Pidato ini merupakan deklarasi yang mencerminkan visi besar Indonesia yang progresif dan inklusif serta mengedepankan pembangunan yang "Indonesia-centric". Artinya pembangunan tidak hanya terfokus di Jawa atau Jakarta saja, melainkan meluas ke seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang hingga Merauke. Gagasan tersebut mencakup peran berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah, swasta, tokoh agama, dan seluruh lapisan masyarakat, untuk bersama-sama memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa. Fokusnya adalah pada pentingnya inovasi, kreativitas dan akselerasi dalam persaingan global, khususnya di era perubahan teknologi dan Revolusi Industri Keempat.
Pidato tersebut juga memuat gagasan bagi industri hilirisasi untuk memaksimalkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia seperti bauksit, batu bara, dan nikel. Selain itu, memiliki visi yang jelas untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan memperkuat sistem pendidikan untuk menumbuhkan karakter, inovasi dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Presiden juga menekankan pentingnya reformasi regulasi dan birokrasi untuk mendorong inovasi dan pembangunan, serta kesiapan menghadapi ancaman global seperti perang siber, perubahan iklim, dan ancaman terhadap ideologi dan persatuan bangsa. Secara keseluruhan, pidato ini menyerukan untuk mengatasi tantangan global dengan strategi progresif, terobosan inovatif, dan semangat kerja sama, serta tekad untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan sebagai simbol identitas dan kemajuan nasional.
Dari uraian singkat pidato di atas, terlihat jelas bahwa pidato ini sangat persuasif karena memadukan beberapa unsur retorika yang efektif yaitu unsur ethos (kepemimpinan presiden yang kuat), pathos (emosi kebersamaan, tanggung jawab, dan optimisme), serta logos (logika perubahan dan inovasi untuk mengatasi tantangan global) Hal ini bertujuan untuk membangun emosi, logika, dan kepercayaan pada audiens. Selain itu, kalimat-kalimat yang dipilih menciptakan dorongan emosi, membangun rasa kebanggaan nasional, dan memotivasi audiens untuk bergerak bersama demi mencapai visi Indonesia maju.
Berikut merupakan contoh-contoh kalimat yang digunakan Presiden Jokowi untuk mempersuasif masyarakat dan anggota pemerintahan untuk ikut serta dalam mengembangkan Indonesia yang lebih maju :
1. Visi Kebersamaan dalam Membangun Indonesia
Kalimat:
"Indonesia maju bukan hanya karya Presiden, bukan hanya karya Wakil Presiden, bukan hanya lembaga eksekutif, bukan hanya lembaga legislatif ataupun yudikatif saja, tetapi keberhasilan Indonesia juga karya para pemimpin agama, para budayawan, para pendidik, keberhasilan Indonesia adalah juga karya para pelaku usaha, para buruh, para pedagang, para inovator, maupun para petani, para nelayan, dan para UMKM serta tentu saja karya seluruh anak bangsa."
Alasan Persuasif:
Kalimat ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk merasa memiliki peran dalam membangun bangsa, sehingga audiens merasa penting dan termotivasi untuk ikut serta. Retorika ini menggunakan pendekatan inklusif, di mana peran berbagai kelompok dihargai dan disorot, menciptakan rasa tanggung jawab kolektif.
2. Ajakan untuk Perubahan dan Inovasi
Kalimat:
"Kita harus berubah, sekali lagi kita harus berubah. Cara-cara lama yang tidak kompetitif tidak bisa kita teruskan. Strategi baru harus diciptakan, cara-cara baru harus dilakukan. Kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya, tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya."
Alasan Persuasif:
Kalimat ini memanfaatkan urgensi dan dorongan untuk melakukan perubahan sebagai strategi untuk menghadapi kompetisi global. Ajakan untuk berubah ini bersifat motivasional dan menantang status quo, membangkitkan semangat inovasi dan kreativitas di tengah audiens.
3. Optimisme dan Kepemimpinan dalam Menghadapi Tantangan Global
Kalimat:
"Saya mengajak kita semuanya untuk optimis dan kerja keras, dan sayalah yang memimpin lompatan kemajuan kita bersama."
Alasan Persuasif:
Presiden menggunakan ethos dengan menegaskan peran kepemimpinannya dan memberi keyakinan bahwa dia akan memimpin bangsa menuju lompatan kemajuan. Dengan menekankan optimisme dan kerja keras, pesan ini menginspirasi rasa percaya dan motivasi pada pendengar bahwa tantangan bisa dihadapi dengan semangat bersama.
4. Pemindahan Ibu Kota Sebagai Simbol Kemajuan
Kalimat:
"Dengan ini, saya mohon izin untuk memindahkan ibukota negara kita ke pulau Kalimantan. Ibukota yang bukan hanya simbol identitas bangsa tetapi juga representasi kemajuan bangsa ini demi terwujudnya pemerataan dan keadilan ekonomi."
Alasan Persuasif:
Kalimat ini menyentuh aspek emosional dengan menggambarkan pemindahan ibu kota sebagai simbol nasional yang kuat. Dengan framing bahwa pemindahan ini bertujuan untuk pemerataan dan keadilan, audiens diajak untuk melihat ini sebagai langkah penting menuju kemajuan dan persatuan bangsa.
5. Ajakan untuk Mengatasi Persaingan Global
Kalimat:
"Indonesia tidak takut persaingan, tidak takut terhadap persaingan. Kita hadapi persaingan dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan yang kita miliki."
Alasan Persuasif:
Penggunaan frasa "Indonesia tidak takut" menanamkan rasa percaya diri dan kebanggaan nasional. Dengan menyebut kreativitas dan inovasi sebagai kunci untuk menghadapi persaingan, kalimat ini membangkitkan semangat daya saing yang berorientasi pada masa depan, memberikan motivasi kepada audiens untuk berani berkompetisi di panggung global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H