Mohon tunggu...
Yeddi Aprian Syakh al Athas
Yeddi Aprian Syakh al Athas Mohon Tunggu... Hamba Allah, Penulis, Penggiat Sejarah dan Praktisi Spiritual -

Saya hanya orang biasa-biasa yang berusaha mengeksplor dan merangkai puzzle-puzzle sejarah masa lalu yang tercerai-berai melalui kajian-kajian Ilmu Gematria yakni sebuah studi ilmu numerologi yang digunakan untuk memahami makna yang tersirat dibalik sesuatu yang tersurat, yakni dengan cara menghitung nilai numerik dari setiap huruf, setiap kata dan setiap kalimat dan kemudian melihat ‘geometri’ atau hubungan-hubungan yang terbentuk darinya yang kemudian akan membentuk suatu pola geometris pemaknaan yang memiliki 3 (tiga) lapisan makna, yakni: (1) makna dari huruf-huruf itu sendiri; (2) makna dari bentukan huruf yang dihasilkan; dan (3) jumlah bilangan (numerik) dari huruf-huruf yang membentuknya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Memahami Makna "Sejarah"

19 Februari 2019   13:32 Diperbarui: 2 Juli 2021   13:06 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bertanya,

"Artinya apa wahai guru?"

Sambil tersenyum Sang Guru kemudian menjelaskan,

"Artinya kalau SEJARAH itu ibarat sebuah Pohon, maka Surat Luqman ayat 31 di atas menjadi penegasan bahwa SEJARAH itu haruslah berwujud TULISAN dan bukan GAMBAR, makanya Al-Quran menyebutnya dengan kalimat "pohon-pohon dijadikan pena". Mengapa? Karena TULISAN itu tidak akan hilang dimakan zaman, dan ia akan menjadi bukti dari keberadaan SEJARAH itu sendiri. Dan SEJARAH tanpa bukti TULISAN maka ia hanya akan disebut sebagai PRA-SEJARAH."

Catatan Tambahan: 

Inilah sebabnya mengapa GR. Elton dan Henry Pirenne menyebutkan bahwa SEJARAH terbagi menjadi FILOLOGI (ilmu sejarah yang mempelajari tulisan pada naskah-naskah kuno, dan lontar-lontar kuno) dan EPIGRAFI (ilmu sejarah yang mempelajari tulisan pada batu, kayu, logam yang dikenal sebagai prasasti).


Kemudian Saya melanjutkan,

"Baik Guru, saya sudah mulai paham sekarang. Oh ya satu lagi pertanyaan saya, apakah benar bahwa SEJARAH itu akan selalu berulang dan berulang? Mohon penjelasan dari Guru."

Sang Guru menjawab,

"Anakku, seperti telah kukatakan sebelumnya bahwa SEJARAH itu ibarat sebuah Pohon. Perhatikanlah bagaimana sebuah Pohon menjalani kehidupannya  dari sebuah biji, kemudian biji itu bertunas, kemudian dari tunas menjadi kecambah, dan dari kecambah tumbuhlah daun-daun, ranting-ranting, dan cabang-cabang dan kemudian ia terus tumbuh dan membesar hingga tibalah waktunya ia mengeluarkan bunga, dan dari bunga kemudian muncul buah, dan ketika buah ini masak maka ia menjadi makanan bagi manusia ataupun hewan, hingga kemudian hanya tersisa biji. Lihatlah anakku bagaimana sebuah Pohon menjalani siklus hidupnya dari BIJI kemudian kembali menjadi BIJI dan begitu seterusnya sebagai siklus regenerasi untuk mempertahankan keberadaan dirinya dari waktu ke waktu. Maka demikian pula halnya dengan SEJARAH yang juga merupakan sebuah proses siklus yang berulang dan terus berulang meskipun dalam perjalanan waktunya tidak ada yang sama persis dalam SEJARAH, namun ia akan selalu memiliki POLA yang SAMA dari waktu ke waktu. POLA inilah yang seharusnya dijadikan Pelajaran bagi orang-orang yang berfikir dan mau belajar dari POLA Sejarah Umat-Umat Terdahulu di Masa Lalu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan karena begitu pentingnya mempelajari POLA Sejarah Umat-Umat Terdahulu ini, sampai-sampai sepertiga bagian dari Al-Quran berisikan tentang Qishash atau kisah-kisah dan sejarah umat-umat terdahulu."

Catatan Tambahan: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun