Menurut Sutherland, seseorang tidak dilahirkan sebagai koruptor, tetapi belajar menjadi koruptor melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Dalam konteks korupsi, ini berarti individu belajar bagaimana melakukan tindakan korupsi, membenarkannya, dan memahami manfaatnya dari orang-orang di sekitarnya, seperti rekan kerja atau atasan.
Pengaruh Kelompok Sosial
Korupsi sering terjadi di lingkungan di mana norma sosial mendukung atau setidaknya tidak menentang perilaku tersebut. Jika seseorang bekerja dalam organisasi di mana praktik korupsi dianggap biasa atau bahkan didorong, maka peluang untuk melakukan korupsi meningkat.Contohnya : Pemimpin korup: Jika pemimpin menunjukkan bahwa korupsi adalah "cara untuk sukses," bawahan mungkin menirunya.
Fokus pada Rasio Pengaruh Positif vs. Negatif
Sutherland menyatakan bahwa individu lebih mungkin melakukan tindakan kriminal jika mereka menerima lebih banyak definisi yang mendukung tindakan tersebut daripada definisi yang menentangnya. Dalam kasus korupsi:
- Definisi mendukung: "Korupsi adalah hal biasa," "Semua orang melakukannya," atau "Ini hanya cara untuk mendapatkan hak saya."
- Definisi menentang: "Korupsi itu ilegal," "Itu tidak etis," atau "Ada konsekuensi hukum."
Jika individu lebih sering terpapar definisi yang mendukung korupsi, mereka cenderung melakukannya.Â
Frekuensi, Durasi, dan Intensitas Interaksi
Sutherland menekankan bahwa semakin sering, lama, dan intens interaksi seseorang dengan individu atau kelompok yang mempraktikkan korupsi, semakin besar kemungkinan mereka untuk mempelajari dan melakukan perilaku serupa. Contoh: Seorang pegawai baru yang terus-menerus diajarkan atau diperlihatkan bagaimana cara menghindari aturan akan lebih mungkin terlibat dalam korupsi dibandingkan seseorang yang bekerja di lingkungan yang menentang perilaku tersebut.
Justifikasi dan Rasionalisasi
Dalam korupsi, individu sering mempelajari teknik untuk membenarkan tindakan mereka, seperti:
- Ini demi keluarga saya.
- Sistem sudah rusak, jadi ini bukan salah saya.
- Uang ini hanya tambahan, tidak merugikan siapa pun secara langsung.
Justifikasi semacam ini biasanya dipelajari melalui interaksi dengan individu lain yang berpikiran sama.Â