Mohon tunggu...
Yazid Baarram
Yazid Baarram Mohon Tunggu... Desainer - Teknik Arsitektur

41221110016 - S1 Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kuis 11 - Diskursus Edwin Sutherland dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

22 November 2024   21:41 Diperbarui: 22 November 2024   21:41 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Sutherland, seseorang tidak dilahirkan sebagai koruptor, tetapi belajar menjadi koruptor melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Dalam konteks korupsi, ini berarti individu belajar bagaimana melakukan tindakan korupsi, membenarkannya, dan memahami manfaatnya dari orang-orang di sekitarnya, seperti rekan kerja atau atasan.

Pengaruh Kelompok Sosial

Korupsi sering terjadi di lingkungan di mana norma sosial mendukung atau setidaknya tidak menentang perilaku tersebut. Jika seseorang bekerja dalam organisasi di mana praktik korupsi dianggap biasa atau bahkan didorong, maka peluang untuk melakukan korupsi meningkat.Contohnya : Pemimpin korup: Jika pemimpin menunjukkan bahwa korupsi adalah "cara untuk sukses," bawahan mungkin menirunya.

Fokus pada Rasio Pengaruh Positif vs. Negatif

Sutherland menyatakan bahwa individu lebih mungkin melakukan tindakan kriminal jika mereka menerima lebih banyak definisi yang mendukung tindakan tersebut daripada definisi yang menentangnya. Dalam kasus korupsi:

  • Definisi mendukung: "Korupsi adalah hal biasa," "Semua orang melakukannya," atau "Ini hanya cara untuk mendapatkan hak saya."
  • Definisi menentang: "Korupsi itu ilegal," "Itu tidak etis," atau "Ada konsekuensi hukum."

Jika individu lebih sering terpapar definisi yang mendukung korupsi, mereka cenderung melakukannya. 

Frekuensi, Durasi, dan Intensitas Interaksi

Sutherland menekankan bahwa semakin sering, lama, dan intens interaksi seseorang dengan individu atau kelompok yang mempraktikkan korupsi, semakin besar kemungkinan mereka untuk mempelajari dan melakukan perilaku serupa. Contoh: Seorang pegawai baru yang terus-menerus diajarkan atau diperlihatkan bagaimana cara menghindari aturan akan lebih mungkin terlibat dalam korupsi dibandingkan seseorang yang bekerja di lingkungan yang menentang perilaku tersebut.

Justifikasi dan Rasionalisasi

Dalam korupsi, individu sering mempelajari teknik untuk membenarkan tindakan mereka, seperti:

  • Ini demi keluarga saya.
  • Sistem sudah rusak, jadi ini bukan salah saya.
  • Uang ini hanya tambahan, tidak merugikan siapa pun secara langsung.

Justifikasi semacam ini biasanya dipelajari melalui interaksi dengan individu lain yang berpikiran sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun