus.     

 

  • Yesus adalah Anak Manusia

 

Responden kedua adalah Deli Mano. Dia adalah orang mudah katolik paroki Kristus Raja Haumeni (OMK). Menurut dia Yesus adalah Anak Manusia yang selalu mendengar dan menuntun manusia pada jalan kebenaran Tuhan. Dia mengatakan demikian karena dia melihat bahwa Yesus selalu mendengar dan menuntun dia pada jalan kebenaran. Dia mengakui Yesus sebagai anak manusia karena dia melihat bahwa Yesus itu dilahirkan oleh Bunda Maria dan St. Yosef. Tetapi kelahiran Yesus itu merupakan karunia Allah sendiri. Artinya Allah yang mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal ke dunia untuk mendengarkan segala persoalan dan pergulatan manusia. Anak manusia dipikirkan sebagai tokoh Surgawi yang menjelang akhir zaman sebagai wakil dan kuasa Allah datang untuk menjalankan penghakiman Allah dan menyelamatkan orang benar. umat Kristen Yahudi di atas dasar pengalaman paska, yang membenarkan Yesus, memahami bahwa Yesus sendirilah Anak manusia (Luk 10:21-22; Mat 28:18), yang oleh Allah dilantik sebagai Anak Manusia.[7] Groenen menegaskan dengan sangat jelas bahwa dalam Perjanjian Baru Yesus diramalkan sebagai Anak Manusia. Kehadiran sebagai Anak Manusia di dunia adalah untuk menjadi hakim dan penyelamat bagi manusia. Umat Kristen Yahudi melihat Yesus sebagai Anak Manusia. Mereka melihat Yesus sebagai Anak Manusia yang datang untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. 

 

  • Yesus adalah sahabat
  • Responden ketiga Sr. Ida SSpS. Dia adalah suster SSpS yuniorat di provinsi Jawa. Dia mengatakan bahwa Yesus adalah Sahabat yang setia. Dia menyebut Yesus demikian karena dalam realita kehidupan, dia selalu menyampaikan apa yang terjadi atau apapun yang dia rasakan dalam menjalani hidup panggilan sebagai seorang calon suster. Dalam realita hidup dia melihat bahwa melalui berbagai peristiwa hidup yang jika dipandang dalam kaca mata manusia tidak akan bisa diatasi namun lewat doa semuanya menjadi hal yang mungkin. Pengalaman ini membuatnya menjadi pribadi yang beriman pada KeAllahan Yesus serta menjadi sahabat setia dalam menjalani hidup ini karena dia yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi  itu atas kebaikan Allah.
  • Alasannya menyebut Yesus sebagai penuntun dikarenakan dia menyadari bahwa terkadang dia hidup tidak menuruti Firman Allah. Namun Yesus dengan berbagai cara-Nya menyadarkannya agar  dia sadar bahwa Allah memanggil dia dengan tujua untuk bersahabat dengan semua orang.

 

Topik tentang persahabatan dapat dijumpai pula dalam teks-teks Alkitab. Perjanjian Lama, khususnya kitab Amsal banyak menyinggung hal ini (mis. Ams. 17:17; 18:24; 19:6; 27:6, dan lain-lain). Sementara itu di dalam kitab Kejadian, Abraham disebut sebagai sahabat Allah yang melalui dirinya, semua bangsa akan memperoleh berkat. Konsekuensinya, sebagai sahabat Allah, orang Kristen juga dipanggil ke dalam persekutuan dengan Allah, yaitu menjadi sahabat Allah sekaligus sahabat bagi orang lain. Di dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani yang dipakai untuk sahabat adalah re'ah. Kata itu juga dapat berarti "a close associate, brother, male or female companion, fellow, husband, lover, neighbour, and another." Kata tersebut memiliki kedekatan makna dengan kata Yunani plesios yang berarti dekat, tetangga. Sementara itu dalam Septuaginta (LXX), kata sahabat diterjemahkan dengan "philos." Berdasarkan penelusuran istilah sahabat dalam Perjanjian Lama, jelaslah bahwa kata Ibrani re'ah dipakai untuk menunjuk kepada seorang yang dekat, sahabat, tetangga, sesama manusia. Bahkan, Perjanjian Lama juga berisikan perintah untuk menunjukkan kasih kepada sahabat, tetangga, sesama (re'ah) tersebut.[8] 

 

Pernyataan ini menggambarkan dengan sangat jelas bahwa baik dalam Perjanjian lama  maupun dalam septuaginta lebih menegaskan bahwa persehabatan yang sejati adalah persekutuan antara satu dengan yang lain. Yesus menjadi sahabat bagi manusia karena manusia bersekutu dengan Yesus. Yesus menjadi sahabat bukan hanya dengan satu orang tetapi Ia bersabahat dengan semua orang. Sebagai orang Kristiani, Allah memanggil kita untuk menjadi bersahabat bukan hanya bersahabat dengan satu orang tetapi untuk bersahabat dengan semua orang. Sebagai sahabat kita bukan hanya hadir di saat senang tetapi di saat susah kita menghindar itu bukan sahabat. Sehabat yang sejati adalah orang yang selalu hadir baik dalam suka maupun duka. Yesus adalah sahabat yang setia. Ia selalu hadir dalam diri manusia tetapi terkadang manusia kurang menyadari hal ini. Di mana kisah-kisah ini tetap hidup, di sana hiduplah juga Yesus. Itu berarti, bahwa kisah-Nya terus diceritakan terus menjadi bahan pembicaraan. Tidak hanya dalam lingkungan yang telah mengenal kisah itu.[9] Kisah Yesus sebagai sahabat selalu hadir dalam diri manusia. Kisah ini menjadi kisah yang sungguh nyata dalam diri manusia khususnya bagi mereka yang mengakui dan percaya kepada Yesus sebagai sahabat. Korelasi antara pernyataan ini dengan pengalaman Sr. Ida adalah persahabatan dengan Yesus yang lebih mendalam. Persahabatan dengan Yesus yang mendalam akan terjadi bila ada komunikasi doa. Doa adalah jembatan untuk menjalin relasi dengan Yesus yang lebih mendalam. 

 

  • Kesimpulan

 

Jawaban setiap orang atas pertanyaan tentang siapakah Yesus bagi kamu pasti jawabanya berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa Yesus sebagai sahabat. Sekelompok lainnya mengatakan bahwa Yesus adalah sosok yang menyelamatkan. Dan ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Putera Allah yang diutus oleh Bapa untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. Secara keseluruhan dari hasil analisis tersebut, penulis melihat bahwa apa yang disheringkan oleh para narasumber pada umumnya berdasarkan pengalaman iman yang mereka alami. Jadi penulis mengambil satu konlukis bahwa untuk mengenal Yesus secara personal kita harus memiliki iman yang kuat terhadap Yesus. Karena tanpa iman kita tidak bisa berbuat apa-apa.

 

Daftar Pustaka

 

Alkitab Deuterokanonika, (LAI, 2008).

 

Groenen, C. Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta: Kanisius, 1988.

 

P. Rausch, Thomas.  Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

 

Van Iersel, B.M.F.  Yesus itu Kristus. Yogyakarta: Kanisius, 1980.

 

https://media.neliti.com/media/publications/275342-menjadi-sesama-manusia-persahabatan. Diakses pada tanggal 18 Mei 2021, 19.45.

Wawancara dengan Maria Goreti Bano Mahasiswi Undana Kupang pada tanggal 17 Mei 2021, pukul 20.00.

Wawancara dengan Deli Mano OMK paroki Kristus Raja Haumeni pada tanggal 17 Mei 2021, pukul 20.30.

Wawancara dengan Sr. Ida SSpS provinsi Jawa pada tanggal 18 Mei 2021, pukul 10.00.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun