Semasa kuliah dulu, saya membuat blog sebagai tempat untuk menyalurkan perihal apa  yang telah saya tulis, meski bukan orang yang tergolong cakap dan kompeten dibidang kepenulisan.Â
Beberapa tulisan pernah saya publikasikan diblog seperti tugas kuliah, kondisi kampus, hingga tema diskusi yang pernah saya ikuti.Â
Awal mula blog ini saya beri nama "sedikit catatan", nama yang menggambarkan bahwa isi blog hanyalah sebuah goresan catatan-catatan kecil dari orang awam.Â
Lambat laun, seakan tak punya banyak inspirasi dan motivasi untuk menulis, blog sedikit - catatan menjadi vakum cukup lama, seolah menghilang dan tersapu oleh waktu yang kian berlalu, tanpa upaya menghidupkannya kembali.Â
Ide untuk kembali memulai menulis kemudian muncul sekitar satu tahun yang lalu, ketika mencoba untuk hiatus dari media sosial semacam Faceebook dan Instagram lalu menggantinya dengan aktivitas yang lain.Â
Upaya kembali menulis tidaklah begitu mudah dan menemui banyak kendala, mulai dari kesibukan kerja, kemalasan, minimnya ide dan gagasan untuk memulai, serta mandeknya tulisan ditengah jalan. selama hampir setahun mencoba untuk menulis, hanya dua atau tiga tulisan saja yang bisa dirampungkan, sungguh suatu hasil yang sangat mengecewakan menurutku.Â
Tapi tak perlu putus asa, setidaknya ada upaya untuk mencoba, dari pada tidak sama sekali, pikirku, mencoba memotivasi diri sendiri. Setelah berupaya kembali belajar dan memotivasi diri untuk menulis, saya lalu  mencari kembali kepingan-kepingan blog yang lama terbenam dan menjamur, membuka kembali blogger.com dan menemukannya.Â
Lama tak bersentuhan dengan dunia blog membuat saya sedikit kebingungan bagaimana seharusnya membangun dan menata ulang tampilan blog yang telah lama kuabaikan.Â
Mengutak-atik blog dan segala pengaturannya pun saya lakukan, dengan mengganti namanya, mencoba memperbaiki dan menghidupkannya kembali.Â
Beberapa tulisan yang dihasilkan akhir-akhir ini juga kembali dipublis ke blog dan memperbaiki tulisan yang dulu dipublis, mengedit kembali dengan memperbaiki gambar tulisan agar lebih baik dari segi tampilan semaksimal mungkin.Â
Suatu upaya yang cukup melelahkan bagi seorang pemula namun, juga menjadi menantang untuk selalu meningkatkan skill dan kualitas.Â
Menjaga semangat agar selalu menulis memang bukanlah sesuatu yang mudah bagi saya, tetapi  beberapa upaya juga mesti dilakukan untuk menghadapinya.Â
Banyak membaca, mendengarkan podcast, dan update berita-berita terbaru adalah satu upaya menambah wawasan dan menjadi bekal dalam menuangkan ide dan gagasan ke dalam suatu tulisan.Â
Satu langkah memberanikan diri untuk mengirimkan tulisan ke media-media tekenal pun saya coba , seperti Mojok, Arka Media, Kumparan, dan Kompasiana. Â
Hal ini saya lakukan sebagai percobaan untuk menempa skil dan kemampuan agar bisa berkembang lebih baik. Meski banyak tulisan yang mengalami penolakan, dengan kesabaran dan keteguhan untuk terus mencoba, hingga akhirnya dapat membuahkan hasil.Â
Untuk pertama kalinya tulisan yang saya kirim lolos moderasi dan ditayangkan di Kumparan  dengan judul ''Seteru di Pohon Beringin", lalu disusul dengan tulisan "Jalan Kaesang tak Semulus Gibran".Â
Selain itu, saya juga berusaha untuk aktif mengirim tulisan ke Kompasiana sebagai komunitas blog yang cukup menarik menurut saya.Â
"Banyak membaca, mendengarkan podcast, dan update berita-berita terbaru adalah satu upaya menambah wawasan dan menjadi bekal dalam menuangkan ide dan gagasan ke dalam suatu tulisan.
Keberhasilan mengirimkan tulisan pada sebuah media merupakan kebahagiaan tersendiri dan memotivasi diri untuk terus menulis. Begitulah upaya yang saya lakukan untuk menempa kemampuan menulis, mengirimkan tulisan ke berbagai platform media online adalah cara tersendiri untuk melihat dan menguji sejauh mana kualitas tulisan yang saya buat.Â
Merasa percaya diri adalah kunci untuk mengembangkan tulisan, tak perlu berpikir terlalu lama apakah tulisan yang dibuat akan disukai pembaca atau tidak, yang penting terlebih dahulu ialah bagaimana kita mammpu menuangkan ide dan gagasan  dalam suatu tulisan.Â
Tulisan menarik memang menjadi daya tarik tersendiri mengundang banyak pembaca namun, keterbatasan sebagai pemula mesti disadari juga bahwa akan banyak kekurangan yang terdapat dalam karya tulis.Â
Mengapa Menulis?
Menulis menjadi ketertarikan tersendiri, menuliskan berbagai pengalaman hidup, kejadian sekitar, fenomena politik, puisi,dan keseharaian merupakan hal yang menyenangkan. menulis mampu menguras pikiran sekaligus menjadi tantangan untuk mengembangkan diri.Â
Sewaktu mengikuti proses kaderisasi di lembaga kemahasiswaan dulu, saya mendengar ungkapan seorang senior yang berkata "karena kita tidak bisa mengingat semua pengetahuan yang diperoleh, maka ikatlah pengetahuan dengan cara menulis". Ungkapan itu menurut saya memang benar dan sangat relevan jika dikaitkan dengan kondisi yang terjadi.Â
Sekian banyak pengetahuan mungkin telah lenyap tak tersisa dan tergerus oleh waktu yang selalu bergerak karena tidak dituliskan. Poin ini dapat dikatakan sebagai alasan mengapa harus menulis sebab menulis adalah mengikat pengetahuan yang tak bisa disimpan semua oleh ingatan.
 Selama menjalani proses penulisan, saya juga merasa ada manfaat positif lain yang diperoleh, yakni dengan menulis kita bisa mempertajam pemahaman akan suatu tema tertentu, karena menulis akan memaksa kita untuk mencari dan membaca lebih banyak referensi dan sumber rujukan terkait tema yang sedang dikerjakan.Â
Membaca rujukan referensi tema yang akan dibahas juga membuat kita lebih fokus dan memahami lebih dalam lagi tema pembahasan.Â
"Berbeda dengan sekadar membaca saja, pemahaman kita akan suatu tema tidak akan setajam jika kita menuliskannya kembali.
Selain itu, mengutip perkataan Pramodya Ananta Toer "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian", seakan memberi kita petunjuk dan motivasi bahwa menulis ialah mengabadikan diri dalam catatan sejarah kehidupan manusia.Â
Kita tahu bahwa hidup ini singkat, kita tidak akan hidup selamanya, maka menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu banyak tokoh yang telah mati ratusan tahun bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu, tetapi masih dikenal dan diingat oleh manusia masa kini karena karya yang ditulisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H