3. Jika kita dipakai-Nya, dipanggil untuk pekerjaan-Nya. Itu merupakan suatu kehormatan.
Ijinkanlah Tuhan memakai kita, walaupun itu berarti Ruang nyamanmu dibongkar oleh Tuhan. Zona Nyaman, tempat kita nyaman tapi sering kali bahaya. Kita melupakan apa tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya.
II. ZONA NYAMAN MEMBUAT KITA TIDAK PEKA AKAN KEBUTUHAN SESAMA KITA.
Ketika kita berada diruang nyaman pasti membuat kita tenang. Setiap kebutuhan kita terpenuhi, nyaman kan..? Tapi disisi lain kita terlalu lama dan asyik di ruang nyaman kita. Kita tidak peka lagi suara jeritan manusia yang membutuhkan pertolongan disekitar kita. Kita hanya fokus pada diri kita, mimpi kita, keluarga kita, masa depan kita, masa pensiun kita. Tidak lagi memiliki kepekaan, bahwa orang disekitar kita membutuhkan kita. Kita cenderung tidak peduli itu karena tempat kita terlalu nyaman.
Sibuk dengan agendanya kita sendiri, Sibuk dengan agenda gerejanya sendiri. (barangkali tentang dana, tentang tuntutan (harus merah, hitam, putih, hijau, dll.) yang ujung2nya pada bergulat).
40 tahun Musa hidup dalam zona nyaman sebagai gembala. Saya yakin dia percaya kepada Allah. Tetapi dia tidak lagi mendengar erangan (jeritan) bangsanya di Mesir, yang begitu telah disakiti oleh orang-orang Mesir, dia tidak dengar lagi:
- Ketika Allah mendengar jeritan bangsanya = Musa tidak.
- Ketika Allah melihat penderitaan bangsanya = Musa tidak.
- Karena apa?...karena dalam ruang nyaman Musa, Musa berfokus pada diri sendiri.
Dan ketika Tuhan memanggil dia: "Pergilah Aku mengutus engkau untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir". Musa berbagai alasan berkata. "Jangan aku, yang lain saja Tuhan". Tidak ada lagi kepekaan untuk sesamanya.
Ketika kita, diminta untuk ambil dalam pelayanan. Mungkin berbagai argument/alasan keberatan. (ah..ga ada untungnya, yang ada cape, keluar uang iya, dan dikritik, buat apa ga ada untungnya).. BERARTI KITA PUNYA RUANG NYAMAN YANG TIDAK MAU DIBONGKAR.
Mari, kita bangkit dan melangkah keluar hampiri mereka, mereka mencari seseorang yang memiliki telinga untuk mendengar keluhan mereka.
- Kalau kita tetap dalam ruang nyaman kita, bagaimana mereka bisa mengenal Allah?....
- Apakah kenyamanan kita terus dipertahankan?
- Apakah kita Hidup terus-menerus mengumpulkan harta?
- Apakah kita sebagai Hamba Tuhan maunya mimbarnya saja, banyak Hamba Tuhan sekarang selalu mintanya mimbarnya saja. Yesus sebagian besar pelayannnya dilapangan/dipasar dst.
Sekali lagi bicara tentang Zona nyaman Yesuslah pribadi yang memiliki ruang paling nyaman. Dia sebagai raja segala raja, tidak ada dosa disana, tidak ada sakit penyakit, tidak ada penderitaan disana. Satu tempat yang kudus disana. (surga).
Tetapi dari sana Ia mendengar ratapan manusia yang terjebak di dalam dosa. Hatinya menangis.