Mohon tunggu...
Yayuk Sri Rahayu
Yayuk Sri Rahayu Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Perencana ahli muda pada UIN Gusdur Pekalongan

Hobbi olahraga, traveling dan suka mempelajari hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengapa Konflik Kecil Memicu Ledakan Emosi di Kantor?

9 Oktober 2024   05:15 Diperbarui: 9 Oktober 2024   08:10 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, konflik di lingkungan kerja semakin sering terjadi, bahkan hanya karena hal-hal yang sepele. Fenomena ini bisa kita lihat di berbagai perusahaan dan instansi, di mana emosi yang meledak-ledak dipicu oleh masalah-masalah kecil.

Stres, tekanan kerja, dan ekspektasi yang berlebihan seringkali menjadi faktor utama di balik peristiwa semacam ini. Dalam beberapa kasus, konflik yang awalnya sepele berubah menjadi permasalahan besar yang mengganggu produktivitas dan merusak hubungan antar rekan kerja.

Rasanya memang semakin umum menemukan orang cepat marah, bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya sederhana. Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa orang cenderung lebih mudah tersulut emosinya akhir-akhir ini:

1. Stres Berlebih

Tekanan dari pekerjaan, kehidupan pribadi, atau bahkan situasi global seperti pandemi dan ekonomi dapat meningkatkan stres. Ketika seseorang sudah berada di ambang batas, masalah kecil pun bisa menjadi pemicu yang memperburuk keadaan.

2. Kurangnya Pengelolaan Emosi

Di era yang serba cepat, tidak semua orang memiliki kesempatan atau kemauan untuk melatih pengelolaan emosi yang baik. Akibatnya, emosi yang terpendam seringkali meledak tidak terkontrol hanya karena masalah yang sepele.

3. Respon Cepat/Reaktif

Media sosial dan teknologi membuat kita terbiasa untuk merespons sesuatu dengan cepat, sering tanpa refleksi atau kontrol yang matang. Ini bisa mempengaruhi cara kita berinteraksi di kehidupan nyata, termasuk dalam mengekspresikan emosi.

4. Lingkungan yang Tidak Mendukung

Terkadang, lingkungan kerja yang penuh tekanan, kompetitif, atau kurang suportif dapat membuat orang lebih cepat frustrasi. Konflik kecil bisa terasa jauh lebih besar karena adanya ketegangan yang sudah ada sebelumnya.

5. Ekspektasi yang Tinggi

Di beberapa kasus, orang mudah marah karena ekspektasi yang tidak realistis atau tekanan untuk tampil sempurna. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, meskipun itu hal kecil, mereka merasa kecewa dan marah.

6. Impulsivitas

Orang dengan temperamen impulsif membuat seseorang bertindak berdasarkan emosi tanpa mempertimbangkan konsekuensi. Dalam kasus ini, individu yang temperamental mungkin langsung marah atau mengatakan hal kasar tanpa berpikir panjang, terutama jika merasa tersinggung atau frustrasi. 

Memang, saat ini banyak orang memiliki kesabaran setipis tisu karena banyaknya tekanan yang dirasakan. Mengambil jeda sejenak  sebelum bereaksi untuk menenangkan diri  dapat membantu mengatasi masalah dengan kepala dingin.

Kebutuhan akan keterampilan manajemen emosi dan pengelolaan konflik menjadi semakin penting. Lingkungan kerja yang penuh tekanan butuh pendekatan yang lebih baik dalam menangani masalah-masalah kecil agar tidak meledak menjadi pertikaian yang menghambat kerja sama tim dalam sebuah organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun