Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Konflik Rusia-Ukraina Dorong Indonesia Hitung Risiko Terburuk dari Segi Ekonomi

20 Maret 2022   02:23 Diperbarui: 20 Maret 2022   07:00 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia memperkirakan indeks harga komoditas ekspor Indonesia akan mengalami kenaikan hingga 10,5 persen, naik dari perkiraan sebelumnya 4,2 persen.

Lonjakan harga komoditas global juga akan memengaruhi harga dan kondisi fiskal di dalam negeri.

Apabila eskalasi geopolitik terus berlanjut, maka dikhawatirkan akan menghambat pemulihan ekonomi dunia.

Saat ini, menurut Perry Warjiyo, BI telah merevisi angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 dari perkiraan sebelumnya 4,4 persen menjadi 4,2 persen.

Gandum dan komoditas turunannya (Foto: www.kompas.com)
Gandum dan komoditas turunannya (Foto: www.kompas.com)

Menurut data BPS, impor Indonesia dari Ukraina pada 2021 didominasi oleh gandum yaitu senilai 946,5 juta dolar AS atau 95 persen dari total impor Indonesia dari Ukraina yang mencapai 1,04 miliar dolar AS.

Harga gandum diperkirakan akan naik di tengah eskalasi konflik. Hal itu akan mengakibatkan produk turunan gandum, yaitu tepung terigu, mi, roti dan kue, juga akan ikut naik. 

Pemerintah dan produsen produk turunan gandum harus mengantisipasi, di antaranya melakukan diversifikasi untuk komoditas tertentu. Sedangkan impor utama Indonesia dari Rusia adalah besi dan baja.

Pengamat ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono menyatakan, imbas konflik Rusia-Ukraina dan adanya sanksi AS dan Barat terhadap Rusia akan menyebabkan lonjakan harga komoditas, lonjakan harga energi, dan goncangan rantai pasokan komoditas.

Ketiga hal tersebut berdampak bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia, dan kemungkinan terjadinya inflasi global.

Sedangkan naiknya harga batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) karena imbas konflik, dalam jangka pendek jelas akan menguntungkan nilai ekspor Indonesia. 

Namun karena adanya risiko ekonomi, dalam jangka menengah kemungkinan akan berdampak pada melemahnya permintaan komoditas tersebut. (yss)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun