Mohon tunggu...
Yeni Fadilla
Yeni Fadilla Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya seorang gadis desa yang gemar menulis cerita dan mengolah kata~~

A mere country gurl who's trying to get her happiness back~~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Si Gesa Namanya

1 November 2017   14:26 Diperbarui: 3 November 2017   18:10 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terus selama ini kamu bertahan dengan apa selama tujuh hari itu?"

"Cuma minum air sama makan dua kerupuk per hari" jawabnya enteng.

Ya Tuhan. Aku benar-benar tak sangka dia nekat melakukan hal semacam itu. Di satu sisi, dia memang tampak agak berkurang berat badannya. Namun di sisi lain, jelas dia menyakiti dirinya sendiri dengan melakukan unhealthy diet semacam itu.

Mulanya si Gesa amat riang hatinya karena berhasil menurunkan berat badan sebanyak lima kilogram selama tujuh harian. Tetapi setelah hari ketujuh, dia kembali makan nasi seperti biasanya. Dan dia makan lahap sekali. Katanya dia sangat kelaparan setelah melewatkan makan berhari-hari. 

Katanya pula, sehari seperti setahun ketika dia melaksanakan diet program yang tak sehat itu. Lantas di hari kedelapan itu dia memakan banyak makanan dan menengguk berbagai macam minuman hingga perutnya benar-benar kekenyangan dan si Gesa merasa pening dan mual.

Di hari kesembilan pun si Gesa melakukan hal yang sama. Ya, dia kembali memakan makanan dengan porsi yang mungkin cukup bagi lima orang. Ya Tuhan, apa yang dia lakukan sangat ekstrim, pikirku kala itu.

Malamnya, aku lihat si Gesa tampak bermuram durja. Aku tanya ada apa; dia menjawab dia merasa sedih karena berat badannya kembali naik sebanyak 2 kg akibat makanan yang dia makan selama dua hari. Dia terlihat mulai putus asa karena dia mulai menangis tersedu-sedu. Dan aku sebagai kawannya hanya bisa menghibur hatinya seadanya.

Di hari berikutnya, suatu insiden sungguh membuatku beserta keluarga si Gesa terkejut dan kalang kabut. Ada apakah gerangan? Si Gesa terkapar pingsan di kamar kosnya. Aku dan beberapa kawan lain yang mengetahui insiden itu langsung menelpon orang tua si Gesa yang tinggal di kota seberang. Sempat kami guncang-guncang pundaknya berharap si Gesa bisa siuman. Namun dia tetap tak membuka matanya atau menggerakkan jari-jarinya. Akhirnya kami bawa dia ke rumah sakit terdekat.

Selang dua jam, akhirnya dokter keluar dari kamar pasien. Syukurlah kedua orang tua si Gesa bisa datang ke rumah sakit kurang dari dua jam. Untunglah juga kondisi si Gesa sudah lumayan baikan, akan tetapi dokter memberitahu kami bahwa lambung si Gesa bermasalah. Lantas beliau bertanya apakah si Gesa melakukan hal ekstrim selama bebarapa terakhir. Lalu aku menceritakan detail kisahnya. Orang tua si Gesa dan si dokter sama-sama tercengang mendengar apa yang kuceritakan.

Akhirnya, aku dan orang tua si Gesa diperbolehkan menemui si Gesa. Dia tampak pucat seperti mayat. Namun dia sudah siuman dan melihat kedatangan kami. Orang tua si Gesa memeluk si Gesa dan hal itu membuat kedua pelupuk mata si Gesa dibanjiri air mata.

"Mengapa kamu melakukan diet ekstrim seperti itu? Lihat sekarang kondisimu," omel ibu si Gesa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun