konflik di lingkungan kerja semakin sering terjadi, bahkan hanya karena hal-hal yang sepele. Fenomena ini bisa kita lihat di berbagai perusahaan dan instansi, di mana emosi yang meledak-ledak dipicu oleh masalah-masalah kecil.
Belakangan ini,Stres, tekanan kerja, dan ekspektasi yang berlebihan seringkali menjadi faktor utama di balik peristiwa semacam ini. Dalam beberapa kasus, konflik yang awalnya sepele berubah menjadi permasalahan besar yang mengganggu produktivitas dan merusak hubungan antar rekan kerja.
Rasanya memang semakin umum menemukan orang cepat marah, bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya sederhana. Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa orang cenderung lebih mudah tersulut emosinya akhir-akhir ini:
1. Stres Berlebih
Tekanan dari pekerjaan, kehidupan pribadi, atau bahkan situasi global seperti pandemi dan ekonomi dapat meningkatkan stres. Ketika seseorang sudah berada di ambang batas, masalah kecil pun bisa menjadi pemicu yang memperburuk keadaan.
2. Kurangnya Pengelolaan Emosi
Di era yang serba cepat, tidak semua orang memiliki kesempatan atau kemauan untuk melatih pengelolaan emosi yang baik. Akibatnya, emosi yang terpendam seringkali meledak tidak terkontrol hanya karena masalah yang sepele.
3. Respon Cepat/Reaktif
Media sosial dan teknologi membuat kita terbiasa untuk merespons sesuatu dengan cepat, sering tanpa refleksi atau kontrol yang matang. Ini bisa mempengaruhi cara kita berinteraksi di kehidupan nyata, termasuk dalam mengekspresikan emosi.
4. Lingkungan yang Tidak Mendukung
Terkadang, lingkungan kerja yang penuh tekanan, kompetitif, atau kurang suportif dapat membuat orang lebih cepat frustrasi. Konflik kecil bisa terasa jauh lebih besar karena adanya ketegangan yang sudah ada sebelumnya.
5. Ekspektasi yang Tinggi
Di beberapa kasus, orang mudah marah karena ekspektasi yang tidak realistis atau tekanan untuk tampil sempurna. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, meskipun itu hal kecil, mereka merasa kecewa dan marah.
6. Impulsivitas
Orang dengan temperamen impulsif membuat seseorang bertindak berdasarkan emosi tanpa mempertimbangkan konsekuensi. Dalam kasus ini, individu yang temperamental mungkin langsung marah atau mengatakan hal kasar tanpa berpikir panjang, terutama jika merasa tersinggung atau frustrasi.Â
Memang, saat ini banyak orang memiliki kesabaran setipis tisu karena banyaknya tekanan yang dirasakan. Mengambil jeda sejenak  sebelum bereaksi untuk menenangkan diri dapat membantu mengatasi masalah dengan kepala dingin.
Kebutuhan akan keterampilan manajemen emosi dan pengelolaan konflik menjadi semakin penting. Lingkungan kerja yang penuh tekanan butuh pendekatan yang lebih baik dalam menangani masalah-masalah kecil agar tidak meledak menjadi pertikaian yang menghambat kerja sama tim dalam sebuah organisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H