Dulu aku sangat tidak tertarik untuk berkunjung ke Ibu kota ini dengan alasan apapun. Entah kenapa, aku merasa ibu kota ini sangat sumpek. Namun sejak tiga atau dua tahun ke belakang, aku jadi sering berkunjung ke Jakarta. Alasannya cukup sederhana, tiba-tiba aku merasa ibu kota ini sangat dinamis. Aku senang melihat orang-orang yang rapi dan bergerak cepat untuk melakukan berbagai macam aktifitas, aku bahagia ikut berdesakan di antara penumpang KRL atau busway, aku merasa damai setiap kali melihat senja yang muncul dari celah-celah gedung tinggi, dan karena alasan itulah aku sering datang lagi dan lagi ke Jakarta.
Pagi ini, setelah kami semua bangun kesiangan di rumah Ye lalu menikmati makan pagi yang mewah, aku dan bapak diajak Ye berkeliling dari satu mall ke mall lain, kami tidak belanja dan cukup melongo saja saat diberi tahu Ye list harga barang yang nilainya cukup tinggi. Namun Ye mengajak kami ke mall memang memiliki misi khusus. Ia ingin kami tak melewatkan pameran seni yang ada di Galeri Grand Indonesia. Aku sebagai penikmat karya seni tentu sangat tertarik dan tak ingin melewatkan momen ini.Â
"Kita ngadem di sini agak lama ya" ajak Ye sambil tertawa sesaat setelah kami masuk ke Galeri Indonesia Kaya. Aku tentu setuju. Tadi kami cukup kelelahan berjalan kaki di bawah terik yang panas menyengat dari halte busway sampai masuk ke mall ini. Panasnya Jakarta membuat angin yang bertiup bahkan tak terasa sejuk sama sekali di kulit, yang ada kepala kami terasa sedikit pusing. Dan ide ngadem sejenak ini cukup menarik.
Di Galeri Indonesia Kaya, saat masuk kami langsung disambut musik angklung dan bapak langsung menggerakan tubuhnya seperti orang yang menari, namun wajahnya tak bisa menutupi rasa heran atas keindahan karya seni digital yang membentang di depan kami, kami jadi tertawa melihat tingkah bapak dan membiarkannya menikmati semua yang ia lihat dan ia dengar.
Galeri Indonesia Kaya yang terletak di lantai 8 Mall Grand Indonesia ini adalah galeri seni yang menyajikan berbagai hiburan berupa edukasi budaya yang ada di Indonesia lalu ditampilkan melalui layar lebar. Disini kita bisa bermain main dengan masyarakat yang memakai pakaian daerah secara digital. Aku melihat ada juga yang mencoba singgah di warung digital, di mana kita bisa pesan makanan sesuai yang kita mau, di warung tersebut akan ditampilkan juga berbagai resep kuliner yang disajikan, jadi cukup menambah pengetahuan. Sisi lain, jika bapak mencoba berinteraksi dengan berbagai jenis flora dan fauna khas Indonesia dengan menyentuh layar dan binatang yang bapak sentuh tersebut akan bergerak dan bunyi, Ye mencoba naik pesawat dan menjelajah Indonesia secara digital juga, ia membentangkan tangan di depan layar, mengikuti navigasi yang memberikan petunjuk arah daerah mana saja yang akan dikunjungi oleh Ye, ini seru sekali. Jika tidak ingat bahwa banyak yang mengantri di belakang, barangkali Ye akan terus bermain-main di depan layar itu sampai ia puas.Â
Aku sendiri bahagia sekali Jakarta memiliki ruang untuk liburan yang ramah keluarga seperti ini, serta memiliki nilai edukasi yang tinggi, terlebih masuk ke Galeri Indonesia Kaya ini tidak dikenakan biaya sama sekali, sehingga bisa diakses banyak orang terutama keluarga, anak-anak muda dan para pecinta seni dengan mudah. Aku berharap Indonesia memiliki lebih banyak lagi ruang seni digital seperti ini. Sehingga kita bisa menemukan banyak referensi untuk liburan namun tetap memiliki nilai nilai edukasi yang bisa kita bawa pulang ke rumah.
Setelah menikmati keindahan di Galeri Indonesia Kaya dan berkeliling Mall, Ye langsung mengajak kami Cikini dan singgah ke Perpustakaan Taman Ismail Marzuki. Saat sampai di perpustakaan ini aku langsung takjub sekali, aku seperti menemukan duniaku yang sudah lama hilang: dunia baca dan seni. Sampai TIM di revitalisasi, aku sama sekali belum pernah main kesini. Kali pertama singgah ke sini, hal pertama yang membuatku terkesan, adalah bangunan perpustakaan yang berundak-undak dan memanjang dengan interior yang menakjubkan. Di Lantai dasar sebelum kami menaiki lift, aku melihat sekelompok orang tengah berlatih gerakan-gerakan theater, di area lain ada yang sedang  membaca puisi, seru sekali melihat pemandangan ini.Â
Setelah berkeliling di bawah kami langsung naik ke lantai tiga dan melakukan proses cek in yang dibantu oleh petugas setempat. Tas-tas kami disimpan semua di loker dekat dengan area informasi dan kami dipersilahkan mengakses perpustakaan tersebut. Hari minggu seperti ini, suasana perpustakaan sangat ramai.Â
Aku melihat, dimulai dari ruang baca anak, ruang baca keluarga, ruang baca tangga, bilik-bilik dialog, ruang siaran/podcast, ruang komunitas, ruang baca private, ruang baca umum dll nampak dipenuhi oleh para pengunjung, eits meski banyak pengunjung, suasana perpustakaan ini sangat tenang. Selain itu, perpustakaan ini juga menyediakan berbagai macam jenis buku yang disusun rapi berdasarkan kategori tertentu. Misal ada buku anak disusun yang berdasarkan usia, buku-buku sejarah, seni, astronomi, sastra / fiksi Indonesia dan masih banyak lagi jenis buku lainnya.Â