Chairil Anwar, pelopor angkatan 45 dalam kesusastraan Indonesia dan penyair besar Indonesia.  Salah satu puisinya yang menjadi penyemangat rakyat Indonesia dalam perjuangan adalah puisi yang berjudul "Aku'. Puisi "Aku" juga merupakan salah satu puisi yang menjadi hiasan tembok kota Leiden, Belanda dari 107 puisi karya besar dunia yang menjadi hiasan tembok kota Leiden, Belanda.Â
  Kata-kata Aku mau hidup seribu tahun lagi dalam puisi yang berjudul "Aku" menggambarkan betapa karya-karya Chairul Anwar, hidup sepanjang masa dalam hati pembaca kesusastraan Indonesia.Â
  Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang berisikan tentang cinta adalah puisi yang berjudul "Tak Sepadan". Berikut bunyi puisi "Tak Sepadan".
      Tak Sepadan
        Karya : Chairil Anwar.
Aku kira,
Beginilah nanti jadinya,
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa
Ahasveros
Dikutuk disumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena Kau tidak 'kan apa-apa'
Aku terpanggang tinggal
Rangka
Februari 1943.
Puisi Tak Sepadan di atas menggambarkan keputusasaan seorang pemuda mengenai takdir akhir percintaannya dengan seorang gadis.
Sang gadis tetap akan bahagia, menikah dan berkeluarga. Sedangkan sang pemuda menderita dan sengsara, begitu menderitanya karena cinta, sengsara sampai badan mengurus tinggal rangka karena selalu memikirkan cintanya. Dikutuk seperti cerita dalam  mitologi kuno yaitu seorang pemuda yang bernama Ahasveros, dikutuk oleh dewa cinta yang bernama Eros untuk selalu mengembara dalam percintaannya.
Sang pemuda memadamkan rasa cintanya terhadap gadis tersebut. Â Sang gadis tidak akan apa-apa sedangkan pemuda sengsara dan menderita akan cintanya.
Betapa akhir puisi ini membuat patah hati yang membaca puisi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H