Mohon tunggu...
Yenny Bambang
Yenny Bambang Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan Ppat

Ibu Rumah Tangga, Notaris dan PPAT, Istri dan Ibu dari Tiga Anak, hobi Membaca dan Menulis. Menulis di Karyakarsa.com/@Yenny Bambang13, Novelis di Noveltoon.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi Tak Sepadan, Puisi Karya Chairil Anwar yang Membuat Patah Hati

3 Agustus 2022   14:14 Diperbarui: 5 Agustus 2022   05:10 3273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Chairil Anwar, pelopor angkatan 45 dalam kesusastraan Indonesia dan penyair besar Indonesia.  Salah satu puisinya yang menjadi penyemangat rakyat Indonesia dalam perjuangan adalah puisi yang berjudul "Aku'. Puisi "Aku" juga merupakan salah satu puisi yang menjadi hiasan tembok kota Leiden, Belanda dari 107 puisi karya besar dunia yang menjadi hiasan tembok kota Leiden, Belanda. 

   Kata-kata Aku mau hidup seribu tahun lagi dalam puisi yang berjudul "Aku" menggambarkan betapa karya-karya Chairul Anwar, hidup sepanjang masa dalam hati pembaca kesusastraan Indonesia. 

   Salah satu puisi karya Chairil Anwar yang berisikan tentang cinta adalah puisi yang berjudul "Tak Sepadan". Berikut bunyi puisi "Tak Sepadan".

           Tak Sepadan

                Karya : Chairil Anwar.

Aku kira,

Beginilah nanti jadinya,

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa

Ahasveros

Dikutuk disumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu juga pintu terbuka

Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena Kau tidak 'kan apa-apa'

Aku terpanggang tinggal

Rangka

Februari 1943.

Puisi Tak Sepadan di atas menggambarkan keputusasaan seorang pemuda mengenai takdir akhir percintaannya dengan seorang gadis.

Sang gadis tetap akan bahagia, menikah dan berkeluarga. Sedangkan sang pemuda menderita dan sengsara, begitu menderitanya karena cinta, sengsara sampai badan mengurus tinggal rangka karena selalu memikirkan cintanya. Dikutuk seperti cerita dalam  mitologi kuno yaitu seorang pemuda yang bernama Ahasveros, dikutuk oleh dewa cinta yang bernama Eros untuk selalu mengembara dalam percintaannya.

Sang pemuda memadamkan rasa cintanya terhadap gadis tersebut.  Sang gadis tidak akan apa-apa sedangkan pemuda sengsara dan menderita akan cintanya.

Betapa akhir puisi ini membuat patah hati yang membaca puisi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun